Hari semakin cepat berlalu. Waktu pun sudah berganti menuju pukul 16.00 sore. Pekerjaanku sudah selesai. Aku sudah berjanji dengan Afrah untuk membawanya kesuatu tempat.
Mobil yang aku kemudikan sudah berada di jalan raya yang sedang padat. Sambil mengemudi, sesekali aku melirik kearah Afrah yang banyak diam. Aku melihat tangannya yang saling bertaut. Sesekali meremas ujung Khimarnya.
"Kamu baik-baik saja?"
Afrah menoleh kearahku meskipun tatapanku saat ini lebih memilih melihat kedepan sambil fokus menyetir mobilku.
"Em Afrah baik-baik saja Mas."
"Kamu terlihat sedang gelisah dan menutupi sesuatu. Apakah aku benar?"
Hening sesaat. Aku tahu Afrah terlihat tidak baik-baik saja. Tapi aku tidak ingin menanyakannya. Aku ingin membiarkan dia terbuka kepadaku. Aku ingin dia jujur apa adanya.
"Mas.."
"Hm?"
"Apakah Afrah cantik?"
Mobil yang aku kendarai memasuki sebuah parkiran pusat perbelanjaan di kota Jakarta. Aku mematikan mesin mobilku dan tak lupa melepas safety belt yang aku kenakan.
Aku menoleh kearah Afrah. "Ya kamu cantik. Memangnya ada apa?"
"Apakah Mas tidak berbohong?"Dengan perlahan Afrah membuka cadarnya. Dia sedikit memajukan tubuhnya. Lalu jantungku berdebar. Aku selalu saja seperti ini kalau Afrah begitu dekat denganku.
"Demi Allah aku tidak berbohong." ucapku pelan. Aku menatap kedepan dan berusaha untuk tetap tenang meskipun aku sedikit tidak fokus oleh wajahnya yang cantik.
Sebuah sentuhan lembut di pipiku membuatku pada akhirnya menoleh kearahnya. Afrah meraba pipiku.
"Tatap Afrah Mas. Apakah benar Afrah cantik?"
Aku terdiam. Ya Allah.. bibirnya. Setiap aku menatap Afrah aku selalu saja terfokus sama bibirnya.
"Iya sayang kamu cantik. Apakah kamu tidak percaya denganku?"
"Apakah wajah Afrah kusam? Berminyak?"
"Tidak keduanya. Ayo kita keluar dari mobil. Sebelum magrib. Ini sudah hampir jam 5 sore." ucapku berusaha mengalihkan pertanyaannya.
Lalu kami pun memasuki pusat perbelanjaan saling bergandengan tangan.
🥀🥀🥀
Malam pun tiba. Kami sudah dirumah beberapa jam kemudian setelah kepulanganku dari pusat perbelanjaan bersama Afrah. Saat ini jam menunjukan pukul 21.00 malam setelah sholat isya dan makan malam bersama Afrah.
Aku menatap sebuah ponsel yang baru saja aku beli untuk Afrah. Awalnya dia menolak. Tapi bagiku ini rezeki dari Allah buat Afrah. Tidak masalah bagiku karena aku ingin menyenangkan hatinya.
Sebuah ponsel keluaran terbaru
merek apel gigit yang di bandrol harga fantastis. Aku tidak mempermasalahkan harganya. Apalagi sedikit banyaknya biar istriku itu tidak gaptek.Deringan ponsel membuatku teralihkan. Nama Daniel terpampang dilayar. Aku pun segera menerima panggilan tersebut dengan berjalan kearah balkon kamar.
"Asalamualaikum Ya Daniel. Ada apa?"
"Wa'alaikumussalam. Hai bagaimana kabarmu. Apakah calon keponakanku sudah ada?"
Daniel bertanya dengan songongnya padaku. Dia memang begitu. Suka bercanda dengan mulut yang tidak di filter.
"Belum ada. Bagaimana denganmu? Apakah sudah ada calon adik ipar buatku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah
RomanceFikri Azka menyukai Devika sejak lama dan berniat menikahinya di masalalu. Pernikahan mereka akan berlangsung dalam waktu dekat. Tapi sayangnya, Allah berkehendak lain. Devika meninggal saat kecelakaan mobil yang di kemudikan oleh Reva, sahabat Fikr...