BAB 42

1.7K 54 6
                                    

Rey tersenyum menatap Gista, iris mata itu begitu cantik dan menenangkan. Akhirnya ia tahu bahwa Gista juga mencintainya. Ia kembali mengecup puncak kepala itu, ia melirik jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 13.12 menit. Rasanya begitu malas ingin beranjak dari tempat tidur ini.

"Kamu enggak mau kembali ke kantor lagi," Tanya Rey, ia mengusap punggung Gista.

Gista tersenyum simpul, dan ia merapatkan tubuhnya di dada bidang Rey. Nyaman sekali ia bisa berada di pelukkan laki-laki ini lagi.

"Aku malas Rey," rengek Gista.

Rey tertawa ia mengecup bibir tipis Gista sekilas, "Yaudah enggak apa-apa, tidur lagi," ucap Rey.

"Tapi aku lapar," ucap Gista.

Rey mendengar itu lalu tertawa, ia senang sekali Gista bermanja-manja seperti ini.

"Kamu mau makan apa sayang," ucap Rey.

"Aku mau makan soto betawi," ucap Gista, ia melepaskan diri dari pelukkan Rey. Gista merenggangkan otot-otot tubuh. Beban hidupnya seakan hilang begitu saja.

Rey menyibak bedcover, ia melangkah menuju kamar mandi, ia menoleh ke arah Gista.

"Kamu enggak mandi?" Tanya Rey, karena baru saja mereka saling merindukan satu sama lain.

"Kamu aja dulu, gantian," ucap Gista.

"Mandi sama-sama saja kalau begitu,"

"Apaan sih Rey,"

"Mandi sama sama lebih menyenangkan sayang," Rey menarik tangan Gista agar mengikutinya.

"Aku malu Rey,"

Rey tertawa, Gista sangat menggemaskan, wajah itu bersemu merah,

"Aku sudah melihat semuanya, kamu masih aja malu," Rey menahan tawa.

"Ih, cepat mandi sana," ucap Gista.

"Kamu cantik sekali jika malu-malu seperti sayang," ucap Rey, ia mengedipkan mata menggoda Gista, ia lalu berlalu masuk ke dalam kamar mandi.

***

Beberapa menit kemudian Rey dan Gisa sudah berpakaian rapi. Rey meraih tangan Gista menuju keluar dari kamar. Beginilah rasanya jika sudah jatuh cinta, dunia seolah milik mereka berdua. Rey sudah tidak peduli lagi, ketika ada anak house keeping yang sedang berdiri di ring. Mereka mungkin bertanya-tanya, ia dan Gista keluar dari kamar. Tidak mungkin jika tidak melakukan apapun di dalam sana. Sialnya lagi, padahal ia sendiri yang memberi memo agar tidak berpacaran di tempat kerja. Nyatanya ia sendiri yang melanggarnya. Tidak konsisten sekali hidupnya seperti ini. Ah, sudahlah lagian, Gista akan menjadi istrinya. Setelah ini ia akan menyuruh Gista resign, peraturan tetaplah peraturan, ia tidak ingin ada kecemburuan sosial kepada karyawan lainnya.

Rey memandang Gista, wanitanya itu masih nampak tenang, berdiri di sampingnya. Pintu lift terbuka, suasana menjadi hening. Rey memandang Bima tepat di depan pintu lift. Rey mengeratkan genggamannya, dan tidak akan pernah ia lepas. Saling berpandangan satu sama lain. Rey lalu melangkah keluar begitu saja. Betapa terkejutnya Gista memandang Bima tepat di depan pintu lift. Ia ingin melepaskan genggamanya, tapi genggaman Rey malah semakin erat. Sungguh ia merasa seperti wanita yang sedang kepergok selingkuh jika seperti ini.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang