Sebagai kakak gimana ga khawatir kalau adik kesayangannya tiba-tiba mogok makan kayak gini. Ditengokin ke sini bukannya ngeliat senyum cantik adiknya malah liat dia nangis.
Ditambah lagi Na-Kyung bener-bener ga mau buka pintunya dari kemarin. Young-Hoon bingung gimana cara ngebujuknya.
Bel pintu akhirnya bunyi dan Young-Hoon buru-burun bukain.
"Masih ga mau keluar, Kak?"
Young-Hoon ngangguk. "Bingung gue, Nyeon. Gue baru dateng kemaren dan dia udah begitu."
Hak-Nyeon jalan nyamperin kamar pacarnya. Young-Hoon ngekor di belakang.
"Na? Buka pintunya, dong, Kakak mau masuk."
Diketuk beberapa kali, ga ada respons apa pun dari dalem. "Tidur kali, Kak?"
"Gue denger suara ponselnya dari dalem, kok. Kayaknya dia lagi nonton film."
"Lagian ada apa, sih? Tumbenan dia kayak gini."
Young-Hoon ngehela napas. Dia ngeliatin Hak-Nyeon agak lama.
"Duduk situ dulu, Nyeon. Gue bikinin minum."
Hak-Nyeon ya cuma nurut. Mungkin aja Young-Hoon mau ceritain masalahnya yang sempet dia bilang waktu nitipin Na-Kyung ke dia.
Beneran deh, Na-Kyung tuh bahkan di-chat sama ditelpon Hak-Nyeon ga direspons, udah dari semalem begitu.
Young-Hoon dateng ke ruang tengah, naruh minuman di atas meja dan duduk samping Hak-Nyeon.
Dia nutup mukanya pakai kedua tangan, ngehela napas beberapa kali.
Bisa Hak-Nyeon liat kayaknya dia capek banget gitu. Pengen nanya, tapi biarin aja deh Young-Hoon yang cerita sendiri.
"Gue kira beban hidup gue cuma tugas akhir aja, ternyata engga."
Kan, Young-Hoon cerita dengan sendirinya.
"Cerita aja, Kak. Gue dengerin, kok," kata Hak-Nyeon, dia senyum kecil.
"Pertunangan gue sama Gyu-Ri dilaksanain seminggu lagi, dan Na-Kyung disuruh lanjut kuliah di Seoul mulai semester depan. Makanya dia marah."
Kaget sih pasti, tapi Hak-Nyeon masih ga nemuin titik berat dari permasalahan pindah kampus. Toh Hak-Nyeon ga akan ninggalin Na-Kyung, kok.
"Gue ga apa-apa sih kalo dia kuliah di Seoul, kan gue juga bisa sering pulang."
"Gue juga mikirnya gitu," Young-Hoon balik ngusap wajahnya. "Tapi ternyata Na-Kyung ada niat dijodohin juga, Nyeon. Gue pusing."
"Hah?"
Hak-Nyeon tiba-tiba langsung marah, kesel. "Bukannya cuma satu dari tiap keluarga, ya? Kan lo udah ngalah, Kak."
"Papa gue ... aduh gue ga tau dia tuh orang apa bukan kenapa begitu banget sifatnya."
Young-Hoon di mata Hak-Nyeon tuh udah kayak siap banting-bantingin barang-barang di sekitarnya karena marah. Keliatan banget kecewa.
"Gue ditelpon Na-Kyung tiga hari lalu, dia nangis minta gue ke sini makanya gue dateng. Gue tanya Papa dong ya itu adek gue kenapa.
"Mau tau sialannya apa? Na-Kyung disuruh pilih mau dijodohin atau pindah jurusan. Dikata ngulang kuliah tuh ga bikin anaknya stres??"
Ga ada yang lebih tau impiannya Na-Kyung selain Hak-Nyeon. Bahkan Na-Kyung bilang dia belum pernah ceritain cita-citanya ke Young-Hoon.
Bisa aja sih Na-Kyung cari aman lebih pilih pindah jurusan, daripada dijodohin, kan?
Tapi kalau nanti dipaksa kuliah yang dia ga suka? Na-Kyung gampang banget sakit cuma karena kebanyakan pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Is Not Only Yours (Book 2) || The Boyz
Fiksi PenggemarLiving as a normal people isn't important anymore. You should only live your life well, full of love and happiness. The Boyz with other idols. BxB September 5 -