BAB 23

1.6K 55 0
                                    

Bima memandang Mita dari kejauhan, wanita cantik itu sedang berjalan sendiri. Menyusuri hutan mangrove pantai indah kapuk. Awalnya pantai indah kapuk kawasan kumuh dan tidak memiliki nilai jual tinggi. Dulunya banyak sekali di timbuhi pohon kapuk. Buah kapuk sendiri di pakai untuk alas tidur dan di jadikan isi kasur. Sekarang ada perusahaan properti Agung Sedayu Group, mengolakasikan tempat tersebut menjadi kawasan elit dan bergengsi.

Fasilitas tempat wisata dan wahana bak Disneyland, menjadikan lokasi yang sangat terkenal. Ia juga tahu bahwa pak Roby memiliki rumah di kawasan elit ini. Bima berjalan mengikuti langkah wanita muda itu. Bima menarik nafas, Ia menyeimbangi langkah Mita dengan tenang.

Mita terpana menatap wajah tampan Bima, yang kini sudah berdiri di sampingnya. Jujur Ia tidak tahu ternyata laki-laki itu mengikutinya. Iris mata itu memandangnya dan lalu tersenyum. Senyumnya begitu tampan dan menenangkan. Mita lalu menghentikan langkah, dan laki-laki itu juga melakukan hal yang sama.

"Perkenalkan nama aku I Made Bima Wasupati, panggil saja Bima," ucap Bima, ia mengulurkan tangannya ke arah Mita.

Bima ingin mengulang perkenalan dengan wanita cantik di sampingnya ini. Ini bukan perkenalan yang terjadi di lift kemarin, tetapi lebih tepat dirinya lah yang pantas mengenal wanita muda ini terlebih dahulu.

Ini merupakan teknik sederhana, seorang laki-laki seperti dirinya untuk berkenalan dengan seorang wanita. Ia bukan seorang laki-laki yang suka mengobral dengan kata-kata gombalan receh cara berkenalan dengan seoranb wanita. Ia lebih suka terlihat lebih natural dan apa adanya seperti ini.

Dengan senyuman yang ia berikan, akan membuat seorang wanita nyaman terhadap dirinya. Percaya diri seperti ini membuatnya merasa lebih pintar, sikap tenang dan memandang sesuatu secara positif.

Mita memandang uluran tangan Bima, ia tidak tahu kenapa Bima melakukan itu kepadanya. Seolah laki-laki itulah yang ingin mengejar dirinya. Mita menatap Bima, iris mata itu begitu menenangkan. Ia membalas uluran tangan Itu. Ada perasaan hangat, ketika tangan hangat Bima menyentuh permukaan kulitnya.

"Mita," ucap Mita, menahan senyum, ada perasaan bahagia menyelimuti hatinya. Ia melirik Bima yang berada di sampingnya. Ia lalu meneruskan langkahnya.

"Mau kemana hemm," ucap Bima, ia mengikuti langkah Mita.

"Cari udara segar," ucap Mita lagi.

"Di Jakarta memang susah untuk cari udara segar, kamu sering ke sini?," ucap Bima melirik Mita.

"Biasa sih, tapi enggak sering juga, kalau pengen aja, takut juga kalau sendiri kayak gini di hutan," ucap Mita, ia menyelipkan rambut di telinga, karena angin membuat rambutnya berkibar tanpa henti.

"Ada aku, jadi jangan takut," ucap Bima, ia mengulurkan tangannya ke arah Mita, agar Mita meraihnya. Mita tersenyum penuh arti dan meraih tangan hangat itu lagi.

Mita dan Bima berjalan menyusuri jembatan kayu, menikmati alam segar.

"Kamu suka wisata alam," ucap Bima.

"Iya suka,"

"Kamu enggak mencobanya ke Bali, di sana banyak tempat yang keren,"

Mita memandang Bima, dan lalu tersenyum, "Aku mau ke Ubud," ucap Mita.

"Kamu mau ke sana,"

"Kamu mau menemani aku ke sana,"

"Asal papi kamu mengijinkan, kita langsung berangkat,"

"Serius !,"

Bima tersenyum dan mengangguk, melirik Mita, iris mata itu berbinar, "Tentu saja, aku juga ingin ke Bali. Karena sudah rindu kampung halaman,"

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang