***
Bandar Udara Internasional Tokyo, Jepang. Pukul 08.00 Pagi.
Pesawat pribadiku akhirnya tiba di Bandar Udara Internasional Tokyo tepat pada pukul 08.00 pagi. Aku menuruni anak tangga pesawat satu persatu. Dibelakangku ada Rezki yang menjadi asisten pribadiku dalam urusan pekerjaan seperti biasanya.
"Jam berapa kita ketemu Pak Hidekiyoshi?"
"Siang ini Pak."
"Oke." Aku mengangguk. Aku baru saja selesai menuruni anak tangga pesawat milikku.
Dari jarak beberapa meter, sebuah mobil hitam dengan satu pria berpakaian jas formal dengan kaca mata hitam yang terpasang dikedua matanya sudah menungguku dengan siap.
"Proposalnya sudah kamu siapkan?"
"Sudah Pak. Tenang, saya tidak lupa kok."
Aku sudah tidak bertanya lagi ketika pria yang memakai jas formal tadi membuka pintu mobil untukku kemudian aku memasukinya.
Mobil sudah berjalan dan keluar dari bandara dengan lancar. Didepanku ada Rezki dan asistenku yang tadi."Mas."
"Ya?"
"Bunga sakuranya cantik ya?"
"Gak, biasa saja."
"Ih, kok gitu? Cantik Mas, coba lihat deh postingan ini di akun traveling. Afrah itu suka warna-warni cerah dan indah. Bunga sakura itu cantik. Warnanya saja warna pink."
"Kamu suka lihat itu?"
"Iya Mas. Mas tidak suka ya?"
"Mas suka lihat kamu. Lebih indah lebih cantik lebih nyata dan.."
"Dan apa?"
"Dan bisa dicubit gini."
"Aw, ish, Mas ini nyebelin."
"Ayo tangkap aku, weeee.."
"Mas Fikriiiiiii!!!"
Aku terdiam sesaat. Hanya melihat bunga sakura sepanjang jalan kota Tokyo kali ini membuatku teringat Reva. Ah tidak maksudku, Afrah.
Aku sudah janji tidak menganggapnya Reva meskipun sebenarnya sulit untuk dilakukan. Tak hanya itu, bayangan dia saja datang silih berganti setiap waktu dan detiknya mengalahkan tentang pikiranku mengenai pekerjaan.
Saat ini Tokyo sedang musim semi, salah satu musim yang paling di tunggu-tunggu oleh masyarakat kota Jepang. Pagi ini suhunya begitu rendah dengan 5 derajat celcius.
Aku mengecek ponselku. Sudah beberapa jam yang lalu, tidak ada satupun panggilan tak terjawab dari Afrah. Biasanya dia itu paling sering menghubungiku kalau aku berada diluar kota.
Tapi tidak untuk kali ini. Aku hanya menemukan satu pesan singkat dari Afrah. Aku pun membuka isi pesan tersebut dan membacanya.
Sayang : "Mas sudah sampai?"
Aku langsung membalasnya. Setidaknya dia tahu kalau aku sudah sampai. Setelah membalasnya aku kembali terdiam. Dan lagi, wajah Afrah kembali membayang di pikiranku.
Ponselku bergetar. Sebuah notif pesan chat masuk. Itu pasti Afrah. Cepat sekali Afrah balasnya. Padahal perbedaan waktu di Jepang dan Jakarta hanya 2 jam lebih cepat dari kota Jakarta. Berarti saat ini disana pukul 06.00 pagi. Jamnya Afrah sibuk memasak. Lalu aku terdiam. Bukan Afrah yang balas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah
RomanceFikri Azka menyukai Devika sejak lama dan berniat menikahinya di masalalu. Pernikahan mereka akan berlangsung dalam waktu dekat. Tapi sayangnya, Allah berkehendak lain. Devika meninggal saat kecelakaan mobil yang di kemudikan oleh Reva, sahabat Fikr...