D'Media Corp. Pukul 11.00 siang. Jakarta Utara.
Aku membaca hasil investasiku pada perusahaan penyiaran milik Pak Lana yang ada di Aceh sebulan yang lalu.
Siaran Dakwah dan Tausiah mereka memang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.Aku melirik ke arah ponselku yang sejak tadi berdering. Nama Bunda terpampang disana. Sebenarnya aku sedikit terganggu. Tapi mau gimana lagi? Sepertinya itu penting sampai akhirnya ini sudah ke sekian kalinya Bunda menghubungiku namun aku mengabaikannya.
"Asalamualaikum Bun. Ada apa?"
"Wa'alaikumussalam. Ya Allah Fikriiiii!!!"
Aku meringis sampai menjauhkan posisi ponsel dari telingaku. Suara Bunda terdengar nyaring penuh amarah.
"Fikri? Halo? Halo? Halo bayi besar Bunda. Apakah masih ada disana???????"
Aku menarik napas panjang. Ya Allah, bayi besar. Dua kata itu sekarang menjadi julukanku selama Bunda tinggal di Jakarta sini.
"Iya Bun Iya. Fikri disini."
"Jam berapa kamu pulang nak?"
"Sore Bun. Ada apa?"
"Alhamdulillah deh. Ah jangan keluyuran ya! Malam ini ada acara syukuran di rumah Fara. Dia habis pindahan."
"Kenapa Bunda baru bilang? Bukankah tadi siang kita makan bersama sama mereka di restoran Fikri?
"Bunda lupa." Suara Bunda tertawa terdengar. "Maklum sudah tua. Sudah mulai pikun. Tapi sayang banget, tua-tua gini kamu belum menikah. Jadi kapan Fik?"
"Apanya yang kapan?"
"Nikah Fik Nikah! Allahuakbar bayi besar."
"Bundaaaaa-"
"Fik. Fara itu cantik loh. Serasi sama kamu. Dia juga cantik seperti almarhum Devika dulu."
Aku berusaha menahan sabar. Yang sedang berbicara denganku ini adalah ibu kandungku. Jangan sampai aku emosi.
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..Dzikirku dalam hati. Aku menyenderkan punggungku di sandaran kursi kerjaku. Aku memijit keningku yang sedikit pusing. Pekerjaan yang menumpuk dan tuntunan dari Bunda padaku untuk segera menikah.
"Devika tidak akan tergantikan sampai kapanpun Bun. Fikri mohon mengertilah."
"Bunda sudah ngertiin kamu selama 5 tahun. Apakah itu semua belum cukup buatmu?"
"Bun-"
"Kamu sudah dewasa secara umur. Umur kamu sudah 30 tahun Fik. Secara finansial kamu juga sudah mapan. Harta sudah ada. Rumah. Mobil. Pekerjaan. Apa lagi yang kurang? Istri kan?"
Samar-samar aku mendengar suara Ayah yang terbatuk. Mungkin saat ini Ayah ada didekat Bunda.
"Tuh lihat. Ayah kamu sudah mulai sakit-sakitan. Tadi malam Bunda nemanin Ayah ke dokter. Kata dokter kolesterol Ayah tinggi lagi."
"Bunda tidak perlu mengkhawatirkan Fikri secara berlebihan Bun. Insya Allah Fikri akan baik-baik saja. Percayalah."
"Tapi siapa yang bisa mengetahui di masa depan?"
"Bunda. Fikri-"
"Kamu harus ambil pelajaran dari kakakmu itu. Dulu Arvino itu playboy. Sering gonta-ganti pasangan. Bunda sampai khawatir. Kemaksiatan yang dilakukannya dimasalalu membuat Bunda mengkahwatirkanmu juga nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah
RomanceFikri Azka menyukai Devika sejak lama dan berniat menikahinya di masalalu. Pernikahan mereka akan berlangsung dalam waktu dekat. Tapi sayangnya, Allah berkehendak lain. Devika meninggal saat kecelakaan mobil yang di kemudikan oleh Reva, sahabat Fikr...