P A R T - 19

77 6 0
                                    

Handphone Chelsea yang saat ini tegeletak di atas meja tiba-tiba berbunyi. Bukan menandakan seseorang menelpon melainkan hanya sebuah pesan masuk.

"Chelsea"

Merasa namanya dipanggil Chelsea menoleh dan menghampiri Kevin yang terlihat sedang berdiri dan melihat ke arah Chelsea.

"Ya! Ada apa?"

"HPmu bunyi, siapa tahu ada hal penting, sini biar aku aja yang bersihin meja"

Kevin mengambil sebuah kain yang sedang dipegang oleh Chelsea, dan melanjutkan pekerjaan Chelsea yang tertunda.

From : Radit

Baguslah...
Btw. Kamu kerja dimana?

Jari-jarinya dengan cepat membalas pesan yang saat ini Chelsea baca.

To : Radit

Aku kerja di cafe dit.

Dengan sekali klik pesan itu langsung terkirim.
Chelsea menyimpan kembali handphonenya, wajahnya berseri-seri tanpa henti. Hatinya senang saat mengetahui pesan tersebut dari Radit, karena memang sebelumnya hanya Raditlah orang yang mengetahui Chelsea bekerja saat ini.

Baru saja ia berbalik dan akan melanjutkan pekerjaannya handphonenya berbunyi kembali, ada sebuah pesan masuk lagi

From : Radit

Cafe?? Cafe yang mana? Aku  kesana sekarang juga.


To : Radit

Nanti aku ceritain semuanya kalo kita ketemu.

From : Radit

Serius yah?
Janji?
Pulang jam berapa?
Mau di jemput?

Seketika Chelsea terkekeh ketika membaca pesan-pesan itu.

"Dilarang memainkan handphone saat bekerja".

Antara setengah terkejut karena mendengar suara yang begitu tegas lagi keras dan setengah kaget karena setelah Chelsea pikir-pikir itu adalah sindiran untuk dirinya, sindiran yang tak langsung di tujukan kepada dirinya. Karena hanya dirinya lah yang sedang memainkan handphone, tanpa basa basi Chelsea langsung menyimpan handphonenya ke atas meja.

"Kenapa?" Kevin yang mendengar dengan jelas perkataan Rio langsung menghampirinya.

"Tumben" lanjut Kevin. Kevin merasa aneh pada Rio karena sebelumnya Rio tak pernah mempermasalahkan hal-hal seperti itu bahkan Rio tak pernah peduli pada urusan orang lain, tetapi mengapa sekarang ia terlihat begitu tertarik memperhatikan orang lain? terutama Chelsea.

"Kalo kerja sambil main handphone kapan beresnya apalagi di hari pertama kerja"

Insting Chelsea benar. Sindiran itu memang ditujukan pada dirinya, siapa disini yang bekerja di hari pertama? Hanya Chelsea. Rio dan Kevin? mereka sudah lama bekerja disini. Rasanya tak mungkin jika Rio menyatakan sindiran itu kepada Kevin yang sedang membersihkan meja.

Sepertinya sekarang kevin pun mengerti apa yang di maksud oleh Rio. Begitupun dengan Chelsea ia mengerti betul maksud Rio. Tanpa berkata apa-apa lagi Chelsea langsung membersihkan meja serta kursi yang berada di dalam cafe tersebut.

"Oh! Jadi dia yang sering kamu ceritain?"

Kevin mulai mendekati Rio yang saat ini tengah membuat kopi namun pandangannya justru selalu tertuju pada seorang gadis yang saat ini sedang membersihkan meja Siapa lagi jika bukan Chelsea.

"Aku harap begitu"

Kevin tertawa dan memukul pundak Rio "Akhirnya..." ia tak percaya bahwa orang sedingin dan secuek Rio akan merasakan jatuh cinta, melihat tingkah laku Rio yang biasanya sedingin es kini tiba-tiba berubah ketika jatuh cinta? It's Amazing!

"Tapi dia memang cantik" mata Kevin tertuju pada Chelsea, ia ingin melihat reaksi Rio seperti apa ketika dirinya menganggu Chelsea, Mengganggu? bukan mengganggu lebih tepatnya memuji Chelsea.

Dan

Rio tak menjawab apapun ia hanya menoleh ke arah Kevin dan menatapnya setajam samurai juga mematikan seperti sianida, bahkan Kevin melihat percikan-percikan api di dalam bola mata Rio yang bulat sempurna.

"Wih... Santai, aku udah ada calon bini ko" Rasa takut saat melihat ekspresi Rio tentu Kevin rasakan, bahkan keringat dingin sedang ia rasakan juga saat ini. Bagaimanapun juga Kevin merasa takut ketika Rio sudah berada dalam keadaan seperti ini.

Kevin berusaha mengalihkan pembicaraan, ia ceroboh mengatakan hal konyol seperti itu, ia menggerutui dirinya sendiri. Seharusnya Kevin tak perlu melakukan hal-hal yang seperti itu, tetapi dalam hatinya ia mengakui bahwa Chelsea memang gadis yang cantik yang pernah ia temui bahkan lebih cantik daripada calon istrinya, tetapi ia percaya bahwa calon istrinya lah yang terbaik untuk dirinya.

"Chelsea"

Rio langsung memalingkan wajahnya ketika Kevin memanggil Chelsea.

"Iyaa..."

"Tolong antarkan kopi ini ke meja nomor 5"

"Siap!" Chelsea tersenyum pada Kevin lalu mengambil kopi yang berada dalam nampan dan mengantarkannya.

"Dia orang yang asik" Lagi lagi Kevin tak sadar berbicara seperti itu di dekat Rio, Sepertinya Rio tak ingin mendengar ocehan Kevin lagi, Ia meninggalkan Kevin dan menuju ke belakang, membawa gelas bekas kopi dan menaruhnya di tempat cuci, menyalakan air serta mulai menggosoknya menggunakan sabun cuci dan membilasnya dengan air yang mengalir hingga bersih.

***

Sedaritadi Agustin terus menerus mengikuti Radit, ia ingin memastikan bahwa Radit akan mengirim pesan pada Chelsea sesuai dengan yang ia minta ketika di jalan tadi.

Satu hal yang membuat Radit risih adalah Agustin terus menerus menatapnya, menatap setiap gerak geriknya bahkan Agustin tak duduk sama sekali. Ia hanya berdiri seperti patung hidup yang mengikuti Radit dan menyilangkan kedua tangannya di dada tanpa berkata apapun.

Radit mengirimkan pesan pada Chelsea sesuai yang Agustin minta. Selama menunggu balasan Radit melirik sesekali ke arah Agustin yang sedang menatapnya, untung saja Chelsea membalas pesannya dengan cepat. Ia benar-benar Risih saat ada seseorang yang terus menerus menatapnya.

Setelah beberapa pesan dijawab oleh Chelsea Radit langsung memberikan handphonenya pada Agustin yang saat ini sedang berdiri tepat di dalam kamar Radit "Nih liat dan baca sendiri".

"Kenapa gak sama lo aja sih, lo bisa sms dia, bahkan lo bisa telpon dia supaya lebih jelas" cerocos Radit yang merasa dongkol karena Agustin terus membuntutinya. Radit benar-benar merasa sedang di awasi saat ini.

"Dia lagi jaga jarak sama gue".

"Maksud lo?".

"Gue ngerasa kayak gitu".

"Ya elah itu cuma perasaan lo aja Bro, udahlah jadi ngaco lo, udah gue turutin mau lo. Jadi gausah terus-terusan liatin gue kayak gitu. Emangnya gue apaan".

Sebenarnya Radit merasa serba salah ketika situasi seperti ini, jika ia mengatakan semuanya apakah ini waktu yang tepat? Jika ia tak mengatakannya sampai kapan semua ini akan seperti ini? Ia tak ingin melihat Agustin tersakiti seperti sekarang ini, bahkan akhir-akhir ini Agustin sering memilih sendiri.

Disisi lain Radit juga tak ingin Chelsea bermasalah lagi dengan Siska. Ketika Radit mengatakan yang sebenarnya pasti Agustin akan melakukan sesuatu pada Siska dan pasti Chelsea akan menjadi sasaran Siska.

.
.

~Tobecontinue~

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang