BAB 12

1.9K 62 1
                                    

Gista melirik Rey, laki-laki itu masih fokus dengan setir mobilnya. Ia akui bahwa Rey keren, tubuhnya professional, bukan jenis tubuh kurus, tapi lebih tepatnya berisi. Ia suka takut memandang tatapan mata Rey yang bisa membius kaum hawa termasuk dirinya. Bulu-bulu halus di rahang tegas itu terkesan sangat sexy.

"Ada yang ingin kamu tanyakan?," Tanya Rey membuka topik pembicaraan, ia melirik Gista yang sedari tadi memperhatikannya.

Gista mengerutkan dahi, "Tidak, kenapa?,"

"Karena dari tadi kamu memperhatikan saya Gista," ucap Rey.

"GR, siapa juga yang memperhatikan kamu," timpal Gista, ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

Rey melirik Gista dan menahan tawa, "Saya sengaja memperhatikan kamu dari kaca dasbor dan kamu memperhatikan saya,"

Alis Gista terangkat, ia lebih baik menatap ke arah jendela. Ia baru tahu ternyata Rey memiliki penglihatan yang jeli. Jika sudah begini ia seperti tertangkap basah. Ah sudahlah, lebih baik ia menyandarkan punggungnya di kursi. Beberapa menit kemudian, Rey menghentikan mobil di basement hotel. Ia lalu membuka hendel pintu, diikuti Gista. Ia melirik Gista sudah berada di sampingnya. Rey mengulurkan tanganya ke arah Gista. Gista tahu maksud Rey melakukan itu kepadanya.

Rey menggenggam jemarinya masuk ke dalam lobby hotel. Genggaman itu begitu hangat, dan erat. Para pengunjung hotel mulai berdatangan, sepertinya ini bukanlah pernikahan biasa, masalahnya tadi di lobby depan, banyak sekali karangan bunga, hingga menenuhi gedung hotel.

"Rame banget, siapa sih yang nikah? Pasti anak pejabat" ucap Gista, mulai penasaran.

"Bukan, sahabat saya dulu kuliah namanya Radit,"

"Kalau sahabat kamu, seharusnya kamu menjadi groomsmen dia dong,"

"Pernikahannya pakai adat minang, enggak ada pakek groomsmen,"

"Owh,"

Gista dan Rey melangkahkan kakinya menuju ballroom. Gista memandang foto prawedding dengan background berwarna putih. Sepasang pengantin itu begitu cantik, mereka saling berpelukkan, foto itu diambil di studio. Ia pernah melihat ke dua orang ini sebelumnya. Ah ya, ia ingat, wanita ini sempat jadi viral itu kan. Mereka yang dulu diundang ke acara talk show, dan ia juga menonton acara tersebut. Jujur ia juga menjadi salah satu pengikut instagram dan subcribe wanita muda itu. Oh Tuhan, jadi wanita muda ini yang nikah.

"Jadi ini sahabat kamu," ucap Gista menunjuk foto laki-laki itu.

"Iya,"

"Wah, saya baru tahu, ternyata kamu dan dia berteman baik, dia insinyur perminyakan itu kan,"

Rey melirik Gista, "Dari mana kamu tahu?," Ucap Rey mencoba menyelidiki.

"Waktu itu aku enggak sengaja nonton talk show, kebetulan bintang tamunya mereka,"

"Hemmm," gumam Rey.

Rey dan Gista masuk ke dalam ballroom. Suasan begitu megah, warna emas menjadi dominasi ruangan. Suasana adat minang begitu kental, para tamu undangan memadati ruangan. Rey menarik pinggang Gista agar tidak menjauh darinya. Rey melakukan itu, agar Gista lebih aman bersamanya.

Gista merasakan tangan Rey sudah berada dipinggangnya. Sungguh ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia memilih diam dan menatap Rey. Rey membalas pandangannya,

"Kamu mau makan?" Ucap Rey.

Gista mengedarkan pandangannya ke arah meja prasmanan. Para tamu undangan memadati meja, Gista mengedikkan bahu.

"Rame,"

"Namanya juga pesta," ucap Rey, ia lalu mendekatkan wajahnya ke arah telinga Gista, ia merasakan aroma jasmine yang menenangkan dari leher Gista.

"Kita makan di luar saja," Bisik Rey.

"Oke, itu lebih baik,"

Rey tersenyum dan lalu melangkah ke rah panggung. Ia menatap Radit bersama istrinya di sana. Laki-laki itu nampak gagah dengan baju toko gadang kebangganya. Radit tersenyum atas kehadiran Rey.

"Selamat semoga menempuh hidup baru," ucap Rey, memeluk Radit.

"Terima kasih Rey," ucap Radit, ia melirik wanita di samping Rey.

"Itu calon lo,"

"Kayaknya sih gitu,"

"Lo enggak mungkin bawa ke sini, kalau dia bukan yang special men," ucap Radit diselengi tawa.

Rey menatap Gista, yang masih berada disampingnya. Ia tahu bahwa Gista mendengar percakapannya. Rey lalu tertawa, ia menepuk bahu Radit.

"Enggak nyangka lo sama Tibra kompak, sampe urusan istri aja sama,"

"Ini udah takdir, yaudah kita foto dulu," ucap Radit.

Sementara Gista sedari tadi hanya bisa mendengar percakapan Rey dan sahabatnya itu. Mereka di akhiri foto bersama. Beberapa menit kemudian mereka keluar dari area ballroom.

"Kamu kasih kado apa sama sahabat kamu itu?" Tanya Gista penasaran, karena tadi Rey hanya membawa tangan kosong.

"Paket bulan madu, ke luar negri dan dia sudah tahu," ucap Rey, mereka berdiri di depan lift, bersama para tamu undangan yang lainnya.

"Owh, kemana?,"

"Ke Budapest,"

"Wow,"

"Kamu mau juga?,"

"Mau ke mana?,"

"Perjalanan ke luar negri?,"

"Kalau ada yang ngasi gratis, ya aku enggak bakalan nolak lah,"

Rey tersenyum, "Nanti akan aku usahakan,"

Gista menoleh memandang Rey, "Usahakan apa?"

Rey menyunggingkan senyum, "Bukannya tadi kamu ingin perjalanan paket bulan madu. Nanti akan aku usahakan kita pergi ke sana juga,"

Mata Gista lalu melotot mendengar pernyataan Rey.

"Hey, bukan begitu maksud aku,"

Pintu lift terbuka, Rey menarik tangan Gista masuk ke dalam elevator. Gista bahkan belum menjelaskan maksud ucapannya tadi, karena ia sudah di tarik masuk ke dalam. Mereka berdiri di sudut ruangan, bersama pengunjung lainnya. Sementara ia masih ingin menjelaskan apa yang telah ia ucapkan tadi. Bukan seperti itu maksudnya, ia tidak ingin terjadi kesalah pahaman antara ia dan Rey.

Pintu lift terbuka, Gista dan Rey akhirnya melangkahkan kakinya menuju lobby hotel. Ia melirik tangannya masih digenggam erat oleh Rey, seakan tidak ingin lepas.

"Sebaiknya kita makan di restoran hotel ini saja," ucap Rey.

"Iya," Gista juga tidak ada pilihan lain.

Beberapa menit kemudian, Radit memilih duduk disudut ruangan, sambil menikmati kolam renang di sana.

"Rey,"

"Hemmm,"

"Masalah tadi bukan seperti itu maksud aku. Kamu jangan salah paham,"

"Terus,"

"Ya, aku mau jalan-jalan negri gratis, tapi bukan sama kamu juga. Kamu ngertikan maksud aku, aku hanya enggak ingin kamu salah paham,"

"Salah paham apa yang kamu maksud?," ucap Rey, ia memandang iris mata Gista.

Gista mengibaskan rambutnya kebelakang, suasana mendadak gerah. Oh Tuhan, susah sekali untuk menjelaskan ini kepada Rey. Ia tidak ingin bertindak tidak sopan kepada Rey, bagaimanapun ia segan dengan laki-laki itu. Gista menarik nafas, memejamkan matanya sejenak. Apa yang dikatakan seluruh karyawan hotel jika ia dan Rey pergi ke luar negri bersama. Memikirkan ke Bali minggu depan saya sudah membuatnya mumet.

"Aku pikir, aku akan menarik kata-kata aku tadi untuk pergi luar negri gratis," ucap Gista pada akhirnya, ia tidak bisa menjelaskan lagi.

Rey menyunggikan senyum dan menatap wajah sebal Gista. Menarik sekali wanita di hadapannya ini.

"Makanlah terlebih dahulu, masalah ini kita bahas lagi nanti," ucap Rey, ia makan dalam diam.

Sementara Gista sudah gondok setengah mati, melihat tingkah Rey. Pernyataan pergi ke luar negri seolah sudah deal. Gista makan dalam diam, sesekali melirik Rey.

***

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang