Bisik-bisik mulai terdengar dari para siswa saat Rei melangkah keluar dari mobilnya. di sampingnya, Lucita bergelayut manja sambil sesekali melempar percakapan dengan cowok yang kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sekolahnya tersebut.
Semua cewek menatap Rei tak berkedip, sejurus kemudian mereka histeris. Tentu saja, histeris dengan wajah cowok blasteran Indonesia-Jerman yang begitu mempesona itu. Coba, siapa yang tak akan terpana melihat wajah Rei yang teduh, mata biru cemerlang, hidung mancung serta posturnya yang tinggi menawan.
"Denger-denger tuh cowok pacarnya Lucita loh." Seorang cewek berbisik ke salah satu sahabatnya saat Rei dan Lucita melewatinya.
"Wah, beruntung banget ya si Lucita!"
"Iya, katanya juga ia adalah putra dari pemilik yayasan sekolah kita."
"Really? Fix, Lucita memang beruntung kuadrat!"
Lucita mendengar bisik-bisik itu. Namun ia tak peduli. Ia hanya tersenyum bangga melalui sudut bibirnya. Menandakan bahwa ia senang jika semua orang mengira Reiga adalah pacarnya, sahabat sejak kecil yang diam-diam disukainya sejak dulu.
"Eh, sama siapa tuh Lucita?" Cindy yang berjalan beriringan dengan Nara dan Listi menghentikan langkah. Cewek itu penasaran dengan cowok tampan yang kini sedang digandeng Lucita dengan mesra.
Kedua cewek itu mengangkat muka, melempar pandang pada Lucita dan Rei yang berjalan ke arah mereka.
"Ho'oh, baru kali ini Lucita jalan sama cowok." Timpal Listi.
"Murid baru kayaknya. Solanya belum pernah lihat." Cindy berkomentar lagi.
Nara mengeryitkan kening. Wajah cowok yang kini sedang berjalan bersama Lucita itu familiar baginya. Bukankah itu cowok yang semalam membeli cappucino di cafe tempatnya bekerja? Akh, dunia sempit ternyata. Sangat sempit.
"Hai.....!" lucita tersenyum girang saat ia dan Rei sampai di depan ketiga temannya.. tentu saja ia akan memperkenalkan cowok di sampingnya ini.
"Siapa nih Ci?" Cindy menyenggol lengan Lucita.
"Cakep banget tauk!" Listi berbisik di sebelah telinga Lucita sambil tersenyum.
Rei menarik nafas panjang mendengar begitu banyak spekulasi tentangnya dan Lucita semenjak ia masuk di gerbang sekolah tadi. Ia tak peduli, pandangannya saat ini justru tertuju pada cewek berambut panjang yang memeluk buku di depanya tersebut, ia kelihatannya juga tidak lupa bahwa gadis itu adalah cewek pelayan cafe semalam.
"Kenalin namanya Reiga! Sahabat gue. Baru pindah dari Amerika." Lucita melirik Rei yang masih memasang muka datarnya. "Dan Rei, ini temanku sekelas. Namanya Cindy, Listi, dan yang pendiem dan suka bawa buku ini namanya Nara." Ia menunjuk satu persatu temannya.
Rei mengangguk, ia tersenyum sekilas.
"kalian tahu nggak, kalau bokap Rei adalah pemilik yayasan sekolah kita?" Lucita kembali membeo, mencoba menyombongkan segala hal tentang cowok yang disukainya ini. Wajahnya berbinar setiap kali ia membicarakan tentang Rei.
Listi dan Cindy saling pandang.
"Really?"
"Yeah!"
Rei berdecak pelan. Ia sedikit tidak nyaman saat Lucita mengatakan hal itu pada teman-temannya. Bukankah masalah-masalah seperti itu seharusnya tak di sebarkan pada orang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE (TAMAT)
RandomPlease! Don't be silent readers. Hanya sedikit yang akan kau tahu tentang aku. Tentang masa putih abu-abuku yang suram tak berwujud. Cinta? Akh, itu hanya sebatas mimpi bagiku. Bagaimana aku bisa menemukan cinta, jika aku memang tak akan pantas mend...