"BU SENNO GAWAT GAWAT!!!" teriak Nada yang membuat seisi kelas mematung.
Selang sedetik, terdengar bunyi gasrak-grusuk anak-anak cowok pada kembali ke tempatnya masing-masing. Iyeu lah pada takut, orang Bu Senno ini lho. Wakasek Kesiswaan tergalaks dan paling 'uh'. Ada yang kepentok meja, ada yang kesandung kursi, bahkan ada yang cium lantai, cemacem dah namanya juga keburu-buru, keun?
"Katanye Bu Senno kok lama banget?" ucap Derry—masternya ML katanya.
"Ah, lo mah nggak percayaan. Tuh tuh dengar pantofelnya!" seketika seisi kelas hening setelah Fanny berucap begitu.
Duk duk duk duk
Suara high pantofel yang seakan-akan menjadi momok menakutkan. Seluruh cowok kelas X-2 sibuk menunduk, dalam hati merapal doa agar sang pemilik pantofel itu tak masuk ke dalam kelas mereka.
"Selamat pagi!" suara wanita itu terdengar di tengah keheningan.
"Pagi!" kor serempak dari seisi kelas. Cowok-cowok masih menunduk, lain halnya dengan ciwi-ciwi yang sibuk dengan sikon wajah mereka.
"Baik, buka halaman 564," ucap wanita itu. Cowok-cowok di kelas itu mengernyit. Wait..
"Kok suaranya beda ya?" gumam Prabu dengan suara sedikit lantang. Akhirnya semua cowok berani menegakkan kepala. Daaann...
"ANJIR!" teriak cowok-cowok serempak. Wanita yang ada di depan kelas itu lantas tertawa, diikuti tawa riuh semua ciwi-ciwi.
"BERHASIL!!!!!" teriak ciwi-ciwi di tengah tawanya yang kian menjadi.
"Ah kalian mah!"
"Tunggu aja pembalasan kami!"
Mara yang tadi memerankan sosok Bu Senno berbekal sepatu paskibnya Nada sekarang tertawa puas seraya memegangi perutnya. Nah kan, makanya jadi cowok jangan game mulu kalau cewek bertindak mamam tuh dikerjain, hahah!
TEEETTTTT....
"Lho kok bunyi bel pulang? Masa iya udah pulang?" protes Keira seraya memainkan ujung-ujung kuku yang bercat pink itu.
"WOY GENGS!!! PULANG PAGI GILAA!!!!" teriak Juna yang baru saja keluar. Biasa ketua kelas kan selalu update informasi terbaru.
Sejenak hening, mungkin otak mereka nggak ada kuotanya jadi ya loading :p
"ASEEEKKKKK!!!!" Prabu yang pertama memecah keheningan.
"Nongkrong bareng yuk! Rame-rame sekelas di Caffe depan kan murah, yok!" ajak Juna dalam mode bener. Kalau nggak bener pasti dah kea tadi, disuruh apa eh lupa.
"Ah, gue nggak bisa. Mau ke starbucks sama temen-temen gue," ucap Keira dengan sedikit nada somse. Ah palingan juga ngecengin cogan itu. Biasa cabe-cabean kualitas super. Makanya kan nggak kelihatan, dalam mode diam soalnya.
"Ah iya Kei. Gapapa, kami mah apa atuh, entar ke starbucks pada bon lagi. Lo pergi aja kami juga nggak ngajak lo kok!" damn! Prabu si cowok mulut cablak akhirnya nyaut. Pedes amat bosqueh.
Keira sontak memalingkan wajahnya seraya menghentakkan kaki. Itu ngambek apa gimana dah? Tadi kan nggamau kok sekarang merajuk, ah elah cewek repot amat dah!
"Jadi siapa aja yang ikut?" teriak Mara pada seisi kelas. Seperti biasa, 3 sekawanan ciwi terslow pada nggak ikut dengan alasan mau belajar kelompok.
"Sorry, kami nggak ikut. Mau belajar kelompok, hehe." A elah ini nih jenis murid yang super rajin. Nggak ada kerja kelompok aja mau kerja kelompok sendiri. Contoh yang kea gini nih temen-temen, biar pinter, entah gede jadi dokter. Kemana-mana naik helikopter, eaaaa itu lagu masa kecil wagagag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giovanile
Teen FictionAsmaraloka sebelumya hanyalah gadis biasa yang tidak terkenal, tidak cantik, tidak tajir, namun pintar. Eksistensinya di sekolah jarang diketahui, tak banyak yang mengenal dia. Namun, Asmaraloka kini tiba-tiba menjadi sorotan, apakah penyebabnya? Bu...