"Tumben kamu nyari'in aku?" Mark menatap Evander dengan curiga. Tumben sekali calon adik iparnya itu mencarinya ke kantor. Padahal biasanya Evander akan berlari seperti melihat setan jika melihat Mark.
Evander nyengir.
"Nggak usah cengar-cengir gitu!" protes Mark kesal.
"Aku mau minta tolong." Kata Evan cepat.
Mark menaikkan alisnya.
"Minta tolong apa?"
"Em...." Evander menunduk. Ia menatap sekilas buku kumal yang sejak tadi tak lepas dari tangannya semenjak ia keluar dari perpustakaan.
"Kasih aku alamat siswi yang namanya Nara Danita!"
Mark menghentikan pekerjaan tulis menulisnya lalu menatap Evander dengan pandangan aneh. Sejurus kemudian ia tersenyum menyeringai.
Evander seolah mengerti apa yang ada dipikiran Mark. Ia mendengus kesal.
"Bukan seperti yang kamu pikirkan!" protesnya kemudian.
Mark tertawa.
"Memang apa yang aku pikirkan Boy?" liriknya penuh ejekan.
Evander berdecak.
"Aku hanya ingin mengembalikan buku. Tidak lebih!"
"Alaaah....lebih juga nggak apa-apa."
"Akh......!" menyesal dia menanyakan hal seperti ini pada Mark.
"Apa kamu akan mengajaknya berkencan? Sedang PDKT ya?" Mark mendekatkan mukanya ke depan muka Evander mengintimidasi.
"Tidaaaaak!" Evan menaikkan intonasi suaranya, lalu menjambak rambutnya frustasi. Untung saja ruang kantor guru sudah sepi karena guru-guru sudah pada pulang semua. Hanya tersisa Mark yang masih rajin mengerjakan tugasnya.
Mark menarik nafas.
"Cobalah kamu cari ke kelasnya. Dia di kelas IPA 1!"
Evander menggeleng.
"Sudah pulang." Jawabnya.
Mark berdecak. ia tak habis pikir, untuk apa manusia di depannya ini susah payah meminta alamat rumah Nara, bukankah dia bisa memberikannya besok pagi di sekolah? Mark ingin kembali mengejeknya, namun urung dilakukannya. Karena ia masih banyak kerjaan yang harus dilakukan, apalagi nanti sore ia tak boleh terlambat karena Aulia ingin mengajaknya nonton di bioskop.
"Sebentar." Mark menarik ujung laci mejanya lalu mengeluarkan sebuah map tebal yang berisi nama-nama muridnya beserta alamat tempat tinggalnya.
"Ini..." Mark menyodorkan map tersebut pada Evander, jemarinya menunjuk pada nama Nara Danita yang tertulis disana.
****
Nara baru saja turun dari angkuta saat melihat halaman rumahnya ramai dikerumuni beberapa tetangganya. Cewek itu terkesiap, menelan salivanya dengan susah payah. Untuk beberapa saat, ia hanya bediri di depan pagar tanpa melakukan apa-apa. Kedua kakinya serasa mati rasa melihat pemandangan buruk yang ada di depan matanya.
Ibunya!
Seorang wanita berusia sekitar 30 tahunan sedang menjadikan Erna, ibunya bulan-bulanan. Menendangnya, menjambaknya sambil mengeluarkan sumpah serapah yang menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE (TAMAT)
RandomPlease! Don't be silent readers. Hanya sedikit yang akan kau tahu tentang aku. Tentang masa putih abu-abuku yang suram tak berwujud. Cinta? Akh, itu hanya sebatas mimpi bagiku. Bagaimana aku bisa menemukan cinta, jika aku memang tak akan pantas mend...