23

107 7 2
                                    

                Evander membuka pintu kamarnya, kemudian meletakkan ranselnya di atas meja. Ia lantas membuka blazernya, kemudian berjalan menyeret kaki dan menjatuhkan badannya terlentang diatas tempat tidur dengan kaki menyilang dan salah satu lengannya dijadikan bantalan. Cowok itu menengadah ke langit-langit kamarnya, menerawang jauh entah kemana.

"Baru pulang?" Aulia tiba-tiba sudah menyembul dari balik pintu dengan senyum khasnya. Evander melirik sesaat, lalu kembali melempar pandangannya ke langit-langit dan tidak peduli saat Aulia berjalan kearahnya dan akhirnya mendaratkan bokongnya tepat di tepi tempat tidur Evander.

Aulia memandangi adiknya lama. Entah apa yang dipikirkannya, namun Evander justru melihat jika cewek itu sedang ingin menayakan sesuatu padanya. Terlihat jelas dari kedua matanya.

"Apa?" Evander melirik Aulia tajam, namun ia tetap tidak berubah dari posisinya saat ini.

"Cerita dong sama kakak, kamu kenapa sih?" Aulia menusuk-nusuk dada Evander dengan jarinya.

"pa'an sih?" Evander melirik sinis.

Aulia mendesah.

"Kamu kira kakak nggak tau ya kalau akhir-akhir ini kamu aneh."

"Aneh?"

Aulia mengangguk.

"He'em."

Evnader tak menyahut. Ia jsutru menatap nanar Aulia yang juga ikut menegadah ke langit-langit, sama seperti dirinya tadi.

"Lihat apa'an sih Van? Wajah si doi nggak ada kalik disitu."

"Haaash....beriisik!"

Aulia terkekah.

"Kamu nggak sadar ya sekarang sosok Evander yang ceria dan banyak omong itu udah gak ada di rumah ini. Hobi menyendiri terus di kamar kayak orang lagi make obat. Terus kelayapan, pulang-pulang kalau nggak wajahnya ditekuk-tekut ya bonyok kayak malem minggu kemarin. CERITA.KAMU.KENAPA?!"

Evander mendesah pelan. Ia lalu beringsut duduk dengan kaki bersila, lalu menghadap Aulia. Sepertinya memang ia tak akan pernah bisa menyembunyikan semuanya dari cewek bawel macam dia. Selain mata-mata Aulia dimana-mana, juga Evander tak mungkin berbohong pada saudara sendiri.

"Aku jatuh cinta sekaligus patah hati bersamaan kak."

Aulia menahan tawa. Baru kali ini. Iya baru kali ini Evander tiba-tiba menyebutkan dirinya jatuh cinta. Biasanya tidak ada hal yang membuat cowok itu jatuh cinta selain bola bundar berwarna orange serta ring bulat menggantung itu.

"Sama Nara?"

Evander mengangguk.

"Aku tahu, dia nggak suka sama aku, dan jelas dia punya pacar sekarang. Tapi aku tak bisa membunuh hatiku untuk mengabaikannya begitu saja."

Aulia menatap adiknya prihatin.

"Aku harus gimana kak?"

Aulia mendesah, tangannya terluru untuk menepuk-nepuk pelan lengan Evander.

"Aku salah masih peduli?"

Aulia menggeleng.

"Enggak." Jawabnya singkat."Justru kamu akan tetap menjadi lelaki sejati jika tetap berada disampingnya meskipun hati kamu bukan milik dia."

TRIANGLE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang