Dan setelah sampai di ruang tamu...
Seorang cowok berperawakan tegap dengan rambut cepak duduk membelakanginya, berbincang bersama Bapaknya—Pak Dady.
"Nah itu Mara!" suara Pak Dady menginstrupsi. Mara menganga, tau nggak dia siapa? Ya nggak tau lah kan belum dikasih tau!
"Eh Kak Adikara! Maaf Kak nunggu lama, heheh." Mara tertawa canggung. Perasaan tadi siang potongannya nggak secepak ini deh. Ih masa Adikara potong rambut demi Mara sih?
"Yaudah Om keburu malem, saya izin permisi dulu, Om." Adikara terlebih dahulu menyalimi Pak Dady. Tuh menantu idaman tuh!
"Jam 9 ya batas akhirnya!" perkataan Pak Dady diangguki Mara yang sedang menyalimi pria paruh baya itu.
"Siap, Om!" setelah itu kedua muda-mudi itu mengucapkan salam sebelum kemudian melangah pergi.
Di mobil lima belas menit awal hanya terjadi keheningan di dalam mobil BMW hitam itu. Tapi Mara—gadis itu sedari tadi mencuri pandang karena kepala Adikara yang plontos itu.
"Kalau mau tanya, tanya aja!" Adikara tuh merintah apa gimana yak? Kok suaranya datar.
"Eh iya kak. Maaf deh itu rambut lo cepak banget?" Adikara menyentuh kepala plontosnya, lalu terkekeh.
"Iya sengaja, tadi sore potong. Rencananya sih mau ngajakin lo malem ini, tapi nggak deh biar kejutan." Mara hanya mengangguk, sedang Adikara mengernyit lagi, "lo nggak tanya alasan gue potong gini?" tanya Adikara lagi.
Mara menggeleng, "Nggak lah ngapain? Mau daftar akmil apa gimana juga terserah. Palingan disuruh pacar kan?" Adikara terkekeh mendengar pertanyaan Mara. Eh Adikara tau nggak sih tawamu itu bikin jedag-jedug!
"Apaan sih lo? Ngejek nih? Gue jomblo, Mara!" Mara membulat maksudnya gimana? Sekelas Adikara jomblo gitu? WHAT?!
"La terus plontos gitu buat apa? Masuk Akademi lo, Kak?" Adikara kembali terkekeh mendengar pertanyaan Mara yang diselimuti nada terkejut.
"Ya gue aamiin in kalau lo bilang masuk akademi. Tapi kali ini gue pengen gini biar kea idola-idola lo itu. Biar lo seneng liatin gue terus," Adikara menatap Mara teduh. Eh nggak boleh melting ya! cewek kudu strong kudu kuat nggak boleh gampang baper! Nggak semua cowok tuh bener, nggak semua cowok tuh bukan tukang PHP, kudu waspada! Eh tapi mah yang namanya cewek, digituin kea Adikara ya leleh lah. Apalagi Adikara cogan kan? Astogeh jangan ditanya deh rasanya, tanya ke Mara aja deh yang udah ngalami!
"Eh? Ngapain mesti bikin gue sen—"
"Karena gue pengen diperhatiin lo," ucap Adikara enteng. Mara? Menganga lah orang Adikara ya yang awalnya bak langit yang tak mungkin digapai, sekarang malah sedeket ini. Makan apa Mara tadi pagi yaw?
Hanya keheningan saja menyelimuti sebelum akhirnya dua sejoli itu masuk ke sebuah mall yang berada di pusat kota. Entah mau ngapain ya nggak tau, mallnya rame banget sih. Setelah kakinya mendarat di depan pintu mall, Adikara menggandeng tangan Mara. Mara mengernyit dan tak sengaja menahan Adikara yang hendak melenggang,
"Apa? Gue gandeng lo biar nggak hilang, nggak lucu kalau lo hilang gue ngedatenya sama siapa dong?. Gue ngajak kesini karena gue mau kasih hadiah buat Mama," Mara lagi-lagi mengernyit.
"Emang Mamanya Kak Adikara ultah?" Adikara menggeleng, Mara mengernyit lagi,
"Emang salah kalau gue ngado Mama tanpa harus ada event?" MasyaAllah! Adikara tuh ya sama Mamanya aja perhatian, ah itu mah idaman cuy! Jarang-jarang anak laki kea gitu. Biasanya mah anak laki tuh serba cuek, mentok Cuma ucapin 'HBD' doang. Adikara Adikara, lu limited edition banget siw!
Mara hanya mengangguk singkat sebagai jawaban, eh emang kalau dijawab perlu ya? apanya yang dijawab? Orang Adikaranya sendiri udah ngegandeng tangannya kok.
Kedua muda-mudi itu menyusuri mall yang terkenal itu. Mirip orang pacaran ih! Bikin orang iri ih!
Adikara yang memang terlihat tampan, berbanding Mara yang terlihat seperti 'orang biasa'. Maksudnya Adikara sekarang itu mengenakkan outfit serba bermerk, sedang Mara mah Pasar Tradisional punya! Eitss jangan salah, banyak kok barang Pasar Tradisional yang bagus dan nilai plusnya murah lagi. Udahan bahas bajunya, entar mupeng pengen shopping kan ya ribet.
Dengan tatapan khas ala Adikara—sesekali pria dengan perawakan tegap itu menatap Mara—gadis di sampingnya. Mara itu kan orangnya paling peka kalau masalah ginian, nah jadi dia juga ngeh kalau lagi di tatap sama Adikara. Otomatis pipi chubbynya yang tak semulus remaja seusianya pun memerah—mirip kepiting rebus.
"Jadi gemes kalau merah gini," tangan Adikara menarik pelan pipi Mara. Jika ada orang yang melihatnya pasti akan mengira mereka itu sepasang kekasih, padahal bukan. Eh bukan apa belum nih?
"Apaan sih, Kak! Sakit tau," rajuk Mara khas seperti orang kasmaran. Emang kasmaran kali ah! Hanya terdengar kekehan dari mulut Adikara. Mara salting dong, Sir! Wey spesies kea Adikara tuh hampir musnah!
Mereka masuk di salah satu butik yang cukup famous, semakin menunjukkan ketajiran aja dah si Adikara!
"Etdah buset!" gumam Mara setelah mengetahui harga-harga pakaian di butik itu. Saat tangan kanannya memilah-milah, tanpa komando tangan kirinya digenggam oleh seseorang yang tak lain adalah Adikara. Mara menatap dengan tampang kaget, sekaligus bertanya.
"Biar nggak ilang," Adikara terus menggandeng Mara kemanapun kakinya melangkah.
"Eh lo kan sesama cewek kan, nah pilihin dua baju ya yang warnanya sama. Yang satu modelnya yang muda aja, yang satu buat orang tua ya—Mama gue," Adikara dengan tampang santai.
'Ah kan dah punya pacar kan!' batin Mara seakan memberi penegasan.
"Gue belum punya pacar ya!" keanya si Adikara cenayang ya? innalillahi bukan kok bukan! "Pilihin warna gelap aja, Si Mama suka warna gelap. Kalau yang buat satunya, terserah menurut lo aja," lanjut Adikara dengan menatap Mara. Itu matanya yang tajem bikin 'jleb' serius sumprit dah!
Setelah sekian lama memilih dan memilah, akhirnya si Mara ketemu dua dress yang menurutnya best of the best. Satunya, berwarna gelap untuk Mamanya Adikara. Dress itu dress panjang khas Ibu-Ibu dengan bahan mirip sifon. Sedang yang satunya lagi, dress di bawah lutut—gantung gitu, berwarna jingga dengan bahan yang mirip kea rok tutu. Simple, tapi elegan.
"Yang ini?" kata Mara sambil menyodorkan dua dress itu tadi. Adikara terlihat menimang, kemudian mengangguk. Kemudian Adikara melihat harga di label dua dress itu.
"Oke sip!" tanpa pikir panjang Adikara mengangguki, Mara yang super kepo akhirnya memutuskan untuk menilik harganya.
"Etdah buset ini yang jingga lima juta nih beneran?!"gumam Mara setelah melihat harga mini dress yang terlihat simple itu. urat kepo Mara terpanggil jadi ya dilihat semua.
"SEPULUH JUTA?!" pekik Mara kaget setelah melihat dress berwarna gelap itu. Adikara terkekeh melihat ekspresi Mara.
"Kak, gila lo! Nggak bangkrut nih?" Adikara kembali terkekeh.
"Nggak pernah rugi buat bahagiain orang tua, nggak pernah sia-sia buat bahagiain orang yang kita sayang. Jadi berapa, Mbak?" Mara ternganga mendengar pernyataan Adikara.
***
Begindong, w nggak up kemarin karena w nugas, pulang sorean, nah sekarang w update yak stock part makin tipis, sabtu minggu besok w ngga bakal up, kemah bung!
sekian
KAMU SEDANG MEMBACA
Giovanile
Teen FictionAsmaraloka sebelumya hanyalah gadis biasa yang tidak terkenal, tidak cantik, tidak tajir, namun pintar. Eksistensinya di sekolah jarang diketahui, tak banyak yang mengenal dia. Namun, Asmaraloka kini tiba-tiba menjadi sorotan, apakah penyebabnya? Bu...