BAB 28

1.5K 50 0
                                    

Bima menatap Mita, wanita itu tersenyum kepadanya. Bima berjalan mendekati Mita, dan di berinya kecupan di bibir tipis itu sekilas. Ia menutup pintu ruangan dan tidak lupa ia kunci. Ia tidak ingin Joko memergokinya lagi seperti kemarin.

Bima memperhatikan penampilan Mita, wanita muda itu mengenakan celana jins biru, dan baju bertali spaghetti berwarna putih. Rambutnya dibiarkan terurai, seperti biasa Mita selalu terlihat menggemaskan di matanya.

"Papi sudah ngijinin aku pergi ke Bali," ucap Mita.

"Owh ya, apa kata papi kamu?" Tanya Bima. Padahal tadi pagi ia baru saja bertemu beliau. Mereka membahas wanita muda ini.

"Ya boleh,"

Bima merangkul bahu Mita dan di bawanya ke salah satu kursi kosong.

"Besok pagi kita pergi ke Bali, aku sudah siapkan tiket," ucap Bima.

Mita tersenyum bahagia, ia lalu memeluk tubuh bidang Bima, "Makasih," ucap Mita.

Mita dapat merasakan detak jantung Bima. Bima mengelus tubuh ramping itu dan mengecup puncak kepala Mita. Ia tidak yakin apa yang akan ia lakukan bersama Mita di Bali nanti. Ia bahkan sudah boking kamar hotel untuk dirinya dan Mita di sana. Ia tidak yakin bisa tahan dengan godaan gadis kecil ini. Masalahnya wanita ini tidak pernah menolak apa yang ia lakukan. Jika suatu saat ini tidak tahan lagi, mungkin dirinya akan pasrah mengikuti instingnya sebagai seorang laki-laki.

Bima mengelus rambut Mita, ia usap secara perlahan, "Kamu dari mana hemmm,"

"Dari rumah langsung ke sini," ucap Mita.

"Owh gitu,"

"Sudah packing baju, untuk besok?" Tanya Bima.

"Belum, nanti malam deh packing nya," ucap Mita.

Bima memandang iris mata bening itu, ah ia tidak bisa membayangkan wanita cantik ini akan menjadi bagian dalam hidupnya. Hidup sederhana dan apa adanya di Bali. Mengingat wanita ini sudah hidup bergelimang harta sejak lahir.

Konsep hidup yang akan ia tempuh yaitu memulai dengan titik nol. Itu adalah bukti tertinggi jika seorang wanita mencintainya. Ia akui dirinya seorang laki-laki menjadi pemimpin masa depan keluarga kecilnya kelak. Mengajak wanita hidup susah bukan suatu hal yang dibanggakan. Bukan berarti ia tidak mampu membahagiakan wanitanya. Seumur hidup wanita muda ini dibahagikan mati-matiaan oleh ayah dan ibunya. Tapi sekarang ia datang lalu mengajaknya hidup susah. Yang benar saja, ia sungguh tidak tega.

Bima tahu semua orang tidak akan pernah langsung mapan. Begitu juga dengan pak Roby ayah dari gadis ini. Membangun semua ini dari titik nol. Punya banyak koneksi, keluarga terpandang, perusahaan yang di milikinya banyak. Memiliki uang yang tidak tahu seberapa banyak nol yang di hasilkan setiap bulannya.

Tapi ia ingin memulai dengan start terendah dalam hidupnya. Ia harus belajar memutar otak untuk memenuhi keinginan klien, dikejar target, dan dikejar keberhasilan.

Ia akan merintis hidupnya dari susah, karena ia tahu akan ada moment manis setelahnya. Ia akan membiarkan wanitanya akan memilih antara diantara hidup nya. Walau ia tahu bahwa pak Roby mungkin tidak tega membiarkan putrinya hidup susah bersamanya. Hidup yang akan jalani memang tidaklah semudah yang di bayangkan orang.

Prinsip hidup bersama yaitu menemukan partner hidup dari susah dan sukses bersama. Ia bukan jenis laki-laki yang hanya mengangguk dan mengadahkan tangan. Ia tahu bahwa Tuhan akan memberikan janji manis jika ia akan berusaha sekuat tenaga.

Membangun hidup bersama itu merupakan perkara besar. Ia sudah merasakan itu ketika sewaktu kecil sang ayah pulang dari kota menjual hasil lukisannya dan patung. Panik mendengar suhu badannya panas. Ibu juga merelakan uang pemberiaan ayah, untuk pengobatan yang tidak lah murah demi dirinya sembuh. Ibunya tidak mikir dua kali untuk membiayai kebutuhan hidupnya, agar ia memiliki tubuh gemuk dan sehat. Pada dasarnya ia memang bukan terlahir dari orang kaya. Mereka hidup di desa hanya kebutuhan primer yang terpenuhi sehari-hari.

Maka dari itu, cinta adalah mengajarkan kita tentang susah. Bukan hanya sekedar menikahi dan semua mencumbu. Karena ia tahu bahwa hidup proses pembelajaran yang harus ia ambil di kala susah dan senang.

Di dalam benaknya ia selalu berpikir, Jika ada seorang wanita yang bersedia hidup susah bersamanya, maka akan ia nikahi. Karena wanita seperti itulah wanita itulah yang punya cinta tulus. Ia tidak ingin wanita yang hanya ingin senangnya saja dan kabur kedaan susah. Ia akan memikirkannya nanti.

"Kamu sibuk enggak?" Tanya Mita.

"Lumayan, karena besok aku akan meninggalkan pekerjaan ini beberapa hari, demi bersama kamu. Maka aku akan membereskan pekerjaan ini secepatnya," ucap Bima, ia mengelus wajah cantik Mita.

"Jadi aku ganggu ya," ucap Mita, ia bersandar di sisi tubuh Bima.

"Ini jam istirahat, Kamu enggak ganggu kok," ucap Bima.

"Bima dari Bali kan," tanya Mita mencoba memastikan.

"Iya,"

"Bali itu indah," ucap Mita.

Bima tersenyum dan mengangguk, "Bali itu pulau terkenal, bahkan lebih terkenal dari pada Indonesia. Ada beberapa turis bertanya, Indonesia sebelah mananya Bali?" Itu bukan lawakan loh, tapi kenyataan," ucap Bima, ia mencoba menjelaskan.

"Bali itu di pisahkan oleh pulau Jawa dan pulau Lombok. Memiliki tanah yang subur, di sana banyak kera, tupai, di sisi lain ada komodo dan burung kakak tua. Pemandangannya indah, di selimuti hutan, lembah, bukit di warnai hamparan padi yang hijau, dan pantai pantai yang indah. Jangankan manusia, Dewa pun menganggapnya surga," ucap Bima tenang.

Mita tersenyum mendengar ucapan Bima, rasanya begitu menangkan ketika dia mengatakan tentang Bali. Seolah laki-laki itulah yang menemukan pulau Bali.

"Aku suka Bali, di Bali Bima tinggal di mananya,"

Bima mengelus punggung Mita, "Aku berasal dari desa terpencil di Bali yang sangat Indah,"

"Di mana?"

"Di Ubud, ayah aku pemahat patung saraswati,"

"Wah keren, nanti kita singgah ke rumah kamu ya,"

"Iya nanti kita akan ke sana," ucap Bima dan lalu tersenyum.

Bima menangkup wajah cantik Mita, ia pandangi iris mata bening itu. Ada sebuah ketulusan yang tidak ia dapat dari wanita manapun. Ia mendekatkan wajahnya dan lalu melumat bibir tipis itu secara perlahan. Kali ini ia melakukannya secara perlahan dan dengan perasaanya.

Ketulusan yang diberikan wanita ini tidak mengharapkan imbalan apapun. Ia tahu wanita ini akan mendekatinya karena ia tulus. Mita bisa saja mendekati laki-laki di luar sana, seperti Rey yang memiliki saham di berbagai perusahaan besar. Mita bisa saja mendekati anak dari rekan bisnis sang ayah. Semuanya bisa terjadi, toh wanita ini dari keluarga terpandang. Siapa yang tidak menginginkan wanita cantik ini, harta yang tidak akan ada habisnya jika bisa menikahinya. Hidup wanita ini bagaikan dari negri dongeng bak putri kerajaan, lalu menikahi pria kaya raya. Mereka lalu hidup bahagia di kerajaanya.

Semoga saja wanita ini tulus, bukan karena dirinya sekedar memiliki wajah tampan. Ia berharap wanita ini benar benar tulus bersamanya. Wanita ini akan berkorban banyak jika memilih dirinya. Ia tidak akan pernah meninggalkannya.

*********

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang