43. Fikri : Cinta Tidak Bisa Di Paksakan.

26.3K 2.2K 165
                                    

****

D'Media Corp. Pukul 07.00 pagi.

Brak! Suara pintu terbuka lebar. Aku melihat kearah pintu ketika
Rezki tergopoh-gopoh mendatangiku. Aku hanya mendengus kesal.

"Pak! Ya Allah, kenapa ruangan ini berantakan?"

Aku hanya diam menatap Rezki yang mulai mengambil satu per satu lembar demi lembar berkas yang berserakan di lantai. Tak hanya itu, ada pecahan kaca yang berasal dari gelas aku abaikan begitu saja disana.

Aku menatap Rezki dengan tatapan datar. Bagaimana aku bisa berkonsentrasi dalam bekerja ketika semalam aku mengetahui kalau Afrah itu ternyata Reva?

Setelah kepergiannya menuju dapur dan minum segelas air, ntah kenapa hatiku terdorong untuk melihat koleksi novel-novel milik Afrah. Padahal itu hanya sebuah keisengan tak berguna sembari mengabaikan rasa gugup untuk meminta hakku pada Afrah.

Tapi apa yang aku dapatkan tadi malam? Ck, dengan jelas aku melihat sebuah novel dengan halaman pertama bernama Reva Sintia. Apakah dia sedang memainkan dramanya untuk berpura-pura tidak mengetahui apapun jika selama ini ingatannya sudah kembali?

Deringan ponsel kembali berbunyi diatas meja. Aku mengabaikannya sejak tadi. Aku tahu itu Afrah. Hatiku sudah benar-benar kecewa. Bahkan-

"Pak saya jangan dikacangin dong."

Aku menatap Rezki dengan kesal. "Kenapa?"

"Lah kok tanya saya? Bapak tuh yang kenapa? Pagi-pagi ruangan Bapak berantakan. Memangnya tidak ada OB ya yang beresin ruangan Bapak jam 06.00 tadi?"

"Kamu saja yang beresin."

"Saya asisten Bapak loh. Bukan OB. Ijazah saya S1. Saya juga pintar. Anti galau. Masa disuruh jadi OB Bapak? Yang benar saja Pak."

"Yang bilang kamu OB siapa?"

"Kok Bapak ngegas? Galau jangan dibawa disini Coy."

"Rezki!"

Rezki hanya tertawa geli. Semua lembar berkas sudah dia kumpulkan dengan baik. Kedatangan Rezki semakin membuatku pening saja.

"Santai Pak. Jangan marah-marah. Nanti ditinggal istri."

"Jangan sok tahu kamu."

"Sudahlah Pak. Daripada ngurusin saya sok tahu atau tidaknya mending Bapak siap-siap ketemu sama Pak Samuel. Dia sudah sehat. Sebentar lagi beliau akan kesini."

Rezki itu memang menyebalkan dari cara bicaranya. Tapi percayalah bahwa dia sangat profesional dalam bekerja. Makanya aku mempertahankannya selagi dia tidak berniat membuatku gila.

Pintu terbuka. Pak Samuel selaku bagian Manager Program akhirnya datang menemuiku.

"Asalamualaikum Pak. Maafkan saya-"

"Wa'alaikumussalam. Kenapa kamu lalai dalam bekerja Samuel?!"

Dia terlihat menunduk ketakutan padaku. Bahkan aku sengaja memotong pembicaraannya.

"Maafkan saya Pak. Sudah sebulan perusahaan kita kedatangan mahasiswa dari universitas kota Jakarta untuk melaksanakan program kuliah kerja nyata. Salah satu dari mereka ditempatkan dibagian editing video. Namun karena saya lalai tidak memantaunya waktu itu membuat mahasiswi tersebut tidak memotong adegan kekerasan yang sedang ditampil-"

Brak! "Angkat kaki dari sini! Kamu saya pecat!" Bentakku padanya sambil menggebrak meja.

"Ta-tapi Pak. Saya-"

"Manager sepertimu hanya membuatku rugi. Gara-gara kamu para investor tidak mempercayai  perusahaan ini lagi!"

"Pak saya-"

Ana Uhibbuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang