37. Fikri : Tidak Fokus.

22.6K 2K 144
                                    

Apartemen Casanova. Pukul 22.00 Malam. Jakarta Utara.

Hujan baru saja turun dengan deras diluar sana. Alhamdulillah untungnya saja aku tiba diapartmen bersama Afrah sebelum hujan tiba beberapa jam yang lalu.

Aku mengecek jam di pergelangan tanganku. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Saat ini aku berada diruang kerjaku dengan pikiranku yang sedang kalut.

Beberapa menit yang lalu asisten pribadi yang bekerja denganku di kantor mengabarkan bahwa perusahaan penyiaran milikku sedang tertimpa masalah.

Aku mencari tahu. Rupanya penyebabnya adalah salah satu bagian penyunting video dalam sebuah film action yang sedang tayang disiang hari itu tidak memotong adegan kekerasannya.

Aku tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang dia lakukan saat bekerja sampai-sampai dia lupa melakukannya? Masalah semakin rumit karena bisa berdampak pada para investor yang ada.

Dengan fokus aku menghubungi bagian manajer penyunting film distudio. Aku tidak perduli sekalipun ini bukan jam kerja. Lalu aku mendengar suara pintu terbuka. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa yang datang memasuki ruang kerjaku.

Aroma wangi yang begitu soft begitu terasa dipenciumanku. Aku berusaha untuk fokus. Aku berusaha untuk menghubungi manajer itu yang tidak menerima panggilanku sejak tadi. Ya Allah, bikin kesal saja dia.

"Mas.."

Aku tertegun. Tiba-tiba Afrah memeluk tubuhku dari belakang. Dan lagi, pesona Afrah begitu kuat dengan aroma tubuhnya yang begitu wangi.
Tanpa diduga telapak tangan Afrah menyentuh lembut bagian dada bidangku. Aku mulai gugup.

"Ya?"

"Sudah malam." bisik Afrah ditelingaku. "Tidak tidur?"

"Em, kamu duluan saja." Aku berusaha untuk mengabaikannya. Akupun berjalan kearah kursi kerjaku dan duduk. Aku memilih membuka laptopku agar terlihat sok sibuk.

"Afrah tidak bisa tidur kalau Mas tidak tidur."

"Maafkan aku Afrah. Aku sibuk. Perusahaanku sedang mengalami masalah. Nanti aku akan menyusulmu dikamar."

Tidak ada respon apapun dari Afrah. Hanya keheningan yang terjadi diantara kami. Laptop pun sudah menyala dengan baik. Aku mulai mengetikkan sandi sebagai akses membuka layar laptoku. Namun ketikan jari-jariku yang ada diatas keyboard terhenti. Dan lagi, Afrah memelukku dari belakang. Dia memeluk leherku.

"Perlu dibuatkan teh hangat?" bisik Afrah dengan suaranya yang pelan ditelingaku.

"Ah atau secangkir coklat panas?"

Aku berusaha untuk fokus. Telapak tangan Afrah sudah kemana-mana dan kini menyentuh lenganku sambil mengusapnya.

Jujur saja. Aku tidak fokus. Ya Allah.. istriku ini benar-benar pandai dalam menggoda diriku.

"Mas?"

"Ha?"

"Kok diam?"

Aku berdeham. "Em ya. Buatkan saja."

"Teh atau coklat?"

"Aku mau susu."

"Susu ya?"

Aku kembali syok. Afrah mencium pipiku dengan kecupan lembutnya.

"Susu apa Mas?"

Dalam hati aku merasa miris. Bodohnya aku kenapa ucapannku terdengar ambigu?

Inginku benturkan saja kepalaku diatas meja saat ini juga. Lalu aku berusaha untuk sabar. Aku beristighfar dalam hati.

Ana Uhibbuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang