BAB 10

2.3K 66 1
                                    

Gista menatap penampilannya, dress Navy tanpa lengan menjadi pilihannya. Rambut panjang ia ikat ke samping. Tidak lupa stiletto berwarna hitam ia kenakan. Gista melangkah keluar ruangan. Ia menatap Bima sedang berada di depan pintu. Terlihat jelas wajah lelah Bima pada laki-laki itu, Bima membalas pandangannya.

Bima menatap penampilan Gista, wanita itu terlihat sudah rapi dan cantik.

"Mau kemana?," Tanya Bima.

"Mimin ngajakin makan di luar, mau ngobrol-ngobrol gitu. Maklumlah temu kangen, gue udah masakin lo semur kering, ada sayurnya juga. Jangan lupa dimakan," ucap Gista.

Bima lalu mengecup puncak kepala Gista. Ia tahu bagaimana rasanya bertemu dengan teman lama. Ia juga tidak bisa mengekang wanita ini akan pergi.

Gista merasakan kecupan hangat Bima yang menenangkan.

"Hati-hati, jangan pulang terlalu malam," ucap Bima, melepaskan kecupannya.

"Iya," ucap Gista memandang iris mata Bima. Bima menatap punggung Gista dari belakang. Ia masuk ke dalam apartemen. Hari ini ia begitu lelah dan tidak akan kemana-mana.

***

Beberapa menit kemudian mobil telah meninggalkan area gedung apartemen. Gista dan Mimin akan ke Skye, menikmati makan malam berdua.

"Lo udah punya cowok enggak sih Gis," ucap Mimin, masih fokus dengan setir mobil.

Gista melirik Mimin, wanita itu mengenakan dress merah, dengan punggung terbuka.

"Belum, kenapa?,"

"Kok belum?,"

"Emang kenapa kalau belum?," Ucap Gista, terkekeh melirik Mimin.

"Secara lo cantik gini, masa cowok kece enggak ada yang ke cantol sama lo," ucap Mimin, ia akui bahwa Gista menawan dan cantik.

"Biasa aja kali, belum ketemu yang pas aja," Gista ia menyandarkan punggungnya, sambil menatap ke arah kaca dasbor.

"Terus si Bima, ganteng banget tuh, lo sama dia serasi banget deh. Kenapa lo sama dia enggak jadian aja,"

"Bima sahabat gue, Min,"

Mimin menoleh ke arah Gista, "Lo comblangin sama gue aja kalau gitu,"

Gista mengerutkan dahi, ia lalu tertawa menatap Mimin. Ia tahu tipe wanita yang di sukai Bima, yang pasti cantik, sexy, dan memiliki tubuh ideal. Jika tidak memiliki kriteria tersebut, jangan harap bisa bersama sahabatnya itu. Jika melihat Mimin, jauh dari kriteria Bima, dan kurang menarik menurutnya.

"Gue enggak tau dia suka sama lo atau enggak, lo taulah si Bima itu pemilih orangnya,"

"Lo tau pacar Bima?" Tanya Mimin, ia meneruskan perjalanannya menuju manara BCA di Thamri.

"Tau lah, gue udah kenal dia lama," ucap Gista lagi.

"Kenapa lo enggak pacaran sama dia aja," Mimin memarkir mobilnya di basement.

"Ya enggaklah, gue enggak mau ngancurin persahabatan gue sama dia. Bima itu orangnya cepat bosenan, pacarannya sebulan doang, ada yang baru dua minggu, paling lama tiga bulan. Lebih baik kayak gini, dibawa asyik aja," ucap Gista.

Mimin lalu mematikan mesin mobilnya, ia melirik Gista. "Lo udah kenal dia lama?" Tanya Mimin penasaran.

"Udahlah,"

"Setau gue nih Gis, kalau cowok bersahabat dengan cewek itu berdasarkan ketertarikan. Sedangkan cewek bersahabat dengan cowok itu berdasarkan kenyamanan,"

"Persahabatan antara lo sama Bima itu bullshits tau enggak sih !. Enggak ada yang murni benar-benar ada sahabat seperti itu. Lo nyaman sama dia bertahun-tahun, tanpa memiliki romansa itu bohong. Gue yakin, dia alasan lo enggak pacaran," ucap Mimin.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang