Bel istirahat berbunyi nyaring. Membuat seluruh siswa kelas IPA.1 itu bernafas lega karena pelajaran fisika yang rumit itu akhirnya berakhir.
"Baiklah anak-anak, untuk minggu depan kita akan membahas BAB 3." Pak Husein,guru Fisika merapikan buku-bukunya kemudian beranjak meninggalkan kelas.
"Kantin yok!" Listi mengangkat badannya. Meskipun hanya duduk badannya tetap terasa pegal karena banyak mikir.
"Em....aku mau sama Rei aja yaaah!" Lucita tertawa kecil, ia lantas berlalu pergi meninggalkan Listi, Nara dan Cindy dibangku mereka masing-masing.
"Kamu?" Listi mengedik kearah Cindy.
"Nggak bisa. Dipanggil ketua OSIS nich. Ada rapat!" Elak Cindy.
Listi berdecak kecewa. Harapannya tinggal satu. Yaitu gadis pendiam yang kini tengah merapikan buku di sampingnya.
"Temenin ke kantin yuk Ra. Laper nih..." Listi mengelus perutnya.
Nara berfikir sejenak. Sebenarnya ia baru saja kepikiran untuk pergi ke perpustakaan, tapi karena Listi mengajaknya ke kantin, apa boleh buat.
"Oke." Nara mengulas senyum.
Listi tertawa kecil. Tak berapa lama kemudian mereka berjalan beriringan di koridor kelas menuju kantin. Suasana koridor cukup ramai, banyak siswa yang hanya duduk-duduk sambil memainkan ponsel mereka. Ada pula yang ngobrol, teriak-teriak dan ada juga yang pacaran.
Tepat di depan kelas IPA 3, pandangan Nara mengerucut pada seorang cowok yang kini berjalan kearahnya. Evander. Cowok itu juga menatapnya dengan tajam rupanya. Tapi yang aneh, saat mereka saling mendekat, Evander melewatinya begitu saja. Nara mengerutkan dahi. Kenapa dia, pikir Nara sambil mengangkat bahu.
Sesampainya di kantin, Nara mengambil tempat duduk paling ujung, dekat warung mie ayam langganan anak-anak kelasnya. Sedangkan Listi pergi memesan makanan untuk mereka. Nara mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan sesaat kemudian ia membuang muka saat melihat Rei dan Lucita berjalan ke arahnya.
"Hai Ra!" Lucita mengetuk meja.
Nara berdecak lirih. Ia lantas mengangkat mukanya, dan benar saja Lucita dan Rei sudah berdiri di depannya.
"Oh....hai...." Lucita tersenyum kecil. Ia merasa kikuk karena sejak tadi Rei terus menatapnya.
"Listi mana?" Lucita mengedarkan padangan ke sekeliling kantin yang ramai.
"Itu lagi pesen mie."
"Oh ya. aku susulin ah. Kamu mau dipesenin apa Rei?" Lucita menoleh kearah Rei yang sejak tadi diam di sampingnya.
"Sama kayak kamu aja deh!"
Lucita mengangkat jempolnya, kemudian berlalu begitu saja menyusul Listi.
Nara menelan saliva susah payah. Saat ini hanya ada dirinya dan Rei, dan semuanya terasa sangat canggung baginya.
"Pagi itu kenapa kamu ninggalin aku?" Rei bergumam pelan, lalu duduk di depan Nara.
Nara memainkan ujung blazernya tanpa sepengetahuan Rei. Memang benar pagi itu ia mninggalkan Rei sendirian di hotel karena cowok itu masih tertidur pulas. Ia tak mau membangunkannya.
"Kamu tidur nyenyak." Jawab Nara kemudian.
Rei tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE (TAMAT)
RandomPlease! Don't be silent readers. Hanya sedikit yang akan kau tahu tentang aku. Tentang masa putih abu-abuku yang suram tak berwujud. Cinta? Akh, itu hanya sebatas mimpi bagiku. Bagaimana aku bisa menemukan cinta, jika aku memang tak akan pantas mend...