BAB 22

1.6K 58 0
                                    

Gista memandang rumah bangunan bertingkat dua di hadapannya. Bagian halaman yang tidak terlalu besar, tanaman kamboja di halaman tertata rapi dan terdapat kolam ikan mas. Rumah ini merupakan kawasan sangat dekat dengan pusat kota. Gista membuka hendel pintu, karena Rey dan Ayahnya sudah berada di luar.

Gista pikir rumah Rey berada di dekat pura, seperti yang ia lihat di film film. Ternyata sama saja seperti di kawasan perumahan mewah di Jakarta. Bangunan modern dan minimalis. Ia menatap Rey yang tengah memperhatikannya. Gista mendekati Rey, dan menyeimbangi langkahnya.

"Sepertinya aku perlu baju ganti," ucap Gista, ia melangkah menuju pintu utama.

"Setelah ini kita langsung ke mall," ucap Rey, karena awan cerah itu sudah berganti dengan warna jingga dan biru gelap. Ia tahu bahwa Gista perlu mandi dan mengganti pakaian.

"Iya,"

"Kita bertemu bunda terlebih dahulu," ucap Rey.

"Iya,"

Gista dan Rey masuk ke dalam, Gista memperhatikan keseluruhan ruangan yang di dominasi warna putih. Ada beberapa ornamen patung patung khas bali di sana. Rumah yang nyaman dan menenangkan menurutnya. Ia menatap foto keluarga di sana. Ia tahu laki-laki tampan berjas itu adalah Rey. Di sana ada dua orang wanita, berjas putih ia tahu ke dua wanita itu berprofesi sebagai dokter.

"Itu adik kamu," ucap Gista, ia menoleh ke arah Rey.

"Iya, mereka adik aku, Anin berprofesi sebagai dokter spesialis Obygn, sekarang bertugas di Bandung, dan terkahir Ajeng dokter anak sekarang bertugas di Surakarta," ucap Rey.

"Hebat mereka semua dokter,"

"Iya, seperti itulah," ucap Rey.

Gista mengalihkan pandangannya ke arah wanita separuh baya di sana. Wanita itu berjalan menghampirinya dan lalu tersenyum. Wanita itu nampak cantik mengenakan kebaya putih, seperti baru pulang dari pura menurutnya. Gista dan Rey membalas senyuman itu. Rey lalu memeluk wanita itu dengan hangat, dan di kecupnya pipi kiri itu.

"Rey kangen banget sama bunda," ucap Rey.

"Bunda juga kangen sama kamu Rey,"

"Bunda ini Gista, dan Gista ini bunda aku," ucap Rey, memperkenalkan kepada Gista.

Bunda Rey memandang Gista, ternyata wanita cantik inilah yang menjadi tambatan hati putra sulungnya.

"Jadi ini calon kamu," ucap Bunda Rey, melirik Rey.

"Calon apa bunda," ucap Rey.

"Calon istri kamu," ucap Bunda menepuk bahu Rey.

Gista mendengar itu hanya terdiam, ia menatap Rey terlihat jelas laki-laki itu bahagia. Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan ibunya.

"Bunda ini Gista, dari Palembang, sama seperti bunda,"

"Wah, ternyata kamu dari Palembang," ucap Bunda antusias.

"Iya tante," ucap Gista kikuk.

"Tante juga dari Palembang lo, sama kayak kamu. Kok bisa kebetulan gini ya. Palembangnya di mana sayang?" Ucap Bunda berjalan menuju ruang keluarga.

"Di Seberang Ulu, tante,"

"Sama dong, tante juga di sana. Jarang jarang loh tente ketemu sama orang Palembang di Bali, rasanya itu bahagia, kayak ketemu saudara," ucap Bunda di selingi tawa. Ia memperhatikan penampilan Gista, masih berpakaian kerja.

"Tante suka loh makan empek empek di dekat jembatan Ampera. Kamu tahu kan yang terkenal itu," ucap Bunda Rey antusia.

"Tau kok tante,"

FRIEND WITH BENEFIT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang