BAB 16

1.8K 56 0
                                    

Bima melirik Joko masuk ke dalam. Laki-laki itu membawa map plastik berwarna bening. Berisikan laporan keuangan di dalamnya. Joko meletakkan laporan itu di atas meja.

"Gila, lo hebat,"

Bima mengerutkan dahi, "Hebat apa maksud lo?," Tanya Bima tidak mengerti.

Ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukkan pukul 16.40 menit, kerjaannya masih menumpuk, dan memang harus di selesaikan pada hari ini juga. Untung saja Gista membatalkan untuk pergi ke Hard Rock.

"Lo cipokkan sama bu Mita, gila, nekat, parah abis," ucap Joko.

Alis Bima terangkat ia menatap Joko cukup serius yang kini telah duduk di hadapannya.

"Lo liat,"

"Ya iyalah, tadi gue mau masuk ngantarin laporan. Tapi gue malah ngeliat lo cipokkan sama bu Mita. Lo sama bu Mita saking asyiknya sampe enggak sadar, gue di depan pintu,"

Bima lalu tertawa menatap Joko, kalau sudah kepergok gini, ia bisa apa selain tertawa.

"Gue sampe enggak percaya men, bocah itu masih kecil. Lo udah ngajari dia yang enggak-enggak, sarap lo emang,"

"Justru dia masih kecil makanya gue ajarin dia. Agar dia tau, betapa asyiknya ciuman sama gue,"

"Gila, kampret lo,"

"Bilang aja lo pengen, iya kan. Makanya cari cewek, biar bisa lo praktekin," ucap Bima diselingi tawa.

"Lo bener-bener,"

"Itu baru pemula bro, rencanya setelah ini gue bakalan ngajarin Mita yang lebih asyik," ucap Bima menyeringai nakal.

"Kebetulan dia masih muda, seger, rasanya tuh pasti enak. Kalau ada yang mau, ngapain ditolak, urusan masalah dia anaknya pak Roby, anaknya Jendral, atau presiden sekalipun, yang penting enak aja dulu,"

Joko yang mendengar itu nyaris menganga tidak percaya. "Gila, parah !"

"Satu hal lagi yang harus lo tau, gue udah bosan pacaran sama yang seumuran, udah basi, enggak asyik, gaya pacarannya gitu gitu aja. Gue tadi baru tau ternyata dekat dengan bocah seperti Mita itu asyik, polos, terbuka, enggak jaim, otaknya masih bisa di cuci, bisa di arahin. Gue saranin sama lo, cari cewek yang jauh lebih muda,"

"Jadi lo udah pacaran sama dia?," Tanya Joko penasaran.

"Belum,"

"Kampret, belum pacaran aja lo udah berani apa-apain dia, apalagi udah pacaran sama dia,"

"Kalau udah pacaran, yaudah enak enak tiap hari. Di bawa asyik ajalah, santai aja men, macam lo enggak tau gue aja,"

"Bangke lo !," ucap Joko mendengus kesal.

Bima seketika tertawa, ia menyandarkan punggungnya di kursi. "Yudah deh, sekarang lo mau apalagi," ucap Bima.

"Anak front office tadi salah gesek tuh, empat belas juta," ucap Joko, menceritakan apa yang terjadi pada di meja receptionis.

"Kerja kok ceroboh sekali, siapa sih?,"

"Mili,"

"Bukannya dia anak lama,"

"Kelebihan nol bro, maklumlah, namanya juga manusia," ucap Joko.

"Yaudah deh besok gue urus, bilang sama tamunya, besok pasti uangnya kembali. Bank udah tutup jam segini,"

"Oke,"

***

Gista melangkahkan kakinya menuju apartemen Senopati. Ia mencari nomor yang tertera di sana kartu nama yang di kasih Rey. Ia menghentikan langkahnya, menatap kusen pintu berwarna kayu solid. Ia menekan bell di dekat pintu. Sedetik kemudian pintu terbuka. Gista memandang Rey di sana. Laki-laki itu memperlebar daun pintu untuknya.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang