38. Afrah : Terluka

24.1K 2.1K 198
                                    

****

Apartemen Casanova. Pukul 21.00 malam. Jakarta Utara.

Aku berjalan mondar-mandir dengan gelisah dan tidak tenang. Sudah terhitung dua hari dua malam Mas Fikri tidak tidur dirumah. Katanya dia sibuk. Diperusahaannya sedang ada masalah. Aku tahu itu. Tapi tidakkah dia terpikir untuk pulang kerumah?

Ada aku yang siap mendengarkan semua keluh kesahnya.

Ada aku yang siap membantunya jika dia meminta tolong padaku.

Bahkan ada aku yang siap menjadi sandarannya ketika dia lelah dengan semua pekerjaannya.

Aku meletakan ponselku diatas meja. Sudah kesekian kalinya aku menghubungi Mas Fikri tapi dia tidak menerima panggilan dariku.

Lalu aku terduduk dikursi depan meja riasku. Aku menatap wajahku yang sudah bersih, putih, glowing dan cerah.

Alhamdulillah perawatan yang aku lakukan di Beuaty Skin beberapa hari yang lalu berhasil dengan baik. Tatapanku beralih ke botol parfum yang baru saja aku beli beraroma wangi soft.

Aku sudah memakainya. Tapi tetap saja, Mas Fikri terlihat biasa-biasa saja. Ada apa dengannya? Lalu ada apa denganku? Apakah ada yang salah denganku?

Aku memaksakan senyumku dipantulan cermin depan mataku. Akhirnya aku berdiri. Aku kembali meraih ponselku dan menghubungi Mas Fikri.

"Halo Asalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam. Mas, Ya Allah Mas Fikri. Mas Fikri sekarang gimana? Mas Fikri lagi apa? Sudah makan? Makan pakai apa? Masih sibuk? Mas lagi sama siapa?"

Hening. Tidak ada jawaban. Dan aku semakin cemas bahkan akupun sadar pertanyaanku begitu banyak saking kepikirannya. Jujur saja, aku paling tidak bisa tenang tanpa mengetahui kondisi Mas Fikri terlebih dahulu.

"Mas?"

"Aku baik-baik saja Afrah. Percayalah."

"Mas sudah makan?"

"Belum."

"Kenapa? Nanti Mas bisa sakit. Kalau Mas lapar gimana? Nanti Mas tidak konsentrasi dalam bekerja. Afrah khawatir."

"Apa perlu Afrah kesana malam ini antar makanan? Afrah bisa membuatkannya malam ini untuk-"

"Tidak perlu Afrah. Ini sudah malam. Lebih baik kamu tidur."

"Tapi-"

"Diruanganku ada makanan. Jadi kamu tidak perlu khawatir."

"Apakah Mas memesannya?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Em aku.."

Aku mendengar Mas Fikri berdeham meskipun sempat terjeda ucapannya beberapa detik.

"Mas?"

"Temanku yang membuatkannya. Kamu dirumah saja ya. Saat ini aku sedang lembur."

"Tapi Mas-"

"Aku tutup dulu. Ada Rezki masuk keruanganku membawa berkas. Asalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Dan panggilan berakhir. Aku sangat merindukannya. Bahkan aku sangat mencintainya. Saking cintanya ntah kenapa aku takut kalau Mas akan membohongiku.

Sekarang aku bertanya-tanya. Teman siapa yang dia maksud dan sudah membuatkan makanan? Apakah dia laki-laki atau perempuan?"

"Ya Allah, lindungilah Mas Fikri. Lindungilah rumah tangga kami dari keburukan." lirihku dengan perasaan sesak.

Ana Uhibbuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang