Nara mengerutkan alis saat ia baru saja melangkah masuk ke dalam cafe, suasananya tak seperti biasanya. Sepi! Itulah kesan pertama yang ditangkap Nara. Biasanya jam segini suasana tempatnya bekerja tersebut sangat ramai, dan hampir tak ada satupun kursi yang kosong.
Sejak Nara sampai tadi, ia sudah merasa aneh. pasalnya tulisan close masih tergntung di luar, dan saat sampai di dalam ia tak menjumpai temannya yang shift sebelumnya.
Nara mengusap tengkuknya lalu menaruh tasnya di sembarang tempat. Tanpa menunggu aba-aba, ia langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi bosnya. Siapa tahu memang hari ini seluruh karyawan libur dan hanya dia yang tidak tahu.
Baru saja sampai di bunyi tut yang ketiga, Nara dikejutkan oleh suara tak asing yang memanggil namanya. Cewek itu lekas menurunkana ponsel dari depan telinganya, kemudian menoleh. Sejurus kemudian ia tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya karena Rei sudah berdiri tak jauh darinya.
"Rei..." Nara mengerutkan alis. Ia menyapu pandang ke sekeliling. Bagaimana bisa cowok itu muncul dari arah dapur. "Kok kamu...?" Nara menunjuk pada Rei yang saat itu berjalan menuju ke arahnya.
"Buat kamu." Katanya kemudian menyerahkan sebuket mawar merah yang sejak tadi dia sembunyikan di belakang tubuhnya.
Nara menerima mawar itu dengan pandangan tak menentu. Terkejut lebih tepatnya. Baru kali ini ia mendapatkan sebuket bunga mawar segar dengan bau semerbak yang menyeruak di hidungnya.
"Kamu suka?"
Nara menatap Rei kemudian mengangguk.
"Suka."
Rei tersenyum puas melihat wajah Nara yang terlihat lugu sekaligus menggemaskan.
"Hari ini, kamu ratunya." gumamnya menarik tangan Nara untuk mengikutinya. Cewek itu diam seribu bahasa, dan hanya menurut saat Rei menyuruhnya duduk di sebuah kursi dengan meja kecil yang terletak paling ujung. Meja kecil itu ditata sedemikian rupa, beralas taplak warna putih serta sekuntum mawar merah yang masih segar di tengah-tengahnya.
"Ini...." Nara menatap Rei yang tengah menarik kursi agar Nara bisa duduk diatasnya.
"Duduk." Kata Rei kemudian.
Nara menurut, masih dengan raut wajah penasaran. Ia menatap Rei yang kini juga sudah duduk di depannya. Selama ini Nara hanya menjumpai hal-hal seperti ini di dalam film, dan ia merasa aneh saat menerima perlakukan sebaik ini selama hidupnya.
Rei melebarkan senyumnya, lalu menjentikkan jarinya. Tak berselang lama, muncullah dua orang chef keluar mendorong troli berisi makananan. Belum cukup keterkejutan Nara dengan kehadiran Rei serta sebuket mawar yang kini ia letakkan diatas meja tersebut, ia semakin dibuat bingung lagi dengan keluarnya dua orang chef asing dari dapur.
Nara hanya memperhatikan saat chef itu menyajikan beberap makanan western di meja depannya serta sebotol wine yang tentu saja mahal terlihat dari wadahnya. Sebelum pergi kedua chef itu tersenyum.
"Selamat menikmati." Ucap salah satunya sebelum pergi meninggalkan mereka.
"Ini ada apa sih Rei?" tanya Nara masih dengan raut muka tak mengerti. Matanya tertumbuk pada Wine di pinggir meja. Pikirannya tiba-tiba melayang pada pertemuannya dengan Rei di hotel waktu itu.
"Malam ini aku pengen dinner sama kamu. Tapi aku yakin jika kamu nggak bakalan mau karena pilih kerja. Jadi....." Rei menjeda kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE (TAMAT)
RandomPlease! Don't be silent readers. Hanya sedikit yang akan kau tahu tentang aku. Tentang masa putih abu-abuku yang suram tak berwujud. Cinta? Akh, itu hanya sebatas mimpi bagiku. Bagaimana aku bisa menemukan cinta, jika aku memang tak akan pantas mend...