36

29 4 1
                                    

Happy reading~

🌼🌼🌼

"Gila ya? Enak banget ngeluarin duit banyak kek gak ada beban," gumam Mara entah sudah berapa kali. Mara mengembuskan napas, "holkay bebas yak?" tanya Mara sebelum matanya mengelilingi kamar.

Netra itu terkunci pada sebuah toples kaca berisi origami dengan bermacam-macam warna.

"Apaan tuh?"

Asmaraloka berjalan mendekati toples kaca itu. Tangannya meraih dan netranya berusaha menelaah isi toples, memorinya mengingat-ngingat apakah ia pernah origami dalam toples ini?

Tak menemukan jawaban, akhirnya Asmaraloka membuka toples itu, dia menemukan foto-fotonya sedang berdekatan dengan seorang pria, terlihat mesra, terlihat bahagia. Pria yang dimaksud adalah

Adikara?

Asmaraloka mengernyitkan dahi, dirinya terlihat tidak canggung ketika berfoto bersama Adikara bahkan dia membiarkan tangan Adikara tersampir di bahunya.

Matanya beralih dari yang semula melihat beberapa foto yang dicetak kecil itu ke origami berwarna-warni yang ada disana. Dia mengambilnya lalu membuka lipatan-lipatannya.

"Maaf sayang, mungkin ini semua emang pada awalnya hubungan kita salah. Tapi, semakin kesini aku udah lupa semua yang diawal dan aku beneran sayang sama kamu, cepet bangun! –ACA"

"Sayang, udahan dong tidurnya, sepi tau tanpa kamu. Maafin ya, sekarang bangun, biar rame lagi. Kangen.. –ACA-"

"Hari ini kamu masih belum sadar, bahkan aku masih sangat merasa bersalah. Sayang, cepatlah sadar. Aku sangat merindukanmu."

Asmaraloka mengernyit, mengapa orang ini tidak konsisten? Orang yang menulis ini dia yakin adalah orang yang sama tapi, mengapa tak ada inisial di setiap kertas yang ada tulisan yang kabur seperti bercak air? Tunggu, orang ini menangis?

Siapa yang menangisi dirinya?

"Nggak mungkin Bang Dika kan?" tanya Asmaraloka di tengah kesunyian malam itu. Mara melanjutkan kegiatan membaca tulisan dalam origami itu satu persatu hingga beberapa puluh menit kemudian gadis itu telah membuka seluruh lipatan origami yang semula berada dalam sebuah toples.

Dia mengambil sebuah foto, foto yang nampak paling kaku dibandingkan yang lainnya. Kebanyakan Adikara yang melakukan adegan sweet sedangkan ia hanya diam canggung, bukankah ini seperti drama korea yang sering ia tonton?

Dalam foto itu, mereka menggunakan seragam sekolah, dengan Dika yang melapisi seragamnya dengan jaket bomber army dan Mara yang melapisi seragamnya dengan cardigan rajut milonya. Dia dan Adikara bergandengan tangan lalu tersenyum lebar ke arah kamera. Masih banyak terdapat bekas jerawat di wajahnya, bibirnya pun nampak merah alami tanpa olesan apapun.

Tak ada keterangan waktu dalam foto itu, namun entah mengapa dia yakin foto itu diambil lebih dari satu tahun lalu.

Lalu di foto lain nampak sweet menurutnya. Dia mengenakan kaos biru muda serta celana kulot hitam selutut, rambutnya nampak terselip bobby pin yang menambah kesan rapi, sling bag navy juga flat shoes hitam yang membuatnya terkesan rapi. Adikara nampak serasi dengannya karena mengenakan kaos polo navy, celana hitam selutut, sepatu sneakers hitam juga topi baseball berwarna navy. Entah dimana mereka berfoto, yang jelas Adikara nampak mengalungkan lengannya di bahunya lalu menatapnya seakan penuh cinta diiringi senyuman. Mara dalam foto itu nampak tersenyum, hum bukan gadis itu tertawa lebar seakan dia sangat bahagia.

Setelah puas memandangi foto-foto itu, dia segera beranjak berniat bertanya pada Ranu, pasti Abangnya itu tau semuanya.

Dengan tak sabar dia membuka pintu kamar Ranu, pria itu sedang bermain game kesayangannya.

GiovanileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang