Nara sedang sibuk dengan buku-buku yang dibacanya di perpustakaan siang itu saat ponselnya bergetar. Sebuah telepon dari nomor yang tak ada namanya. Siapa?
Cewek itu memandang sekeliling, berharap jika ia mengangkat telepon ini tak ada seorangpun di perpustakaan yang terganggu dengan suaranya.
"Halo...." Nara berbisik.
"Kamu dimana?" Suara di seberang terdengar familiar.
Deg! Nara kembali menatap layar ponselnya, entah apa maksudnya. Ingin memastikan sesuatu mungkin.
"Ini siapa?"
"Reiga!"
Nara menelan saliva susah payah. Tepat seperti dugaannya.
"Kamu dimana?" Terdengar suara di seberang sana kembali bergema.
"Perpustakaan." Nara masih berbisik.
Reiga tak menyahut. Ia lantas menutup teleponnya sepihak.
Nara menatap layar ponsel itu kemudian mengangkat bahu. Aneh, batinnya. Ia lantas kembali sibuk dengan buku-bukunya.
"Hai...." Sebuah suara menganggetkan Nara. Gadis itu mendongakkan wajah, dilihatnya Rei sudah duduk di depannya dengan tersenyum. Dan, senyum yang sangat memikat tentunya.
Nara tak menjawab. seketika tubuhnya membeku saat melihat Rei, apalagi jika ia mengingat kejadian kemarin saat bibir cowok itu melumat bibirnya dengan lembut. Nara menunduk. Akh, kenapa aku jadi memikirkan yang tidak-tidak, jeritnya dalam hati.
"Ada apa kemari?" tanya Nara dengan nada suara serendah mungkin.
Rei menggeleng.
"Tidak. Hanya saja aku ingin menemuimu."
Nara menaikkan alis, kemudian kembali menunduk. Pura-pura sibuk dengan bukunya, padahal perhatiannya sudah teralihkan sejak cowok ini datang.
"Apa Lucita sudah sembuh?" Tanya Nara kemudian tanpa menoleh dari buku di depanya. Ia berusaha secuek mungkin dengan cowok di depannya ini. Tapi sia-sia, Rei sudah membuat jantungnya kembali berdegup kencang.
"Hari ini dia tidak masuk." Lanjutnya.
Rei mengangguk.
"Hmm....tadi aku sudah datang ke rumahnya."
"Jadi bagaimana keadaannya?" tanya Nara mengangkat wajahnya. Dilihatnya Rei sudah tersenyum di depannya sambil tersenyum.
"Nanti sore masih mau ke dokter. Jika semakin parah, mungkin harus operasi."
Nara mendesis lirih.
"Apa dia akan baik-baik saja?"
"Hei....aku kesini sedang tidak ingin membahas masalah Lucita denganmu." Gumam Rei datar. Ia sedang tidak ingin membicarakan Lucita.
Nara tak menjawab.
"Lalu?"
Rei tersenyum kecil.
"Entahlah. Aku hanya ingin datang kemari saja."
Nara berdecak. tak menyangka jika cowok sepediam Rei akan berubah cerewet saat berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE (TAMAT)
RandomPlease! Don't be silent readers. Hanya sedikit yang akan kau tahu tentang aku. Tentang masa putih abu-abuku yang suram tak berwujud. Cinta? Akh, itu hanya sebatas mimpi bagiku. Bagaimana aku bisa menemukan cinta, jika aku memang tak akan pantas mend...