Siska duduk manis menyilangkan kedua kakinya dengan anggun di sofa, ia sedang memperhatikan Chelsea. Beberapa detik kemudian Chelsea mengerjapkan matanya berkali-kali cahaya lampu membuatnya silau, pandangannya masih kabur dan remang-remang, ia memejamkan matanya kembali dan memijat pelipisnya. Pening dan sedikit sakit. Itulah yang dirasakan Chelsea. Setelah rasa peningnya mulai sedikit hilang ia segera bangkit lalu memposisikan diri untuk duduk, ia melihat ke sekeliling ruangan "Lo udah sadar?" Siska menghampiri Chelsea dan memeluknya, wajahnya menampakan kekhawatiran yang begitu dalam ketika melihat Chelsea saat ini.
"Kepalaku pusing"
"Tadi lo tiba-tiba pingsan. Lo kenapa?"
Chelsea mengusap wajahnya dan memijat pelipisnya lagi. Sementara Siska berlalu dengan cepat ke dapur.
"Ini minum dulu" Siska memberikan segelas air hangat pada Chelsea dan langsung di teguknya.
Chelsea meraba-raba saku celananya, ia merogoh handphone dan menyalakannya. Matanya terbelalak ketika melihat jam yang tertera pada layar handphonenya.
"Sis, sekarang jam berapa?" memastikan.
"Jam 8, malam"
"Aku harus pulang Sis"
"Yaudah kalau gitu, hati-hati" ucap Siska santai.
Dengan tergesa-gesa Chelsea berdiri dan berjalan dengan cepat. Bahkan saat ini ia terlihat berlari lari kecil. Ia mengabaikan suara motor mobil yang berlalu lalang sampai ia tak sadar seseorang mengikutinya.
"Ayo naik!"
Seorang gadis menawarkan tumpangan pada Chelsea dengan senang hati Chelsea menerima tawaran itu. Yang ia pikirkan saat ini adalah ia harus segera pulang.
"Tinggal di?"
"Hotel Anggrek"
"Pegangan"
Gadis itu terlihat gaspol membawa motor scoopy miliknya. Hanya 15 menit mereka sampai di tempat.
"Terimakasih, kalau boleh tahu nama kamu... "
"Gue Evelin"
"Aku Chelsea"
Gadis itu melemparakan senyuman pada Chelsea dan berlalu tanpa mampir atau berbasa-basi terlebih dulu.
Kini Chelsea sudah berada di hotel, mungkin akan ada perpanjangan waktu penginapan. Langkahan kakinya begitu cepat menuju kamar.
Sampailah di depan kamar Rio, dan terpampang dengan jelas nomor kamar 102.
Chelsea menarik nafas lalu mencoba mengetuk pintu kamar dengan perlahan, ia sudah menyiapkan kata-kata yang akan ia jelaskan pada Rio.
Chelsea mengetuknya sekali lagi, dengan harap-harap cemas, ia memanggil nama pemilik kamar itu.
Tangannya mulai berkeringat dingin saat pintu terlihat terbuka, munculah seorang laki-laki bertubuh tinggi memakai kaos hitam dan celana training hitam. Chelsea sempat menatap wajahnya. Ia ingin melihat seperti apa ekspresi Rio saat ini.
Dan seperti yang ia bayangkan. Datar sekali, dan matanya? Menatap dengan tatapan yang sulit di artikan, seperti tatapan kecewa? marah? dan semacam hal yang berhubungan dengan emosi.
Kata-kata yang sudah Chelsea rangkai sebelumnya tiba-tiba hilang begitu saja. Mulutnya seakan sulit untuk berbicara.
Chelsea salah!
Sangat salah!
"Maafkan aku"
Rio tak menjawab, ia lebih memilih menatap gadis yang kini berada di depannya.
Rio hanya ingin Chelsea mengaku apa yang sudah dirinya lakukan dirumah Agustin, karena Rio mendapatkan foto tak pantas yang dikirim oleh nomor tak di kenal, ia tak akan gegabah memarahi Chelsea sebelum Chelsea menceritakan apa yang terjadi. Rio menghela nafas, Chelsea bisa mendengar suaranya.
Tanpa di duga Rio menutup pintu kembali. Chelsea menggelengkan kepala dan menundukan kepalanya, menggigit bibirnya menahan air mata agar tak keluar.
Aku tak menepati janjiku, maafkan aku Rio
Ceklek
Pintu itu kembali terbuka. Rio melihat Chelsea masih di sana, tepat di depan pintu kamarnya.
Laki-laki itu memakai jaket dan juga membawa jaket di tangannya, kakinya melangkah keluar kamar, menutup pintu lalu menguncinya.
Ia menarik tangan Chelsea agar mengikutinya. Rio memberikan jaket yang di bawanya kepada Chelsea, dirinya mengambil motor di tempat parkir dan menghampiri Chelsea di depan hotel.
Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka selama di perjalanan.
Kurang lebih 10 menit mereka sampai di suatu tempat. Chelsea bisa mendengarkan suara air yang bergemuruh serta semelir angin yang menembus kulit. Suasana hening tanpa keramaian. Hanya ada beberapa orang berlalu lalang menikmati indahnya laut di malam hari.
Rio mengambil jaket dari tangan Chelsea, yang ternyata Chelsea tak memakainya. Padahal Rio memberikan jaket itu untuk Chelsea pakai. Ah dasar anak ini!
Ia memakaikan jaket itu pada Chelsea dan sepertinya Chelsea mengerti bahwa Rio ingin Chelsea memakai jaket itu.
Chelsea berdehem berusaha mencairkan suasana, namun sepertinya itu tak berhasil.
"Kamu marah?"
"Ya" datar sekali, jawabannya singkat namun membuat Chelsea skak mat.
"Aku memang salah"
"Lalu?" ketus sekali.
"Siska bilang tadi aku pingsan. Dan saat aku sadar ternyata hari sudah malam. Aku minta maaf"
Rio mengerutkan dahinya. Benarkah seperti itu?
"Maafkan aku"
"Kenapa bisa tiba-tiba pingsan?" barulah Rio bertanya. Hati Chelsea mulai sedikit lega.
"Entahlah, kepalaku pusing saat mengingatnya"
"Jangan memaksakan diri, kalau enggak ingat gak apa-apa" ucap Rio
Rio menatap ke depan, dengan tatapan tajam. Ada yang tak beres!
***
"Lo dimana?" tanya Radit dengan perasaan gelisah.
"Sejak kapan lo peduli?"
"Gue harap lo gak macam-macam sama Chelsea"
"Haha... Bagus deh kalo lo tahu apa maksud gue. Tanpa bantuan lo rencana gue berhasil"
Radit berusaha meresap perkataan orang itu, Jangan-jangan selama ini dugaan gue bener, dia dibalik kekacauan semua ini.
"Lo..." Sambungan telpon tiba-tiba terputus secara sepihak.
Radit mengambil jaketnya yang tergeletak di kursi dan mulai mengemasi barang-barangnya memasukannya kembali ke dalam koper, rencana beberapa hari tinggal dirumah bersama keluarganya kini di batalkan. Ia harus segera kembali untuk bertemu dengan Chelsea, memastikan gadis itu baik-baik saja.
"Aku akan kembali lagi"
"Ada apa? Kenapa secepat itu, kau bilang akan tinggal disini beberapa hari" ucap Ayahnya, terkejut dengan kepulangan Radit yang tiba-tiba.
"Aku akan mencarinya!"
Laki-laki itu menundukan kepalanya "Maafkan ayah".
Tak ada rasa benci dalam diri Radit yang sudah mengetahui semua ini, rasa benci tak akan menyelesaikan semuanya dan tak akan membuat kedua orang tua gadis itu hidup kembali. Semuanya kecelakaan yang tidak di sengaja. Ayahnya tak menginginkan semua ini terjadi dan begitupun dengan kedua orangtua gadis itu. Hanya saja dia merasa kecewa pada hidupnya Mengapa harus seperti ini!
.
.~Tobecontinue~
KAMU SEDANG MEMBACA
CHELSEA [Completed]✔
Teen FictionKatanya sejauh apapun dan diujung dunia manapun mereka berada jika keduanya ditakdirkan bersama maka mereka akan bersama. Seperti itukah? Lalu bagaimana dengan takdir seorang gadis bernama Chelsea yang benar-benar sudah kehilangan segalanya, keluarg...