30

52 6 0
                                    

Happy Reading~

***

"Gak-maksud gue, kalian gak bisa nuduh kalau gak ada bukti!" perkataan Keira membuat tangan Adikara terangkat hampir mendarat di wajah mulus gadis itu kalau tidak segera ditahan oleh Ferro.

"Gak ada bukti? Oke ayo ikut kami buat ikut nangkep sekutu lo itu, gue bakalan nunjukin buktinya kalau dia udah ketangkep juga,"

Keira bersikeras menutupi kegugupannya dengan menyetujui perkataan Adikara. Dia pikir Adikara tak akan tau sampai ke akar-akarnya.

Adikara duduk di depan bersama Ferro, sedangkan Dani dan Yoga di belakang mengapit Keira jaga-jaga barangkali dia akan loncat dari mobil. Fajar mengendarai motor menuju sasaran selanjutnya. Kali ini dia mengendarai motor diliputi perasaan tidak percaya atas semua yang terjadi.

+++

Tak seberapa lama, mereka sampai pada sebuah rumah minimalis yang terkesan nyaman. Fajar turun dari motornya dengan cepat, teman-temannya yang lain mengawasi drama yang sebentar lagi terjadi.

Adikara tersenyum sinis saat melihat gadis itu keluar dari rumahnya dengan senyum yang mengembang, Adikara juga bisa melihat tatapan kekecewaan yang berusaha disembunyikan seorang temannya.

Tak lama Fajar memberi kode untuk semua keluar. Dani mendorong sedikit kasar Keira.

Gadis itu seangat terkejut dengan kedatangan Adikara beserta teman-temannya.

"Eh Kak, kok lo pada disini sih?" tanya gadis itu masih dengan nada ceria seperti biasanya. Adikara tersenyum sinis.

"Orang tua lo di dalem kah?" perempuan itu menggeleng sebagai jawaban, lalu mempersilahkan keenam orang tamunya masuk.

"Kok kalian bawa Keira?" tanya gadis itu setelah mereka duduk di sofa empuk ruang tamunya.

Adikara berdecak, dia tidak suka basa-basi.

"Udah deh to the point aja, lo boleh ngomong apapun untuk ngejelasin apa yang terjadi!" titah Adikara memecah semua basa-basi yang tercipta. Guratan emosi tercetak jelas di mata Adikara.

"Apa yang terjadi emangnya?" gadis itu masih berusaha mentralkan gugupnya.

Adikara berdecih, lalu melirik sinis gadis itu, "Lo ada apa sama Keira?" Adikara berusaha bersabar mengingat Fajar masih berstatus sahabatnya.

"Ada ap—"

"STOP SOK BELAGAK GAK TAU DEH! GUE CAPEK TAU GAK GUE KECEWA SAMA LO MEKKA!!!" bukan, itu bukan Adikara melainkan Fajar yang sudah muak dengan sikap Mekka. Kilatan amarah sangat jelas terlihat di mata Fajar, dia marah, dia kecewa, semuanya jadi satu.

Mekka berdecih kemudian tertawa, "Kalian ngomong apa? Gue gak tau!" tangan Adikara terkepal sempurna seraya mengetatkan rahangnya. Dia benci seseorang yang sok polos.

"Lo ada kerjasama kan sama Keira buat Mara kecelakaan?" Ferro angkat suara dengan nada datar nan dingin khas dirinya. Mekka tertawa kencang sebagai respon.

"Lo gimana sih? Atas dasar apa?" Mekka seolah menantang Mekka dan mereka benci itu.

Adikara menghembuskan napas lelah, dia memberi kode untuk memaparkan seluruh bukti yang ada.

Flashback On

Adikara pusing dengan seluruh teori-teori tentang Mara yang belum juga terpecahkan. Dia berniat menyelidiki seorang yang teman-temannya curigai dan pemilik nomer yang mengirim kepada Mara video itu—Keira. Adikara sudah menghubungi teman-temannya untuk membuntuti Keira beberapa hari saja, dia yakin akan menemukan bukti guna mengungkap kebenarannya. Tidak mungkin dia bilang dia berhasil mendapatkan semua berkat tekhnologi. Berhasil Keira keluar dari rumahnya, Adikara dengan sangat berhati-hati agar tidak ketahuan. Adikara mengikuti dan merekam semua dengan sabar sampai Keira duduk di sebuah caffe seperti menunggu seseorang. Adikara yang penasaran pun ikut menyamar masuk ke caffe itu, duduk tepat di sebelah Keira Adikara yang bertopi juga berkacamata tak akan mudah untuk dikenali. Sedari tadi camera kecil miliknya tak berhenti merekam.

GiovanileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang