31. Fikri : Bertahan Dalam Pesona Afrah.

25.8K 2K 137
                                    


Assalamu'alaikum Warohmatulohi wabarokatuh..

Halo semuanya, Maafkan aku baru bs kembali update fikri afrah ya karena sikonnya emang sibuk update barengan sama naskah cerita aku yang lainnya. Mohon maaf dan semoga bisa memaklumi ya.. ☺

Sayang kalian, Happy Reading

Wassalamu'alaikum Warohmatulohi Wabarokatuh..

*****

Jakarta. Pukul 17.30 sore.

Setelah pulang dari Ancol 1 jam yang lalu, akhirnya aku tiba di kediaman Afrah di kawasan perumahan lestari indah Jakarta Utara.

Sebentar lagi akan senja karena selama perjalanan yang kami tempuh tadi, mobil kami sempat mengalami kemacetan di jalan. Tapi aku tidak masalah dengan itu daripada terjebak bersama Afrah.

Afrah benar-benar membuatku berusaha keras untuk bisa bertahan diri sebagai pria normal dan dewasa. Dia itu cantik. Tubuhnya selalu beraroma wangi bila didekatku. Dan dia itu selalu bersikap baik denganku. Tentu saja imbasnya aku hampir saja terjatuh dalam pesonanya.

Aku harus menanamkan dalam diriku bahwa aku sedang bermain puzzle. Jangan sampai aku membiarkan hatiku jatuh pada dia. Dia itu Reva. Bukan Afrah. Dan kalian juga tahu bawah sejak dulu aku tidak mencintai Reva karena dia adalah sahabatku.

Ayah dan Bunda tenyata sudah berdiri didepan teras rumah. Akupun segera keluar dari mobil bersama Afrah. Senyuman hangat dan ramah menyambut kedatangan kami.

"Asalamualaikum Ayah Bunda!" salam Afrah dengan sumringah.

"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah kalian sudah sampai. Bagaimana jalan-jalan nya hari ini?" tanya Bunda dengan senyuman hangat.

"Alhamdulillah baik Bun. Mas Fikri membawaku ke Dufan. Kami naik biang Lala dan menatap keindahan ciptaan Allah diatas ketinggian beberapa meter."

Suara Ayah tertawa renyah terdengar. Tidak lupa aku mencium punggung tangan beliau dilanjutkan dengan mencium punggung tangan Bunda.

"Ayo Afrah, Fikri. Sebaiknya kita masuk. Sudah senja. Kalian jangan lupa bersiap-siap untuk sholat magrib."

Aku hanya mengangguk dan menurut. Kami pun segera memasuki rumah. Dengan perhatian Afrah menarik pergelangan tanganku menuju kamarnya. Sesampainya disana aku tertegun melihat isi kamarnya yang serba berwarna. Terutama tempat tidurnya.

Apakah Afrah bercanda? Tidur dengan badcover bergambar kuda unicorn berhias pelangi seperti anak-anak?

"Mas?"

Aku tersentak ketika Afrah menarik pergelangan tanganku untuk duduk di pinggiran ranjang. Afrah beralih meraih gelas dan mengisi air dari dispenser yang ada di kamarnya.

"Ini Mas. Minum. Mas pasti haus."

Aku mengangguk dan segera menerimanya. Aku meminum air putih itu dengan segar. Setelah itu Afrah mengusap di sudut bibirku dengan jarinya seolah-olah bibirku ini belepotan setelah minum. Tapi Afrah memang begitu, dia suka perhatian denganku dan sialnya aku menyukai sikapnya.

Tiba-tiba Afrah bersimpuh didepanku. Tanpa diduga Afrah melepaskan pentofel dan kaus kakiku kemudian meletaknya di rak sepatu sudut kamarnya. Afrah membuka pintu lemarinya. Lalu meraih sebuah wardrobe putih kearahku.

"Mas mandi ya. Tapi maafin Afrah, kamar mandinya ada diluar kamar."

"Iya tidak apa-apa. Aku mengerti karena rumah ini tipe minimalis yang sederhana."

Ana Uhibbuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang