Fajar menjelang setelah sholat subuh baru saja kami lakukan secara berjamaah di kamar hotel ini. Aku bersyukur Alhamdullilah. Mas Fikri mengajakku untuk mengaji bersama dalam satu Al Qur'an.Hatiku tersentuh. Selama mengaji, aku berusaha menahan air mata haru ini karena pertama kalinya aku mengaji dengan seorang pria yang kini menjadi mahramku.
Ya.. rasa cintaku pada Mas Fikri semakin besar meskipun aku tidak tahu bahwa Mas Fikri mencintaiku juga atau tidak.
Tapi aku akan berusaha berbakti pada Mas Fikri. Aku akan belajar menerima segala kekurangan dan kelebihannya mulai hari ini. Aku yakin suatu saat Mas Fikri akan mencintaiku.
Lalu aku bersyukur, ibadah kami pagi ini adalah membaca Al Qur'an bersama. Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miin itu satu huruf, tetapi Alif itu satu huruf dan Laam itu satu huruf dan Miim itu satu huruf." (HR. At Tirmidzi / 2327)
"Shadaqallahul-'adzim."
"Maha benarlah ALLAH yang Maha Agung." ucap Mas Fikri setelah selesai membaca ayat Al Quran.
Dengan perlahan aku menutup Al Qur'an ini kemudian menciumnya begitupun Mas Fikri. Mas Fikri beranjak dari duduknya dan meletakan Al Qur'an diatas meja di lanjutkan denganku yang juga melepas mukenaku sendiri.
Aku melipat mukenaku dengan rapi. Setelah itu, aku menatap Mas Firki yang berdiri memunggungiku sambil memegang ponselnya.
Sejenak, aku terdiam karena teringat kejadian tadi malam. Sebuah perlakuan Mas Fikri yang membuat jantungku berdebar sekaligus ingin copot. Hanya mengingat itu, wajahku merona merah.
Semalam memang tidak terjadi apapun meskipun saat tidur Mas Fikri memelukku begitu erat dari belakang. Aku tersenyum tipis. Mas memang suami yang pengertian terhadap situasi apalagi kami baru saja saling mengenal satu sama lain.
Aku tidak banyak berkata karena aku berniat membuatkkan secangkir teh yang sudah di sediakan oleh pihak hotel di kamar kami.
Aku membuat secangkir teh ini dengan tersenyum tipis. Membayangkan untuk pertama kalinya aku menghidangkan minuman di pagi hari untuk seorang suami.
Hanya butuh 3 menit aku sudah selesai menyeduh teh. Aku membawa secangkir teh ini ke Mas Fikri yang masih duduk di pinggiran ranjang. Mas masih terlihat sibuk dengan ponselnya.
"Mas?"
"Ya?"
"Apakah Afrah menganggu?"
Mas Fikri mendongakan wajahnya kearahku, dia tersenyum. "Tidak Afrah. Aku hanya mengecek email di ponselku."
Aku hanya mengangguk dan duduk disamping Mas Fikri dengan pelan sekaligus gugup.
"Mas.. em ini teh pagi buat Mas."
Mas Fikri meletakkan ponselnya diatas meja lalu menerima secangkir teh buatakanku.
"Terima kasih. Semoga Allah memberi pahala untukmu."
"Aamiin. Terima kasih Mas."
"Sama-sama."
Tanpa banyak bicara lagi Mas Fikri meminum teh itu lalu tersedak. Aku panik. Mas terlihat meringis lalu meletakan cangkir teh itu di atas meja.
"Ya Allah Mas.. ada apa?"
Dengan cepat aku meraih tisu. Aku menatap Mas Fikri was-was bahkan saat ini aku menyentuh bibir Mas Fikri dengan rasa bersalah. Aku yakin saat membuat teh tadi tidak ada kesalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah
RomanceFikri Azka menyukai Devika sejak lama dan berniat menikahinya di masalalu. Pernikahan mereka akan berlangsung dalam waktu dekat. Tapi sayangnya, Allah berkehendak lain. Devika meninggal saat kecelakaan mobil yang di kemudikan oleh Reva, sahabat Fikr...