Ah mati sudah, dangerous!
"PRABUUUU SINI LO!!!" teriak nada membuat sekelas menutup telinganya.
Sebelah tangan Nada sudah mengacungkan sendok yang dipenuhi sambal. Dia mengejar Prabu mengitari kelas.
"Lo pilih menyerahkan diri atau pilih gue taliin di pohon jati belakang?!!" ancam Nada lagi. Prabu tak menggubris.
"Gue pilih kawin deh," celetuk Prabu membuat tawa sekelas memenuhi ruangan itu.
+++
Bibir Prabu masih merah, masih monyong-monyong berkat Nada yang berhasil memasukkan satu sendok sambal di mulut Prabu.
"Presentasi ya, materi yang Ibu suruh buat ppt kemarin itu loh!" kata Bu Asih guru Sejarah mereka, guru satu itu fashionable, padahal sudah berumur.
"Hum, Juna deh, Mas ganteng. Sama Prabu, Prabu!! Maju kamu!" titah Ibu Asih pada Juna.
Juna yang memang tergolong memiliki fisik lumayan mendapat julukan Mas ganteng dari Ibu Asih tercinta. Sedangkan Prabu, mungkin dia itu musuh bebuyutannya Bu Asih.
"Haduuh Bu, ini mulut saya monyong-monyong gini apa iya Ibu tega sama saya?" tanya Prabu dengan muka melas-melasnya.
"Halah Bu, itu akting doang!" kompor Derry mulai menyala. Yang lain hanya tertawa-tawa.
"Bu, Bu Asih tau kan kalau Prabu itu menye-menye Bu, saya aja kalah," Incess alias Hidayah ikut nyaut.
Bu Asih sekarang menaikkan sebelah alisnya. Melihat Juna yang hanya seorang diri di depan kelas.
"Prabu nunggu apa kamu? Nggak kasihan Mas ganteng sendirian di depan?" ujar Bu Asih membuat koor sekelas.
"CIE JUNAAA!!!" koor sekelas terdengar.
"Aw, Mas ganteng jangan malu-malu meong dong,"
"Mas temven, itu tantenya manggil itu lohh!!!"
Kompak sekali, sekelas menggoda sang ketua kelas. Juna mendengus. Aish, selalu saja begini.
Sementara Juna dan Prabu presentasi, jangan tanyakan kelakuan anak lainnya.
Ada yang lanjut makan popmie, ada yang malah mabar, ada yang berkumpul guna berdiskusi tentang kabar terbaru, malah-malah ada yang ngebesarin cacing.
Sementara Bu Asih sendiri entah kemana, hanya sesekali muncul di depan pintu. Selebihnya, tak tau lagi.
"ADA YANG DITANYAKAN TEMAN-TEMANKU SAYANG?!!" pekikkan Prabu membuat Bu Asih masuk ke kelas, otomatis warga kelas itu berakting seolah-olah mendengarkan penjelasan Prabu dari awal.
Hening.
Tak ada yang mengacungkan tangannya.
"Lo pada ngedengerin enggak sih?" gemas Juna ketika semuanya diam, semuanya beradu pandang.
"Hust hust! Mas nggak boleh gitu dong, kali aja mereka saking pinternya sampek paham semua kan?" Juna mendengus mendengar Bu Asih berkata sedemikian rupa.
Derry mengacungkan tangannya.
Prabu menepok jidatnya, percaya deh nanti ini pasti pertanyaan nyeleweng.
"Yak Derry ada apa? Mau tanya apa?" tanya Bu Asih penuh kelembutan.
Derry melayangkan cengiran kuda, "Hehehe, maaf Bu. Saya mau tanya, ini yang dibahas materi apa ya?" tanya Derry begitu polos.
+++
Keira memandang Mara sinis, ah kenapa rasanya dia benci sekali dengan gadis itu.
Keira mendatangi meja Mara yang kini dikerumuni oleh kebanyakan ciwi-ciwi kelas itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Giovanile
Fiksi RemajaAsmaraloka sebelumya hanyalah gadis biasa yang tidak terkenal, tidak cantik, tidak tajir, namun pintar. Eksistensinya di sekolah jarang diketahui, tak banyak yang mengenal dia. Namun, Asmaraloka kini tiba-tiba menjadi sorotan, apakah penyebabnya? Bu...