Happy reading~
***
"WHAT YA AMSYONG MARA SOLD OUT!!!!" teriaknya membuat kelas X-2 gonjang-ganjing. Elah itu anak mulutnya suka lost contact!
Seketika kelas hening. Tidak ada satupun yang menutup mulutnya. Semua nganga seraya menatap Mara.
"WHAAAT?!!!" kor sekelas jangan ditanya gimana Joddy, cuman merigis lah! Inget dah Jod, mulutmu harimaumu!
Mara mendelik melihat sikon kelas X-2 sekarang. Okay sekarang apa lagi? Prabu yang mulanya berada di belakang(karena disitu sumber Wi-Finya) jadi berjalan ke depannya guna menghampiri Mara juga Joddy.
"Sama siapa lo Ra?" ucapnya agak keras, iyeu virus keponya merajalela. Eh tapi ya kepo itu ciri-ciri peneliti, tau! Mara menepuk jidatnya pelan. Kemudian dia meoleh ke Joddy untuk meminta anak perempuan yang namanya mirip laki-laki itu menjelaskan.
"Gini-gini, gue tadi becanda. Lo pada tau kan mulut gue suka lepas kontrol?" Prabu hanya memicingkan mata memastikan, lalu ia menggeleng tak percaya. Kini, telunjuk Prabu mengarah tepat di depan mata Joddy badannya pun agak condong yang menjadikan kepala Joddy agak mundur.
"Ngibul kan lo?" ujar Prabu pelan. Mara serta Joddy melotot, sontak Mara menggepuk paha Joddy mengodenya untuk menjelaskan segamblang-gamblangnya. Joddy tergagap, asli Prabu tuh aslinya temven, Bung tapi ya gitu, hum...badboy?
"Astaga Prabu! Lo jadi orang nggak percayaan banget sih!" Joddy berusaha menutupi rasa gugupnya. Prabu kembali tegak, namun matanya masih memicing.
"Iyalah percaya tuh sama Allah, kalau percaya sama lo itu musyrik." Prabu melenggang pergi sambil menyabet buku Kimia Mara.
Wait...
Buku Kimia?
Eh ini gimana? Prabu mau plagiatin kerjaan Mara gitu? Mara masih loading, otaknya berjalan lambat.
Sebelum...
"PRABUUUU!!!!!" teriakan Mara memecah kebisingan kelas X-2
+++
From : Asmara(loka)
Terimakasih Beng-Bengnya J
Sebuah kalimat itu mampir di pesan WA Adikara. Entah mengapa bibir tipis itu membentuk sebuah lengkungan indah. Entah mengapa hatinya pun berbunga-bunga. Ferro yang melihat kejadian itu hanya tersenyum samar, senyum yang terkesan dingin bagi yang belum mengenalnya. Tapi senyumnya Ferro itu...manis.
"Udah resmiin aja kali!" celetuk lelaki dingin itu pada temannya yang sedang tersenyum nggak jelas. Kayak gila aja. Eh emang gila kan? Gila cintanye Mara muehehe.
Adikara tersenyum lagi, senyum yang lebih tulus, "Dia beda, nggak kayak yang sebelumnya." Ujarnya diselingi menerawang menatap atap kelas bermotif awan itu.
Ferro menghela napas, ya dia belum pernah melihat Adikara segila itu. Biasanya mah jadian ya jadian aja, bahkan kalau putus sampek ceweknya nangispun Adikara tetep anteng, diem, anyem-tentrem. Nggak ada adegan dipeluk terus minta maaf. Mana ada!!!!
Emang, terkadang kenyataan itu pahit. Coba deh anak SMP suruh baca kisah SMA di novel-novel, pasti mereka bakalan bilang 'ah nggak sabar SMA!' tapi kenyataannya nggak kek gitu. SMA, mana ada ketos yang tiba-tiba nyasar pacaran sama adik kelas yang nggak terkenal, bukan anak guru, bukan anak cantik/cakep, bukan anak pintar. Mungkin ada, tapi itu jarang! Yang ada tuh Cuma dikejer-kejer suruh nyelesain tugas, soal formatif yang Cuma 3 tapi memeras otak. Huft! Putih Abu-abu emang legend!
Back to story, Ferro hanya menepuk bahu kokoh Adikara. Fyi, bahu Adikara belum ada yang berani 'nyenderin' kecuali keluarganya. Emang, Adikara nggak sembarangan meminjamkan bahunya untuk dijadikan sandaran.
![](https://img.wattpad.com/cover/195459430-288-k610274.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Giovanile
Teen FictionAsmaraloka sebelumya hanyalah gadis biasa yang tidak terkenal, tidak cantik, tidak tajir, namun pintar. Eksistensinya di sekolah jarang diketahui, tak banyak yang mengenal dia. Namun, Asmaraloka kini tiba-tiba menjadi sorotan, apakah penyebabnya? Bu...