P A R T - 32

33 2 0
                                    

Chelsea mencari Siska keseluruh ruangan. Ia berjalan dengan cepat menuju kamar yang pernah menjadi tempat tidurnya ketika disini dan segera membuka pintu.

Suara tangis terdengar begitu pilu, sepertinya tak ada hal tepat yang bisa dilakukan saat menangis selain duduk diatas lantai, memegang lutut dan menyembunyikan wajah yang tak ingin terlihat oleh siapapun. Chelsea menghampirinya dan memeluknya, berusaha menenangkan Siska.

Chelsea masih memeluk Siska rasanya itu adalah satu-satunya cara yang bisa Chelsea lakukan saat ini di situasi seperti ini "Kita harus ke kamar Agustin" jelas Siska.

Chelsea hanya mengangguk dan mereka bergegas menuruni anak tangga. Tepatlah kini di depan pintu kamar Agustin. Chelsea melirik ke arah Siska, dan Siskapun mengangguk seolah-olah memberi aba-aba kepada Chelsea untuk mulai mengetuk pintu.

Tak ada jawaban dari dalam sana.

Ini aku. Chelsea

Tak butuh waktu lama pintu itu tiba-tiba terbuka, menampakan laki-laki yang begitu kacau, rambut yang acak-acakan dan wajah penuh luka.

Bagaikan mimpi Agustin bertemu dengan Chelsea, ia berhambur memeluk Chelsea layaknya seorang anak yang bertemu ibunya.

Chelsea senang melihat Agustin, ia senang bisa berhasil membujuk Agustin. Namun ia juga merasa tak enak pada Siska yang saat ini masih bersamanya. Dan bahkan Siska melihat dengan jelas apa yang di lakukan Agustin pada Chelsea.

Chelsea membalas pelukan Agustin singkat, menepuk sebentar punggung lebarnya, mencoba menenangkan dan segera melepaskannya "Kau sangat..."

"Aku tahu... Percayalah rasa sakit yang sebelumnya terasa, sekarang tiba-tiba hilang" Seberapa bahagianya Agustin saat ini? Biar dia saja yang tahu. Ia terus menerus memandang Chelsea dengan matanya yang berbinar-binar bahkan sedaritadi senyumannya tak pudar-pudar dari bibirnya.

"Kenapa kamu kayak gini Agustin?"

"Aku gak mau kehilangan kamu lagi"

Bagaimana bisa seperti ini?

"Gue harus ke kamar, ada yang harus gue ambil" Siska memutuskan untuk pergi, menyaksikan hal seperti ini membuatnya sangat...

Chelsea lo harus lenyap dari dunia ini. Gue pastikan itu. Tunggu saja!

"Aku disini, dan enggak kemana-mana" Chelsea rasa itu jawaban yang benar dan sesuai dengan keadaan.

"Bukan! Bukan itu yang aku maksud" Agustin tertawa hambar sambil menatap Chelsea yang benar-benar tak paham maksud Agustin.

Chelsea mengernyitkan dahinya, mencoba memahami perkataan Agustin.

"Dengar! Hidupku terasa sulit tanpamu, aku ingin kamu selamanya ada dalam kehidupanku. Aku tahu... Ini terdengar berlebihan, tapi begitulah kenyataannya"

usai jeda beberapa detik Agustin melanjutkan

"Aku lega udah mengungkapkan semuanya. Terimakasih udah kembali dan aku berharap kamu akan tinggal"

Mencoba meresapi perkataan Agustin yang sedikit membingungkan.

"Aku hanya berkunjung untuk melihat keadaanmu, bagaimanapun juga selama ini kamu selalu baik padaku" terang Chelsea, sewajarnya dan sejujurnya.

"Rumah ini selalu terbuka untukmu" jelasnya lagi "Dimana Radit?" tanya Agustin yang baru saja teringat pada kawan lamanya itu.

"Dia pulang untuk sementara".

"Pulang? Ko dia gak kasih tahu aku yah?".

Chelsea menggelengkan kepala pelan dan melirik ke arah kamar Agustin yang sangat berantakan "Lihat kamarmu!"

CHELSEA [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang