BAB 30

1.8K 61 0
                                    

Gista merasakan jari jari trapis di punggungnya, rasanya begitu menenangkan atas pijatan itu. Hilang sudah lelah di tubuhnya. Aroma terapi yang begitu menangkan, wangi SPA, dengan kualitas terbaik yang membuatnya betah berlama lama di sini. Ia bahkan hampir tertidur, karena pijetan trapis yang telah berprofesional dan ahli di bidangnya.

Hampir dua jam lamanya ia menikmati paket layanan SPA. Rasanya begitu rilexs, aroma tubuhnya menjadi begitu wangi. Betapa menyenangkannya memanjakan diri seperti ini. Gista melirik Rey yang duduk di sofa, laki-laki itu seperti menunggu kehadirannya. Jujur ia masih malu apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu bersama Rey. Laki-laki itu tersenyum dan berjalan mendekatinya.

Rey menatap Gista, wanita itu mengenakan jubah handuk berwarna putih. Baru saja Gista menikmati layanan Spa pada hotel ini. Rey mengecup puncak Gista, ia mencium harum aroma dari tubuh Gista begitu menenangkan. Inginnya sih mengajak wanita itu ke ranjang lagi. Tapi ia masih mencoba menahannya, karena ia dan Gista baru saja melakukannya.

"Sudah selesai,"

"Iya sudah," ucap Gista.

"Masih sakit," tanya Rey mencoba memastikan.

"Enggak kok,"

Rey tersenyum dan ia lalu merangkul bahu Gisa, di bawanya menuju sofa. "Kamu wangi sekali,"

"Namanya juga habis SPA," ucap Gista, entahlah rasanya ia begitu bahagia seperti ini.

Rey memeluk tubuh ramping Gista, "Nanti di Jakarta, kamu sering sering SPA,"

"Iya," Gista tersenyum, membalas pelukkan Rey. Ia senang ternyata Rey memanjakannya seperti ini. Ia memandang wajah tampan Rey.

"Aku sudah telfon bunda, malam ini kita menginap di sini," ucap Rey lagi.

"Owh iya,"

"Kamu mau makan sesuatu, aku pesankan lewat layanan kamar," ucap Rey.

"Enggak, aku enggak pengen makan. Aku mau peluk kamu seperti ini," ucap Gista.

Rey tersenyum mendengar Gista sudah bermanja-manja kepadanya. Rey menatap wajah cantik Gista yang berseri seri.

"Yaudah kita tidur aja kalau begitu," ucap Rey.

"Iya," ucap Gista, ia mengecup pipi kiri Rey.

Rey merasakan bibir tipis Gista mendarat ke pipi kirinya. Ia tersenyum bahagia atas tingkah laku Gista terhadap dirinya. Mungkin laki-laki seperti dirinya memilih banyak diam dan tenang, namun bukan berarti tidak mengamati tingkah laku wanitanya. Ia memperhatikan tindakkan Gista, bahwa wanita itu sudah menerima kahadirannya. Setelah ini ia tahu bahwa Gista akan terbiasa. Mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama.

Menjalin hubungan seperti ini, tidak perlu kalimat "aku cinta kamu,". Ia tidak perlu mengeluarkan kata-kata gombal yang selalu di perbincangkan. Toh dengan mencumbu seperti ini Gista sudah menerima kehadirannya. Mereka manusia dewasa, tanpa berkata apa pun mereka sudah tahu apa yang ia inginkan.

Gista juga cukup peka apa yang ia inginkan, pada dasarnya wanita senang di manja. Sekarang wanita itu tidak malu lagi memintanya, bahkan menciumnya terlebih dahulu, begitu menyenangkan sekali, bermain dengan wanita cantik ini.

Sekarang ia paham, hubungan ini bukan sekedar rasa, bukan juga sekedar memanggil sayang. Tapi sebuah perasaan saling mengisi satu sama lain. Itu yang harus ia pahami bersama wanita bernama Gista.

Rey mengetatkan pelukkany dan mengecup puncak kepala itu, "Tidurlah,"

"Iya,"

Gista memejamkan matanya, dan kali ini ia akan tidur nyenyak. Pelukkan hangat Rey begitu nyaman. Ia berharap bahwa Rey tidak meninggalkan, itu saja. Kerena ia telah memberikan hal yang paling berharga yang di milikinnya kepada laki-laki ini.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang