BAB 3

3.9K 139 1
                                    

Setelah morning briefing Gista bergegas ke ruangan pak Rey, karena di sana lah tempat ruangan meeting berada. Ia lalu perlahan membuka pintu ruangan beretalase kaca itu. Ia tidak ingin telat satu menitpun. Betapa terkejutnya ia menatap pak Rey yang berdiri di dekat pintu, sepertinya laki-laki itu akan keluar. Laki-laki itu membalas pandangannya. Mereka saling terdiam satu sama lain. Gista mengapit buku agenda di dadanya.

"Pagi pak," ucap Ucap Gista.

Rey tahu bahwa wanita itu adalah Gista dari devisi HR. Gista wanita karir yang mandiri, cantik, life style, seperti wanita pada umumnya. Wanita itu dapat membangun passion, fokus, berdedikasi tinggi dalam dirinya. Ia juga tahu, wanita seperti Gista punya komitmen tinggi, tidak mau merepotkan orang lain, prinsipnya begitu kuat, dan bertanggung jawab menjalani tugasnya dengan baik. Ia tidak pernah sekalipun melihat Gista lalai dalam menjalani pekerjaanya. Gista terlihat berwibawa dari karyawan seangkatanya, sehingga Gista di angkat menjadi manager HR dua tahun lalu. Itu lah sekilas pandangannya tentang wanita bernama Gista selama ini. Ya, wanita itu terlihat begitu kaku menurutnya.

"Kamu kenapa ke sini," Ucap Rey.

Gista menatap Rey, laki-laki itu masih terlihat tenang seperti biasa. Kemeja putih itu terpasang sempurna ditubuh bidang itu. Siapa yang tidak kenal dengan Rey Basudewa, direktur operational yang selalu pembawaanya tenang dan terlihat cool menurutnya. Gosipnya Rey memiliki hubungan dengan Mimi sekretarisnya sendiri. Terlihat jelas mereka selalu bersama, kemanapun berada.

"Kata pak Bima saya disuruh ikut meeting," ucap Gista.

"Meeting apa," Ucap Rey bingung.

"Bukannya meeting sama pak Roby," ucap Gista mencoba memastikan.

"Emangnya kamu ada disuruh meeting juga sama saya," Tanya Rey lagi, memperhatikan penampilan Gista, wanita itu mengenakan kemeja putih dan jas hitam yang sangat pas di tubuh rampingnya.

"Kata pak Bima ...,"

"Iya benar, saya sebentar lagi ada meeting dengan pak Roby. Meeting itu bersifat intren saja, hanya bagian keuangan, soalnya membahas peminjaman dana di bank. Kalau kamu, ya enggak ada sangkut pautnya dengan masalah ini, pak Leo sebagai GM saja enggak ikut meeting," ucap Rey menjelaskan.

Sumpah, ia ingin sekali membunuh Bima saat ini juga. Mau taruh di mana wajahnya, jika sudah seperti ini. Pantasan kemarin ia ragu gitu mendengar ajakan si kampret, ia sudah berasa menjadi orang penting dijajaran direksi. Ia dengan PD nya mengatakan bahwa ia ikut terlibat dengan meeting penting ini. Oh Tuhan, awas saja si Bima. Gista mengepalkan tangannya hingga memutih.

"Owh gitu ya pak, mungkin saya yang salah dengar. Permisi ya pak, saya balik ke kantor saya dulu," ucap Gista berusaha tenang.

"Iya," ucap Rey, ia memandang punggung Gista yang menjauhinya.

Sementara Gista menahan emosi, sumpah ia sudah kesal setengah mati terhadap laki-laki brengsek itu.

"Awas, lo tidur diapartemen gue lagi. Gue bakal cincang lo jadi pergedel," gerutu Gista kesal, berjalan menuju lift dengan tampang kesal.

***

Bima berjalan menuju lobby, ia melirik jam melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 18.30 menit. Seharian ini ia berada di bank, sebagai customer prioritas dilayani dengan baik. Ia tadi bertemu Merry di sana, terlihat jelas wanita itu masih berharap. Merry menanyakan kabar kepada, dan sedikit berbincang-bincang tentang permasalah hidup. Merry mengatakan dengan terang-terangan bahwa dia masih ingin menjalin hubungan dengan dirinya.

Pintu lift terbuka Bima menatap seorang wanita muda di sana. Ia lalu masuk begitu saja, tanpa memperdulikan wanita itu, mungkin wanita muda itu hanya tamu hotel. Ia merogoh ponsel dari saku celana, ia akan menghubungi Gista.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang