BAB 35

1.6K 58 1
                                    

"Apa mau kamu," ucap Gista.

Rey memandang Gista cukup serius. Terlihat jelas wajah cantik itu ketakutan. Rey tersenyum culas, ia menyentuh rambut Gista.

"Aku tahu pasti dia telah mempengaruhi kamu," ucap Rey datar.

Gista memilih diam, ia menelan ludah mendengar pernyataan itu. Gista tahu, Dia yang di maksud Rey adalah Bima. Gista sulit bernafas memandang Rey, dari jarak dekat seperti ini. Alis matanya tebal dan mata tajam itu membuatnya bergedik ngeri. Pulpen itu masih ia ganggam erat.

Rey memandang Gista cukup serius, "Tahu apa dia tentang aku," ucap Rey lagi.

"Aku tahu, banyak komentar keras di luar sana tentang aku, karena penilaian manusia tidak ada ujungnya,"

"Lagi pula percuma saja kita mendengar penilaian orang, biarkan saja mereka sibuk dengan kita. Tapi untuk kita jangan, lebih baik kita urus hubungan ini," ucap Rey, tenang.

"Aku dan kamu adalah hubungan kita," ucap Rey, ia lalu merogoh sesuatu di balik saku jas nya.

Gista mencerna semua yang di bicarakan Rey. Gista terpana ketika Rey menperlihatkan sebuah rantai berwarna silver, tepat di depan matanya. Ia menatap sebuah liontin permata biru berbentuk tetes air. Kalung itu sungguh cantik, Gista kembali memandang Rey. Laki-laki itu seperti biasa tetap tenang dan seakan sudah menusuk hatinya yang paling dalam. Jantungnya kembali maraton jika sudah seperti ini.

"Kuberitahu kamu tentang sebuah rahasia," ucap Rey, ia menyentuh rambut Gista, dan menepisnya ke belakang.

"Aku pernah merasakan pahitnya kehidupan. Hingga aku ingin rasanya bunuh diri, tapi aku menertawakan diri aku sendiri. Aku bunuh diripun, mereka tidak akan peduli. Toh, aku bukan siapa-siapa," ucap Rey, perlahan ia mengaitkan rantai kalung itu di leher Gista.

"Pada akhirnya aku tahu bahwa hidup ini di nilai dari seberapa kita memiliki banyak uang, dan apa yang kamu punya. Maka semua orang akan menyukainya. Aku lalu mengambil langkah dengan pengabaian, aku tahu mereka mereka menyukai apa yang aku punya,"

"Hingga akhirnya aku bertemu kamu,"

"Kamu mengajarkan aku arti kesederhanaan tentang hidup," ucap Rey, ia melihat kalung itu sudah terpasang sempurna di leher Gista.

Gista mendengar kata-kata Rey, laki-laki itu seolah mengadu tentang kehidupannya terdahulu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Iris mata itu saling berpandangan satu sama lain.

"Tidak akan ada habisnya jika bercerita tentang hidup, terlalu banyak episode yang telah aku lewati. Episode yang aku sukai yaitu mengenal kamu,"

"Jujur aku memang tidak terlalu tahu tentang hidup kamu, karena aku baru masuk di dunia kamu. Tapi yang aku tahu, aku bahagia bisa bersama kamu,"

"Jangan takut, aku tetap memilih kamu," ucap Rey lagi, ia lalu meraih tangan lentik Gista.

Gista merasakan tangan kesar Rey, di permukaan kulitnya. Laki-laki itu lalu menyelipkan sebuah cincin permata di jari manisnya.

"Kamu sungguh cantik mengenakannya," ucap Rey, menatap sebuah cincin melingkar di jari manis lentik Gista.

Gista menatap cincin permata terselip di jari manisnya. Ia sungguh tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Rey masih memperhatikannya, dan tersenyum simpul.

"Mungkin mereka kecewa, karena aku tidak memilihnya," ucap Rey, ia mengelus wajah cantik Gista.

Rey mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Gista. Aroma jasmine yang begitu menenangkan. Rey melepas kecupannya, ia memandang Gista yang sedari tadi hanya diam membisu. Rey menyelipkan jari jari itu di sela sela tangannya.

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang