5

169 10 0
                                    

KRING!!!!

Setelah melalui jam pertama yang 'disambi-sambi' alias di bagi otaknya. Satu sisi ngerjain 5 soal dari Bapak Masli yang jawabannya beranak-pinak, satu sisi mendengarkan penjelasan Bu Senno—guru Bahasa Indonesia yang ngejelasinnya belibet dan bikin ngantuk, serasa dininabobokan. Nggak semua sih yang membagi otaknya. Banyak kok yang tidur, ngegosip, sampek dandan pun ada. Yang serius beneran mah Cuma dua barisan terdepan, lainnya? Beuh jangan ditanya, banyak macem tingkahnya. Kagak bisa diem! Mau tau Mara bagian mana? Mara bagian barisan nomer 3, memang kelas ini bangkunya sering di rolling, berpindah-pindah. Jadi, untuk pelajaran Bu Senno ini tadi, Mara hanya mengerjakkan soal dari Pak Masli sambil asyik bergosip ria. Gosipnya apa? Cogan menjadi materi utama tentunya!

"Kantin yuks! Kan soal dari Bapak Masli udah selesai, waktunya mie ayam enaks yuk!" ajak Mekka pada ciwi-ciwi kelasnya. Kecuali Keira—satu-satunya cewek jaim di X-2 yang parasnya tak usah diragukan. Lainnya mah hanya upik abu jadi ya manggut-manggut aja, secara ke kantin juga salah satu upaya cuci mata. Kan banyak kakel cogan, Sis!

Sebenernya total ciwi-ciwi di kelas X-2 ada 15, yang 15 lagi cowok. Tapi yang ciwi 5 ini agak-agak gitu. Ya jaim, ya menye-menye, ya cabe, ya ngehitz, ya ansos pokoknya 5 ciwi yang tinggal di kelas itu spesies ciwi yang nyebelin deh. Yang sok pintar, aduuh pokoknya bikin geregatan deh! Padahal mereka sendiri yang misah dari koloni besar ciwi-ciwi X-2, ditemenin juga ada aja tingkahnya yang bikin nggak nyaman. Suka bingung sama cewek yang sikapnya kayak di atas itu. Kalau yang ngehitz mah sukanya juga kumpul kakel yang ngehitz yang nggak ngehitz mah bisa apose. Yang menye-menye sukanya diem di kelas doang sama kayak yang jaim dan yang ansos. Kalau yang cabe, kumpulannya di pasar. Enggak deng, yang cabe ya kumpulnya ya yang gitu, kalau kumpul sukanya touch up makeup apapun lah itu biar makin canss katanye.

Nah, 10 orang ciwi normal dari kelas X-2 berjalan beriringan, mencari meja yang kosong. Meja dengan ukuran besar tentunya biar kagak kepisah-pisah, karena dipisah itu sakit guys! Percayalah.

"Oke lo-lo pada mau pesen apa?" Hanny dan Fanny—si kembar yang tidak mirip itu mungkin sedang dalam mode baik, jadi ya rela antre.

"Gue mie ayam deh!"

"Bakso 2 ya bebs!"

"Martabak telor boleh tuh!"

"Siomay enak!"

"Mie pedes 3 Mbak!"

"Nas—"

"Kok pada ngomong ke gue sih? Ya pesen sendirilah, yakale gue antre segitu banyaknya, tangan gue Cuma dua kalee!" ucap Hanny diangguki oleh Fanny.

"Terus ngapain lo tadi nanya?" protes Joddy dengan sedikit kesal.

"Ya nanya aja lah, mulut-mulut gue kok!" yang jawab Fanny, karena tadi Fannylah yang bertanya. Semua ciwi-ciwi anti jaim di meja itu hanya mendengus. Mara yang enggan berbicara akhirnya berdiri.

"Oke biar gue yang pesenin. Nih tulis disini!" ucap Mara seraya memberikan selembar kertas dari mini notebook yang selalu ada di sakunya. Wajah seluruh cewek di meja itu berbinar

"Baik banget mbak!" Mara hanya tersenyum tak ikhlas menanggapi. Iyalah ini juga upaya biar cepet sampek makanannya, hellow! Istirahat juga punya tenggang waktu kan?

Setelah semuanya mencatat akhirnya Mara melangkah menuju stand yang memang menyediakan semua pesenan teman-temannya.

"Budhe, nanti diantar ke sana aja ya? Banyak soalnya," Mara menunjuk meja teman-temannya yang berada di tengah-tengah kantin. Seorang wanita paruh baya yang ia sebut 'Budhe' itu hanya mengangguk. Kemudian Mara melangkah dengan malas menuju teman-temannya.

GiovanileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang