BAB 9

2.2K 65 1
                                    

Restoran yang di pilih Rey terletak di jl. H.Agus Salim 128, Menteng, Jakarta pusat. Restoran ini memiliki desain artistik yang menarik menurutnya. Sangat cocok untuk di kunjungi keluarga dan meeting. Menyediakan masakan Indonesia dengan style elit. Gista dan Rey memilih duduk, di salah satu sudut ruangan. Ia melihat beberapa tamu yang datang, mengisi kursi kosong.

Waiters restoran mencatat pesanan Gista dan Rey. Rey memperhatikan Gista, padahal wanita itu hanya diam. Gestur sederhana, membenarkan kemeja, melirik jam tangan, membuatnya semakin menarik dan mempesona. Terlebih wanita itu tidak pernah sibuk dengan ponsel.

"Kamu tinggal di mana?," Tanya Rey, membuka topik pembicaraan.

"Saya tinggal di Rasuna, dan bapak tinggal di mana?," Tanya Gista, ia meletakkan dompetnya di meja.

"Pondok Indah, Minggu depan saya akan ke Bali, melihat lokasi karaoke. Saya ingin kamu menemani saya," ucap Rey.

Gista mengerutkan dahi, "Loh kok saya," ucap Gista tidak terima.

Masalahnya masih banyak kerjaan yang harus ia kerjakan dari pada mengurusi laki-laki ini.

"Kenapa?," Ucap Rey, memandang waiters menyajikan makanan di meja.

"Bukankah bapak memiliki sekretaris yang bisa diajak pergi keluar kota," Ucap Gista mencoba menjelaskan.

"Selama ini saya tidak pernah mengajak sekretaris saya keluar kota. Saya hanya ingin bersama kamu di sana,"

"Sepertinya saya tidak terlalu diperlukan dengan kesibukkan bapak, dan masalah ini tidak ada sangkut pautnya terhadap saya," Gista memasukan udang itu ke dalam mulutnya.

Sambal udang dan kerabu mangga yang tersaji itu sungguh menggugah, dari pada membahas keberangkatan laki-laki itu ke Bali. Ia jelas saja tidak ingin ke Bali dengan Rey. Kesannya seperti ingin pergi kencan. Apa gunanya dia memiliki sekretaris seksi.

"Saya tidak bilang kamu terlibat dengan urusan kerja saya. Saya hanya ingin kamu menemani saya," ucap Rey.

"Tapi bapak punya sekretaris,"

"Tapi saya mau kamu, bukan sekretaris saya," ucap Rey melirik Gista yang masih makan dengan tenang. Ia tahu bahwa Gista menolak permintaanya.

"Tapi saya sedang banyak kerjaan," ucap Gista lagi memberi alasan.

"Bukankah kamu memiliki admin, yang bisa menghendel kerjaan kamu,"

"Tapi ...,"

"Hanya dua hari," ucap Rey tenang.

Gista jengah mendengar Rey mengatakan dua hari. Kata-kata itu sepertinya tidak terbantahkan. Ia baru tahu ternyata Rey selalu berkata dengan nada tenang dan tanpa ingin di tolak. Ia hampir gila memikirkan permintaan Rey sudah begitu banyak.

Tadi mengajaknya sarapan, setelah itu mengajaknya pergi ke acara pernikahan salah satu temannya dan sekarang mengajaknya ke Bali. Oh Tuhan yang benar saja, laki-laki tanpa miminta persetujuannya terlebih dahulu. Sekarang ia tahu ternyata Rey memiliki sifat egois, dan sangat menjengkelkan.

Gista diam tidak membantah ucapan Rey, ia kembali melanjutkan makannya. Ia menahan emosinya agar tidak meledak. Ia bukan jenis wanita yang bisa pergi dengan laki-laki sembarangan. Satu kali menerima ajakan Rey, bukan berarti ia menerima semuanya. Oh Tuhan yang benar saja, sudah dikasih jantung, laki-laki ini malah minta hati.

"Besok malam saya jemput kamu sebelum jam tujuh," ucap Rey lagi.

"Iya," ucap Gista, ia tidak ingin bertanya lebih banyak kepada laki-laki menjengkelkan ini.

"Pakailah pakaian terbaik kamu,"

"Iya,"

"Terima kasih," ucap Rey tenang, ia kembali melanjutkan makannya dalam diam. Ia membiarkan Gista dengan pikirannya.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang