BAB 15

1.9K 57 0
                                    

Bima menyandarkan punggungnya di kursi, sambil menatap layar monitor. Melihat angka angka pada laporan yang ada di system. Pintu ruangan terbuka, Bima mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Ia tersenyum memandang wanita muda yang sudah menghiasi hidupnya beberapa hari ini. Senyum Mita begitu manis, ada lengsung pipi kecil di sudut bibirnya. Mengingatkan ia kepada Nabila, salah satu anggota JKT48. Rambut keriting kecil-kecil itu sungguh menggemaskan. Wanita itu juga berdandan sesuai dengan usianya. Bukan seperti anak muda sekarang, yang berdandan mirip wanita dewasa.

"Masuk lah," ucap Bima, menyuruh Mita masuk ke dalam. Ia mengambil kursi dan ia letakkan kursi itu di sebelah kirinya. Sepertinya ia butuh teman ngobrol dan menemani bekerja. Mita membalas senyum Bima, dengan senang hati lalu duduk di samping pujaan hati.

"Kamu sama siapa ke sini," tanya Bima, ia mulai sibuk dengan keyword pada komputer.

"Sama supir, Bima sibuk ya," ucap Mita, ia menatap Bima masih asik dengan setumpuk pekerjaan.

"Lumayan, tapi Bima senang kamu datang," ucap Bima lagi.

Mata tersenyum bahagia atas pernyataan Bima. Ia memandang wajah tampan Bima yang fokus dengan layar komputer. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Bima dan lalu mengecup pipi kiri itu sekilas.

Bima merasakan bibir lembut Mita mendarat di wajahnya. Ada perasaan bahagia wanita itu menciumnya. Oh Tuhan, Mita begitu agresif. Wanita itu masih ABG, sudah berani mencium laki-laki dewasa seperti dirinya. Ia menoleh ke arah Mita.

"Kamu belajar dari mana, mencium aku seperti itu hemmm," ucap Bima, ia lalu menghentikan ketikkannya dan memilih memandang wajah cantik Mita.

"Belajar dari drama Vampire Diares favorite aku,"

"Owh ya, film apa itu,"

"Tentu saja romance, pemain filmnya tampan-tampan dan cantik-cantik,"

"Sebenarnya tadi Mita mau cium Bima di bibir, tapi Bima masih sibuk,"

Bima mengerutkan dahi, dan memandang Mita cukup serius. Oh Tuhan, wanita muda ini, otaknya sudah terkontaminasi dengan film film yang sama sekali tidak mendidik.

"Ternyata film romance, sudah mengotori pikiran kamu," Bima, ia melipat tangannya di dada.

"Tapi teman-teman Mita sudah biasa tuh ciuman sama pacaranya,"

"Ya kamu jangan ikut-ikutan mereka. Kamu masih terlalu muda Mita untuk mengenal dunia orang dewasa seperti ini," timpal Bima.

"Aku umurnya sudah delapan belas tahun Bima, bukan anak kecil lagi. Enggak ada yang mesti dipermasalahkan. Ini bentuk kasih sayang terhadap Mita kepada laki-laki yang Mita sukai," ucap Mita.

Bima menompang wajahnya dengan siku, ia tidak tahu akan berkata apa. Ia laki-laki dewasa, yang berumur 32 tahun, dengan menghasilakan hormon testosteron secara maksimal. Rasa ketertarikan terhadap seksual cukup tinggi pada dirinya.

"Dari mana Mita tahu, bahwa ciuman itu merupakan bentuk kasih sayang?,"

"Dari film,"

Bima menarik nafas, ia memegang pundak Mita. Ia akan memberi masukkan dan penjelasan kepada wanita cantik ini, apa arti ciuman itu sebenarnya.

"Begini sayang, sebenarnya ada banyak sekali makna ciuman itu sendiri. Ciuman itu merupakan bentuk komunikasi dari sepasang kekasih. Ciuman itu bisa menyampaikan sejuta makna di dalamnya. Ini menurut Bima loh ya, misalnya cium kening, itu menunjukkan rasa sayang. Merupakan ekspresi lembut dari seorang laki-laki kepada wanita. Semua itu jauh dari kata nafsu," ucap Bima.

"Cium tangan, menujukkan rasa hormat, kita kepada seseorang yang lebih tua atau dengan pasangan. Ada juga cium hidung dan cium pipi, itu sebenarnya ciuman ringan yang sehat, sebagai tanda nyaman kita kepada seseorang,"

"Setelah itu ada juga ciuman bibir menggunakan lidah. Itu merupakan tanda gairah dan nafsu. Ciuman itu di lakukan sepasang kekasih yang sudah menikah, sebelum mereka berhubungan intim. Mereka melakukan itu menunjukkan hasrat gairah dan ingin memiliki. Biasa hal itu sangat mengundang gairah yang membara,"

"Tapi ada juga ciuman dibibir, sebagai tanda kedalaman cinta. Biasa ciuman dengan durasi lama, dan bentuk kasih sayang yang dalam. Tanpa perlu terburu-buru, saling berpangutan dengan tempo yang lambat. Menunjukkan keintiman penuh kasih sayang,"

Ia ingin sekali membenturkan kepalanya ke tembok, omong kosong apa yang ia ucapkan ini kepada bocah kecil ini. Oke, sekarang ia mulai meracuni otak wanita muda ini dengan makna ciuman absurd. Jika ia menginginkan ciuman itu tidaklah harus menjelaskan panjang lebar kepada Mita. Hanya cukup memegang dagu dan lalu menciumnya. Tapi ini adalah seorang Mita, gadis kecil anak dari perusahaan ini, dan ia tidak ingin lancang.

Sebenarnya ia juga tidak tahu dari mana ia mendapati teori ciuman seperti itu. Padahal ia tidak pernah mempelajari sebelumnya. Ia berharap semoga Mita menginginkan kalimat terakhir yang ia jelaskan tadi. Bodohnya lagi di sana ia mengatakan durasi yang cukup lama. Ia menelan ludah, melihat bibir tipis berwarna merah muda yang menggodanya sedari tadi.

Mita mendengar itu lalu tersenyum, ia menatap iris mata Bima dengan berani. Ia lalu mengecup bibirnya sekilas. Sementara Bima merasakan bibir tipis Mita mendarat di bibirnya. Rasanya begitu lembut dan menyenangkan.

"Apa yang kamu lakukan hemm," gumam Bima.

Mita hanya tersenyum tidak menjawab pernyataan Bima. Ia lalu mengecup bibir Bima lagi, kali ini secara perlahan tapi pasti.

Bima tahu mana ciuman yang berpengalaman dan amatiran. Ciuman wanita muda ini termasuk katagori amatiran. Tapi jujur ia lebih suka ciuman amatiran yang dilakukan Mita. Ada perasaan meledak-ledak di dalam hati nya.

Ia sebagai laki-laki dewasa lalu meraih tangkuk Mita. Ia akan mengajari wanita muda ini cara berciuman dengan benar. Ia kecup bibir itu secara perlahan. Tidak perlu terburu-buru melakukan ini, karena mereka saling menginginkan satu sama lain.

Lupakan sejenak tentang pekerjaan yang ia lakukan. Baginya ini lebih penting dari lada program linux yang memusingkan itu. Sungguh bibir tipis Mita begitu lembut dan manis. Sehingga ia sulit sekali melepas kecupan itu, ia semakin tidak terkendali. Semakin liar dan Berani, tangannya menelusup di balik dress yang di kenakan bocah kecil ini. Ia tidak tahu sejak kapan tubuh Mita duduk dipangkuannya. Semua itu diluar kendalinya, oh tidak, ia harus menghentikan kecupan panjang ini.

Bima berusaha sekuat tenaga melepas pangutannya. Kecupan itu terlepas, saling terdiam satu sama lain. Hanya deru nafas terdengar. Bima memandang bibir tipis Mita, yang kini membengkak. Bima lalu mengecup kening Mita,

"Maaf," gumam Bima pelan.

"Maaf untuk apa?," Ucap Mita tidak mengerti, mengatur nafas yang sulit di atur.

"Bima telah mencium kamu,"

Mita tersenyum ia mengelus rahang tegas Bima, "Tapi Mita suka,"

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang