Hari ini Radit bangun lebih awal, jam dindingnya menunjukan pukul 2.15 pagi, ia hanya tidur kurang lebih 2 jam, tepat jam 23.00 setelah selesai makan malam ia mengantarkan Evelin pulang dan tentunya disambut hangat oleh ibunya ketika tiba.
Radit tak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa semudah ini memberikan hati dan kepercayaannya pada Evelin. Radit hanya merasa bahwa ini terlalu cepat baginya. Bukan ia tak menginginkan Evelin. Hanya saja terlalu cepat... Namun benar, hatinya tak menyangkal itu, selalu bersamanya, bisa melihatnya, dan melindunginya. Itulah yang Radit inginkan.
Ia akan menceritakan semua ini pada Chelsea setelah ia kembali. Tiga hari yang lalu ketika Chelsea pergi dari rumah, Radit langsung menelpon gadis itu dan menanyakan kabar serta keadaannya, dan tentu saja selama 1 jam mereka mengobrol sampai pada akhirnya Chelsea memutuskan untuk istirahat karena ia merasa lelah apalagi ia akan bekerja esok hari dan setelah itu Radit menutup telpon.
Beberapa baju dan barang-barang sudah tertata rapih dalam sebuah koper besar.
Ia ke bandara pukul 3.00 pagi karena pesawat flight pukul 4.00 pagi. Dan tentunya perjalanan dari rumah ke bandara memakan waktu yang cukup lama karena jarak antara rumah dan bandara lumayan jauh. Ia perkirakan 30 menit menggunakan motor.
Dan masalah tiket? Tentu saja dia sudah memesannya satu minggu ke belakang. Semuanya sudah ia urus. Paspor? dan lain sebagainya? Beres!
Ayahnya menyuruh Radit datang bersama saudaranya, namun sepertinya saudaranya tak tertarik akan hal itu. Untuk terakhir kalinya. Radit mengirim pesan teks pada saudaranya.
Ia menunggu beberapa menit...
Dan...
Tak ada jawaban
Radit mencoba menelponnya, handphonenya menyala hanya saja tak di angkat, lebih dari 5 kali Radit terus menerus menelpon saudaranya.
Baiklah
Ia menghela nafas dan beranjak keluar membawa koper.
"Siska... Siska..." tak ada jawaban dari dalam kamar Siska, Radit mendorong knop pintu itu dan tak ada siapa-siapa disana.
Ia menutup kembali pintu kamar dan sempat melihat ke arah kamar Agustin, bahkan kakinya sudah beranjak mendekati kamar itu namun ia cepat-cepat berbalik dan melanjutkan langkahan kakinya menuju pintu luar.
***
Siska melihat arloji di tangan kanannya menunjukan pukul 2.50.
Ia menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi, sesekali ia menggerutu kesal pada temannya Evelin.
Sudah beberapa kali ia telpon namun tak di angkat juga, bahkan beberapa sms yang di kirim tak ada satupun yang di balas oleh Evelin.
Kemana anak ini!
Tibalah ia di rumah berukuran besar yang dihiasi lampu disetiap sudut rumah. Berkali-kali ia menekan bel yang terpasang di gerbang. Munculah seorang wanita berumur kisaran 40 tahun.
"Maaf, Ada apa malam-malam begini?".
"Gue ada urusan sama Evelin".
"Sebentar saya panggilkan".
Wanita itu berlalu masuk ke dalam rumah tanpa membukakan gerbang, beberapa menit Siska menunggu akhirnya Evelin menghampirinya dan membukakan pintu gerbang.
"Lo kemana aja?" Ucap Siska jengkel.
"Sorry sorry".
"Gue butuh bantuan lo".
KAMU SEDANG MEMBACA
CHELSEA [Completed]✔
Teen FictionKatanya sejauh apapun dan diujung dunia manapun mereka berada jika keduanya ditakdirkan bersama maka mereka akan bersama. Seperti itukah? Lalu bagaimana dengan takdir seorang gadis bernama Chelsea yang benar-benar sudah kehilangan segalanya, keluarg...