Beberapa hari setelah Asmaraloka 'kembali' akhirnya gadis itu sudah nampak pulih seperti biasa, mungkin sebentar lagi akan diizinkan pulang. Beberapa hari itu juga Adikara, si pria tangguh yang mengaku sebagai teman dari Ranu rajin berkunjung bahkan membawakan beberapa tangkai bunga sedap malam kesukaan Asmaraloka.
Seperti sekarang ini, Ranu sedang berada di kampus, Ibu Bapak Asmaraloka juga masih mengajar di sekolah, Adikara? Dia sudah menyelesaikan matkul hari ini dan langsung menuju rumah sakit untuk menemani Asmaraloka. Jujur saja, Asmaraloka sedikit bingung dengan perlakuan Adikara yang menurut dia sangat berlebihan untuk ukuran teman dari kakaknya.
"Eh, Bang Dika nggak kuliah? Aduh jadi nggak enak," Adikara tersenyum kecut, bahkan panggilan Asmaraloka saja sudah berbeda. Adikara menyibukkan diri dengan laptopnya.
"Ini lagi kuliah, Dek." Adikara meminimalisir tatapan kepada Asmaraloka karena dia tidak ingin tatapannya terbaca oleh gadis satu itu. Asmaraloka hanya menjawab dengan gumaman singkat. Gadis itu meraih roti yang berada di nakas.
Pergerakan Asmaraloka tentu ditangkap oleh Adikara, bahkan lelaki itu dengan sigap mengambilkan roti yang dimaksud Asmaraloka, keduanya terlibat kontak mata singkat dengan Adikara yang menatapkan menyiratkan kerinduan yang mendalam, ingin rasanya Adikara merengkuh tubuh Asmaraloka namun situasi yang tidak memungkinkan. Sedangkan Asmaraloka dengan mata yang berbinar mengagumi setiap inci wajah Adikara, ah dia merasa familiar dengan wajah ini. Adikara yang terlebih dulu memutuskan kontak mata setelah ia tersadar sepenuhnya.
"E—Bang Dika udah makan kah? Mau roti ini?" Adikara menggeleng lalu kembali duduk dan menutup laptopnya.
"Mau Cheese Cake gak?" sejujurnya Adikara sudah tau kalau Cheese Cake adalah cake yang sering dibeli Asmaraloka dulu, tapi dia tak ingin menimbulkan kejanggalan.
"Mau Bang! Eh bentar, kalau Abang tau itu toko di deket SMA Darma Bhakti disitu enak banget Brownies sam Cheese Cake nya, tapi terserah deh Bang,"
Adikara mengangguk, bahkan Asmaraloka ingat toko favorit mereka. Tapi mengapa ia dilupakan? Apa emang kesalahannyasngat fatal sampai sampai Asmaraloka melupakannya?
+++
Hari ini Asmaraloka diperbolehkan pulang. Adikara terpaksa tidak bisa hadir karena terdapat mata kuliah. Sebenarnya Adikara sudah berniat membolos, tapi keluarga Asmaraloka melarangnya. Sebagai gantinya, Renata dan Prawira—orangtua Adikara hadir. Awalnya Mara sedikit bingung mengapa keluarganya bisa sedekat ini dengan Renata dan Prawira namun semua orang disitu berhasil membuat alibi bahwa Renata dan Prawira adalah sahabat lama Dady dan Imah yang lama tak bertemu. Memang, kedua orangtua Adikara sudah mengetahui semua yang terjadi. Dengan kata lain sebenarnya, Asmaraloka dan Adikara sudah mendapat lampu hijau dari keluarga.
"Bu, nanti temenin aku potong ya?" kata Mara begitu Prawira, Ranu, dan Dady pergi memancing. Sekarang Asmaraloka, Imah, dan Renata duduk di ruang tamu.
"Ah, nggak sekarang aja, Ra? Tante punya rekom salon nih. Yuk kita kesana, sekalian perawatan gitu. Tante traktir deh!" Renata angkat suara. Renata suka dengan kepribadian Asmaraloka yang terlihat welcome ke semua orang.
"Aduh, Bu ndak usahlah Bu, ngerepotin nanti," jawaban dari Imah diangguki Asmaraloka. Meski baru beberapa kali melihat, Asmaraloka tau bahwa barang-barang yang dipakai Renata adalah barang dari brand ternama yang harganya tak usah diragukan lagi.
"Jangan gitu lah! Anggep aja ini pesta ciwi-ciwi yang lama nggak ketemu kan, dah ah ayo daripada jamuran nunggu tuh para lelaki yang mancing." Asmaraloka mengangguk lalu mengangkat beranjak. Mereka langsung pergi setelah menutup pintu karena memang Imah dan Asmaraloka belum berganti baju rumahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Giovanile
Teen FictionAsmaraloka sebelumya hanyalah gadis biasa yang tidak terkenal, tidak cantik, tidak tajir, namun pintar. Eksistensinya di sekolah jarang diketahui, tak banyak yang mengenal dia. Namun, Asmaraloka kini tiba-tiba menjadi sorotan, apakah penyebabnya? Bu...