****
Samarinda. Pukul 13.00 Siang.
Aku tak menyangka kalau istri Pak Amran menampar pipi Reva. Dengan panik aku segera membawanya kekamar. Reva sudah lemah. Hanya untuk berjalan saja dia tidak mampu. Alhasil aku menggendongnya. Tubuhnya terasa gemetar ketakutan.
Aku menurunkan tubuh Reva diatas tempat tidur. Dia menangis sesenggukan lalu dengan perlahan dia terbangun duduk dipinggiran ranjang.
Aku membuka khimarnya. Aku menatap pipinya yang memerah bekas tamparan tadi.
"Ayo ganti bajumu dulu Rev."
Dia menggeleng. Yang dia lakukan hanya memilih tidur dan merubah posisi menyamping.
"Reva.."
"Afrah lelah. Afrah lelah dengan semua ini."
Aku terdiam. Aku masih melihatnya seenggukan. Lalu aku duduk di pinggiran ranjang.
"Tolong ganti baju dulu. Setidaknya kamu tertidur dalam keadaan nyaman."
"Apa Mas mulai perduli padaku sekarang?"
"Reva.."
"Afrah ingin sendiri." isaknya lirih. "Ingin sekali rasanya aku dipeluk oleh suami yang aku cintai. Tapi sayangnya saat ini dia menganggapku orang lain. Aku hanya bisa apa?"
"Kenyataan kamu memang orang lain yang berubah secara-"
"Tolong biarkan Afrah sendiri Mas. Afrah lelah."
Aku hanya mendengus kesal. Alhasil akupun pergi dari sana meninggalkannya.
🥀🥀🥀🥀
Komplek Perumahan Villa Cendana. Pukul 13.00 siang.
Aku baru saja pulang dari mesjid dikomplek perumahan ini setelah sholat Zuhur berjamaah. Disebelahku ada Ayah dan Kak Arvino. Mereka tengah berbincang mengenai bisnis real estate yang saat ini sedang di kembangkan.
Aku hanya diam mendengarkannya. Tapi tidak dengan pikiran dan hatiku. Nama Reva terus saja mengangguku sejak kejadian tadi. Dia benar-benar banyak diam setelah kejadian itu. Berbicara padaku hanya seperlunya saja. Terakhir aku meninggalkannya sebelum ke mesjid, dia memilih merenung sambil berdzikir.
"Fik?"
Aku menoleh kesamping. Ayah menegurku. Aku berusaha untuk tetap tenang meskipun aku sadar sedikit banyaknya pikiran keluargaku saat ini dipenuhi banyak pertanyaan.
"Iya Yah?"
"Afrah bagaimana. Dia baik-baik saja?"
"Dia Reva. Bukan Afrah." ucapku datar.
"Kamu yakin dia Reva?" sambung Kak Arvino kepadaku.
Aku mengangguk. "Sudah banyak bukti-bukti yang aku temukan."
"Apa benar dia kuliah di kota ini? Em maksudku, seingatku 10 tahun yang lalu aku merasa tidak pernah memiliki mahasiswi bercadar." tanya Kak Arvino.
Sedikit banyaknya Kak Arvino sudah tahu kalau istriku itu alumni universitas dikota ini setelah aku memberitahunya, satu hari setelah acara lamaran dirumah Reva 2 bulan yang lalu.
"Kata Ayah mertuaku putrinya itu bercadar setelah mengalami kecelakaan. Dia berhijrah dan memakaikan sampai sekarang."
"Sampai kapan kamu akan terus membawa masalalumu itu Fik?" tanya Kak Arvino akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah
RomantikFikri Azka menyukai Devika sejak lama dan berniat menikahinya di masalalu. Pernikahan mereka akan berlangsung dalam waktu dekat. Tapi sayangnya, Allah berkehendak lain. Devika meninggal saat kecelakaan mobil yang di kemudikan oleh Reva, sahabat Fikr...