BAB 32

1.4K 49 0
                                    

Gista dengan cepat menepis air mata yang jatuh di pipi. Ia tidak ingin Rey melihatnya menangis seperti ini. Bima benar, jujur ia tidak kenal siapa Rey. Rey laki-laki yang baru ia kenal, bahkan mengenal Rey dalam waktu singkat. Ia tidak tahu siapa wanita yang Rey dekati selain Mimi seketarisnya. Mungkin di luar sana banyak sekali wanita di luar mendekati Reyde. Ia tidak pernah berpikir sejauh itu, karena ia terlalu sibuk dengan hatinya. Bima tidak mungkin mengatakan seperti itu, jika tidak mengetahui siapa Rey.

Sekarang ia sudah menyerahkan seluruh miliknya kepada Rey. Ia tidak tahu di mana otak pintarnya selama ini. Ia malah terbuai ucapan Rey tanpa mempertibangkannya terlebih dahulu. mengetahui itu ia akan meratapi penyesalan yang teramat sangat. Mungkin ia merupakan salah satu wanita bodoh, yang masuk ke perangkap Rey.

"Ayo kita pulang," ucap Rey.

Gista menyadarkan lamunannya, ia mencoba tersenyum dan mengangguk, "Iya, kita sebaiknya pulang," ucap Gista lagi.

Rey memegang dagu Gista, "Apa yang Bima katakan tidak lah benar, jangan kamu pikirkan," ucap Rey.

"Iya,"

"Bagus kalau begitu, bunda sudah menunggu kita di rumah," Rey meraih tangan lentik Gista dan berjalan menuju kamar hotel.

"Rey ...,"

"Ya," ucap Rey, ia menoleh ke arah Gista.

"Kamu kenal siapa wanita yang di bawa Bima?" Tanya Gista penasaran.

Gista tahu bahwa karakter Bima seperti apa. Wajah seperti Bima, mudah sekali mendapatkan seorang wanita. Ia tidak pernah mempermasalahkannya wanita mana Bima dekati. Karena ia tahu bahwa hubungan yang di jalani Bima tidak akan bertahan lama.

Tapi masalahnya, wanita yang di bawa Bima bukanlah seperti wanita wanita yang sering di bawanya dulu. Wanita terdahulu, seperti bak model, sexy dan dewasa. Sekarang masalahnya wanita yang di bawa Bima, jauh dari keriteria laki-laki itu. Wanita itu masih terlalu muda untuk seorang Bima.

"Kenapa?"

"Sepertinya kamu mengenalnya juga," ucap Gista, karena tadi ia sempat melihat Rey memperhatikan wanita muda itu.

"Kamu mau tau dia siapa?"

"Iya,"

"Dia putri sulungnya pak Roby," ucap Rey.

Jantung Gista seakan berhenti berdetak, ia menoleh ke arah Rey. Ia tidak tahu sejak kapan Bima dekat dengan putri sulungnya pak Roby. Oh Tuhan, Bima berani sekali mendekati anak sang pemilik pewaris Swiss Group. Gista memaklumi jika Bima bisa mendekati wanita mana saja. Tapi sekarang Bima berani sekali mendekati sang pemilik perusahaan. Ia yakin sebentar lagi Bima menjadi jajaran direksi utama.

"Pantas saja," dengus Gista,

"Aku yakin, sebentar lagi dia akan menduduki jabatan sebagai direktur keuangan," ucap Rey.

Gista hanya diam, pikiriannya berkecamuk, entahlah ada perasaan tidak menentu di hatinya. Kemarin laki-laki itu ingin resign, tapi kini malah mendekati anak pewaris perusahaan. Bima tidak lebih dari laki-laki penjilat menurutnya. Ingin resign hanya akal-akalannya saja. Dasar brengsek,

"Bersiaplah kita akan pulang,"

"Iya," ucap Gista.

*********

Bima menyandarkan punggungnya di sisi tempat tidur. Untuk masalah Gista, nanti akan ia pikirkan setelah pulang ke Jakarta. Bima memandang Mita yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tadi mereka baru saja selesai berenang. Mita tidak malu berenang mengenakan bikini. Ya, ia akui bahwa banyak warna lokal juga melakukan hal yang sama, bahkan sudah melupakan budaya timur, jika sudah berada di Bali. Make out di tepi pantai, hal biasa ia lihat.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang