"Congratulation.....!" Aulia berteriak histeris saat Evander baru saja membuka pintu rumahnya. Cewek berkucir kuda itu membawa sepotong cake vanilla yang baru saja dibuatnya khusus untuk merayakan kemenangan adiknya hari ini. Di belakang cewek itu ada Mark, yang entah kenapa sudah berada di rumahnya.
Evan mendensah jengah, ia berjalan cuek melewati kakaknya tanpa berkata apapun.
"Eh...eh...eh...mau kemana?" Panggil Aulia tidak terima. Ia memandang punggung adiknya yang berjalan menjauhinya.
Evan berdecak, ia menghentikan langkahnya kemudian menoleh pada Aulia dan Mark yang nyengir padanya.
"Udah?" tanyanya kemudian.
Aulia mendekatinya.
"Ya tiup dong." Ia menyodorkan sepotong kue berhiaskan lilin kecil itu di depan muka Evander.
Evan tak berkomentar, ia meniup lilin kecil itu dengan malas.
"Yeee.....!!!" Aulia bersorak histeris dengan Mark. Seolah acara perayaan seperti ini baru terjadi sekali dalam hidup adiknya tersebut.
Evander menggeleng tak antusias.
"Kenapa sih, kue lagi kue lagi!" Protesnya kemudian.
"Why?" mark mengangkat bahu.
"Dalam sebulan ini, kakak sudah 4 kali menyuruhku untuk meniup lilin karena aku juara!" dengus Evan. Padahal baru seminggu yang lalu Aulia melakukan hal yang sama seperti ini.
"Hei anak muda. Namanya kemenangan itu harus di rayakan." Jawab Aulia santai. Ia tak peduli jika Evander memenangkan pertandingan itu setiap hari. Setiap hari pula ia akan membuatkan adiknya itu cake yang lezat dan akan menyuruhnya untuk tiup lilin.
"Emm....jika kamu bosan, mungkin lain kali kakak bisa buat tumpeng. Gimana?"
Evan tak menjawab. ia mengayunkan langkahnya menuju dapur, membuka kulkas, mengambil air mineral dingin lalu meneguknya.
"Satu lagi!" Evan membalikkan badan cepat. Membuat Aulia dan Mark yang sejak tadi mengekornya terkejut.
"Kenapa manusia ini sudah ada disini?!" Evan menudingkan jarinya pada Mark.
Mark menunjuk dirinya sendiri.
"Aku?"
"Ya tentu saja datang ke rumah calon istriku dong!" ia menyentil dagu Aulia dengan manja. Membuat cewek cantik berkulit sawo matang itu tersenyum senang. Ia dan Evander adalah kakak beradik, namun jika dilihat mereka tak akan sama persis. Evander berkulit putih, sedangkan Aulia berkulit sawo matang. Evander punya mata tegas, Aulia memiliki mata sayu namun terlihat cantik jika dipadukan dengan senyum manis dari bibir tipisnya. Pantas saja, model lelaki seperti Mark langsung bertekuk lutut di depannya.
"Cemburu nih....." Aulia mengejeknya.
"No!" Evan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Lantas?"
"Aku cuma kesel aja. Di sekolah tadi aku sudah bertemu dengannya sepanjang hari. Bahkan saat aku baru saja sampai di rumah, dia juga sudah muncul dari balik pintu." Dengus Evander kesal.
"Aku rasa orang yang dicintainya adalah aku, bukan kakak!"
Aulia memandang Mark kemudian mengerling nakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE (TAMAT)
AléatoirePlease! Don't be silent readers. Hanya sedikit yang akan kau tahu tentang aku. Tentang masa putih abu-abuku yang suram tak berwujud. Cinta? Akh, itu hanya sebatas mimpi bagiku. Bagaimana aku bisa menemukan cinta, jika aku memang tak akan pantas mend...