BAB 29

1.5K 56 0
                                    

Ubud adalah salah satu wilayah terletak di kabupaten Gianyar Bali. Wilayah pedesaanya yang asri, alamnya nan elok dan tempat ribuan seniman di Bali. Ubud tempat yang tenang, berbeda sekali dengan di Denpasar. Desa inilah tujuannya dari kemarin. Rey sengaja memilih Ubud menjadi tambatan hatinya, karena ia ingin ketenangan, jauh dari hiruk pikuk kehidupan di kota. Ia akan menikmati alam yang sesungguhnya.

Perjalanan dari Denpasar menuju Ubud memakan waktu satu jam. Sepanjang perjalanan Rey dan Gista hanya diam, mereka memilih mendengarkan lagu Bosson. Rey membiarkan Gista dengan pikirannya.

Rey menghentikan mobilnya diparkiran, ia memilih pura taman saraswati. Pura ini didesain cantik dengan taman-taman dan dipenuhi oleh tanaman teratai. Rey melirik Gista yang tersenyum simpul kepadanya. Mungkin wanita itu bertanya tanya dia akan di bawa kemana, karena sudah begitu banyak pura yang ia melewati sepanjang jalan tadi.

"Jadi ini tujuan kamu," ucap Gista, ia berjalan mendekati Rey.

"Iya,"

"Jauh sekali, tadi aku pikir di pura dekat rumah kamu," ucap Gista.

"Aku sengaja mengajak kamu ke sini, karena setelah ini kita akan berenang," ucap Rey.

"Owh begitu, kita mau berenang di mana? Aku hanya bawa baju ganti satu loh," ucap Gista, sambil berjalan menyelusuri area pura.

"Di Hanging Garden, di sana kita bisa menikmati pemandangan pegunungan. Kamu akan menikmati kesegaran dari alam, tempatnya menarik dan begitu menangkan. Tidak jauh kok dari sini," ucap Rey lagi.

"Owh,"

"Katanya kamu ingin barfoto di sini," ucap Rey, melirik Gista yang masih berdiri di sampingnya.

"Sebentar, aku ambil ponsel dulu," ucap Gista.

Gista merogoh ponsel di tasnya, ia akan mengabadikan foto nya di sini. Gista lalu mengarahkan ponselnya ke depan. Ia mengapit lengan Rey, agar laki-laki itu berfoto bersamanya. Rey hanya bisa tersenyum atas ajakkan Gista. Dalam hitungan detik mereka barfoto bersama.

Beberapa menit kemudian Rey dan Gista meminta bantuan turis mengabadikan foto mereka berdua di depan pura. Mereka berjalan bersama seperti ini begitu menyenangkan. Saling berpandangan seolah mereka berbicara dari tatapan. Tatapan tajam itu terus memperhatikannya, meraka seperti bercerita lewat hati ke hati.

Setelah dari pura, Rey melanjutkan perjalanannya lagi menuju Hanging Garden Hotel, inilah tujuan Rey sebenarnya. Ia ingin istirahat sejenak di hotel bintang lima yang berada di atas bukit. Gista menatap Rey, laki-laki itu ternyata telah memesan kamar lewat aplikasi di ponsel pintarnya. Sebenarnya ada perasaan takut ketika Rey mengajaknya masuk ke dalam hotel mewah ini. Rasanya sungguh berdebar-debar. Bukan karena ia baru pertama kali masuk ke dalam hotel. Bahkan ia sudah bekerja di bidang ini cukup lama.

Tapi karena ia tahu, ada maksud tertentu Rey mengajaknya ke sini. Ia bahkan tidak sempat memeperhatikan suasana hotel mewah ini, karena ia sibuk menenangkan debaran jantungnya.

Gista merasakan Rey mengecup kepalanya sekilas. Pintu lift terbuka, Rey berjalan pandangan lurusnya depan. Mencari nomor kamar, Rey menghentikan langkahnya. Laki-laki itu mendapati apa yang ia cari. Rey lalu membuka hendel pintu, ia melirik Gista masih di posisi yang sama. Sepertinya wanita cantik itu tegang, terlihat jelas dari wajahnya. Ia tidak peduli dengan ketegangan itu. Ia sudah membawa wanita ini begitu jauh, sayang sekali jika tidak dilakukan. Toh mereka saling menginginkan satu sama lain. Mungkin ini merupakan pertama kalinya untuk Gista.

Gista menelan ludah, menatap tempat tidur berukuran king size, berdiri dengan angkuhnya di sana. Tempat tidur itu lebih pantas untuk sepasang pengantin baru, dengan tirai putih berdiri di setiap sudut tiang. Sangat pas untuk yang berbulan madu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia melepaskan diri dari Rey, dan menyimpan tasnya di nakas.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang