24. Afrah : Kepergian Fara

22.7K 1.8K 43
                                    

2 Minggu kemudian.

Aku memakai khimar dan cadarku dengan rapi setelah satu jam yang lalu aku mengirimkan pesan singkat pada Fara bahwa aku ada perlu dengannya. 

Aku sudah selesai dengan semuanya, memastikan bila semua auratku tertutup dengan rapi. Akhirnya aku pun keluar dari kamarku.

"Afrah kamu mau kemana?"

Aku menghentikan langkahku ketika Bunda menegurku yang baru saja dari dapur membawa cemilan untukku. Cupcake Rainbow.

"Afrah mau izin ke sebelah Bun."

"Tempat Fara?"

Aku mengangguk. "Em, iya Bun."

"Ngapain? Ada perlu? Kenapa tidak melalui ponsel saja?"

"Maaf Bun. Tidak bisa."

"Kalian baik-baik saja kan?"

Seketika aku terdiam. Benarkah aku baik-baik saja? Kalau boleh jujur, semenjak Pak Fikri datang melamarku komunikasiku dengan Fara berkurang.

Apakah dia baik-baik saja?

"Afrah mau ke tempat Fara saja Bun. Sekalian berkunjung kerumahnya."

"Baiklah kalau begitu. Ah tunggu.."

Bunda berlalu memasuki dapur dan mempersiapkan sesuatu di kotak wadah makanan. Hanya 3 menit setelah itu Bunda berjalan kearahku.

"Ini cupcake rainbow. Beri Fara dan keluarganya dirumah ya. Titip salam dari Bunda buat Mama nya Fara. Kamu mengerti?"

"Iya Bun. Afrah kesebelah dulu. Asalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aku segera keluar rumah dan berjalan di halaman untuk menuju rumah Fara. Aku pun sudah berdiri didepan pintu pagarnya. Aku melihat Tante Yasmin, Mamanya Fara yang sedang menyiram bunga dihalaman rumahnya.

"Asalamualaikum. Tante."

"Wa'alaikumussalam. Oh Afrah? Sini nak masuk."

Aku hanya mengangguk dan tidak lupa mencium punggung tangannya.

"Maaf Tante, apakah Fara ada?"

"Oh Fara- ah itu dia."

Kami pun sontak menoleh kearah pintu. Ya Allah, aku terkejut. Aku melihat Fara sudah rapi. Ditangannya ada tas dan koper yang bersiap untuk pergi. Tapi, Fara akan kemana?

"Eh ada Afrah.."

Dengan penuh senyuman, Fara melepaskan pegangan koper dan berjalan kearahku.

"Ada perlu apa Af?"

Seketika aku bingung. "Em aku-"

"Ayo sini, kita bicara didalam saja. Masih ada waktu 5 menit kok. Ah kalau begitu aku batalin dulu niatku yang ingin menghubungi taksi online."

Dengan santai Fara menarik pergelangan tanganku dan membawaku masuk kedalam rumah. Fara menyuruhku duduk diruang tamu bahkan dengan baiknya Fara berlalu ke dapur hanya untuk membuatkanku minuman.

Fara memang begitu. Meskipun aku hanya tetangga sebelah, dia selalu menganggapku seperti tamu spesial baginya.

Awalnya aku sungkan dan bagiku Fara tidak perlu repot-repot. Fara keluar dari arah dapur dan membawa nampan berisi teh hangat.

"Nih. Teh hangat. Diminum ya Af. Santai, tidak perlu sungkan-sungkan. Anggap saja keluarga."

Aku hanya bisa diam dan mengangguk kikuk. Fara menyajikannya didepanku dan aku tidak lupa memberikan kotak makanan pesanan Bunda buat Fara.

Ana Uhibbuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang