BAB 31

1.5K 51 0
                                    

"Kamu lihatin apa sih," ucap Mita, ia menatap Bima terlihat menyelidiki sesuatu.

"Aku lihatin sahabat aku, dia lagi bersama Rey," ucap Bima.

"Owh ya," ucap Mita, ia lalu menatap ke arah yang di maksud Bima.

Mita memandang sepasang kekasih di dekat area lobby, sambil memandang kindahan alam di area terbuka itu. Mereka tampak begitu mesra, duduk di kursi malas. Mita mengalihkan pandangannya ke arah Bima. Ia melihat raut wajah tampan itu menahan amarah.

Bima memejamkan matanya sejenak, sebenarnya ia cukup emosi melihat kebersamaan Gista dan Rey. Bima menarik nafas panjang, dan sepertinya ia harus ke sana sekarang juga.

"Kamu tunggu di sini, aku mau lihat sahabat aku," ucap Bima, memohon pengertian terhadap Mita.

"Tapi Bim, kamu menggangu privacy mereka. Biarin aja mereka di sana," ucap Mita.

Bima menatap Mita cukup serius, ia memegang pundak Mita,

"Dengar sayang, dia sahabat aku, aku sudah kenal dia lama. Dia sudah berbohong sama aku, katanya dia pulang ke Pelembang, ternyata dia di sini bersama si brengsek itu,"

"Tapi jangan ganggu mereka,"

"Aku sebagai sahabatnya harus tahu, apa alasan dia berbohong sama aku. Aku enggak pernah sekalipun berbohong sama dia," ucap Bima.

Mita mengibaskan rambutnya ke belakang, memandang Bima dengan berani,

"Karena dia punya alasan kenapa dia tidak bisa menceritakan itu terhadap kamu,"

"Itu yang harus aku tau," ucap Bima mulai tersulut emosi.

"Kenapa kamu harus tahu, dia hanya sahabat kamu. Kamu bukan pacarannya yang bisa marah kepada dia,"

"Tapi dia sudah bohongi aku, dia sahabat aku, kamu tunggu di sini !" ucap Bima keras, ia tidak bisa mengendalikan diri lagi. Bima lalu melangkah kan kakinya kearah Rey dan Gista di sana.

Mita lalu terdiam, mendengar suara kerasa Bima. Ia menatap punggung Bima dari kejauhan. Dari awal ia sudah menduga bahwa Bima dan wanita itu tidak hanya sekedar sahabat. Lihatlah Bima begitu marah melihat sahabatnya, bersama laki-laki lain. Bima tidak berhak marah atas tindakkan Gista. Toh, mereka hanya sahabat tidak lebih. Mau pacaran dengan siapa saja, itu hak Gista. Bima bahkan tidak mengerti perasaan dan meninggalkannya begitu saja.

Dia juga seorang wanita, yang memiliki rasa. Dia bukan gadis kecil yang tidak mengerti tentang cinta. Cinta itu sebuah ketulusan, yang harus ia lakukan. Jika sudah tulus, maka semua akan menjadi menyenangkan berubah menjadi ketenangan. Bukan seperti obrolan cinta yang selalu di ceritakan. Ia mencengkram erat tas, hingga buku-buku tangannya memutih. Ia tidak bisa mencegah Bima bertemu dengan wanita itu.



Sementara di sisi lain, Gista tidak percaya apa yang dilihatnya. Ia melihat Bima sudah berdiri di hadapannya. Tatapan tajam itu memandangnya dengan pandangan tidak suka. Terlihat jelas wajah itu emosi. Seakan mengatakan menjauhlah dari Rey.

Gista mengapit lengan Rey dengan erat. Jujur ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, salain berlindung di sisi Rey. Kilatan mata Bima ingin membunuhnya.

Sementara Rey masih tenang dan menjaga jarak antara Bima dan wanitanya. Ia tidak terima jika sampai Bima menyentuh Gista. Bima tidak berhak marah, karena dia hanyalah sahabat tidak lebih. Ia tahu bahwa Gista berdiri di posisi nya.

Bima menahan amarah, ia menahan emosinya agar tidak meledak. Ia mengatur nafasnya yang sulit di atur.

"Kamu di sini ternyata," ucap Bima, ia menatap iris mata Gista dengan berani.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang