[82]

544 41 8
                                    

Meja makan pagi ini ga seramai biasanya. Yang asik ngobrol cuma Eric dan Seo-Yeon. Chae-Young cuma ngaduk-aduk makanannya, persis kayak Na-Kyung.

Keadaan lagi ga memungkinkan bagi mereka untuk ketawa-tawa dan bercanda seperti biasa. Atmosfernya serius. Jujur ga enak banget dilihatnya.

"Kak Hak-Nyeon, udah dapet tanggal sidang?" akhirnya Eric ngajak ngobrol yang lain setelah dari tadi cuma ke Seo-Yeon.

Kayaknya Hak-Nyeon barusan ngelamun, makanya dia kelihatan agak kaget. "Eh? Besok Jumat, Ric, dateng ya kalian. Nanti malemnya langsung balik ke Seoul dateng nikahannya Kak Ren sama Kak Ji-Soo."

"Kita bareng kan ya berangkatnya semua?" ini Seo-Yeon yang nanya.

Seo-Yeon colek bahu Chae-Young. "Chae, lo dateng, kan? Nikahan kakak ipar juga."

Chae-Young ngeliatin Seo-Yeon agak lama. "Dateng, kok. Gue juga sekalian mau pulang, kangen Ayah sama Mama."

Eric ngeliatin temen-temennya satu-satu. Beneran, deh, suasananya lagi ga enak banget. Semalem aja dia ga bisa tidur dan akhirnya ngobrol sama Seo-Yeon sampai larut malam, ngebahas temen-temen mereka.

Na-Kyung jadi agak diem. Hak-Nyeon yang fokus banget mau sidang jadi ga bisa merhatiin Na-Kyung lebih. Chae-Young juga lemes terus badannya. Karena penyakit juga, ditambah dia lagi kehilangan semangat banget makanya kayak gitu.

Eric juga udah ngabarin Sun-Woo tentang kondisi Chae-Young setiap harinya selama Sun-Woo di Seoul. Mungkin karena Sun-Woo masih agak syok jadi dia belum bisa mikir jernih.

Engga, Sun-Woo ga akan ninggalin Chae-Young. Hanya aja rasa takut lagi dominasi hatinya, bikin Sun-Woo bawaannya sedih terus jadi melow, gampang ngelamun juga.

"Na, dimakan dong sarapannya."
Hak-Nyeon yang makannya baru abis langsung ngambil sendok yang Na-Kyung pegang, niat nyuapin. "Sini ayo Kakak suapin."

Hak-Nyeon ketawa kecil liat Na-Kyung yang kayak agak kaget. Tapi Na-Kyung tetep buka mulutnya, ngunyah makanannya dan nerima terus suapan Hak-Nyeon.

"Duh manjanya harus disuapin gitu," canda Eric.

Na-Kyung udah siap-siap mau lempar Eric pakai anggur, tapi sama Hak-Nyeon langsung diambil anggurnya. Dia makan sendiri. "Ga boleh gitu ah, Sayang."

"Eric duluan tuh, Kak!!"

Lagi mode bocah nih si Na-Kyung. Suasana hatinya lagi ga bagus.

Eric heran loh Hak-Nyeon tahan banget jadi pacarnya Na-Kyung selama ini. Sama Sun-Woo juga dulu dia heran temenannya nempel banget kayak orang pacaran.

Si kakak cuma ketawa, ngusap rambut Na-Kyung terus nyuapin sendok terakhirnya.

Hak-Nyeon dan Na-Kyung inisiatif beresin meja makan setelah semuanya selesai. Mereka berdua masuk-masukin sisa makanan ke kulkas untuk dimakan nanti. Sementara Seo-Yeon bantuin Chae-Young balik ke kamar, katanya temannya itu mau lanjut istirahat aja.

Eric ikut pergi dari dapur. Dia baru ingat kalau dia harus telpon ayahnya. Ada yang perlu diomongin.

Di kamar Chae-Young, Seo-Yeon masih duduk diam di pinggir tempat tidur saat Chae-Young udah berbalut selimut dengan nyaman. Seo-Yeon kepikiran kondisi temannya ini. Banyak hal yang dia takutkan.

Dia jadi ga bisa fokus dengan hidupnya dan Eric. Seo-Yeon lebih kepikiran Chae-Young.

"Chae, istirahat yang banyak, ya. Jangan dipaksa belajar kalau capek. Kalau butuh apa-apa please bilang gue atau yang lain. Bilang Sun-Woo juga.

"Mending lo telpon dia deh. Lo ga kangen Sun-Woo?"

Chae-Young ga langsung jawab. Dia masih diam. Tangannya tanpa sadar meremat selimut di bawahnya. Seo-Yeon yang sadar langsung ambil tangan Chae-Young untuk dia genggam.

"Chae, telpon Sun-Woo, ya?" bujuk Seo-Yeon sekali lagi.

Sampai akhirnya Chae-Young mengangguk. Barulah Seo-Yeon pamit keluar kamar. Si cantik di atas tempat tidur langsung ambil ponselnya. Ga langsung telpon Sun-Woo, melainkan dia fokus lihat foto kontak sang kekasih.

Kim Sun-Woo, si tampan paling penyayang.

Baru aja Chae-Young mau dial panggilannya, taunya ponselnya berdering dengan nama sang kekasih muncul di layar.

Apa ini yang namanya telepati?

"Halo?"

"Sayang??? Apa kabar??? Maaf banget aku sibuk di sini jadi baru bisa kasih kabar."

Suara Sun-Woo selalu manis terdengar di telinganya. Sun-Woo does love her that much. Sun-Woo yang sering teriak-teriak ke teman-temannya itu selalu bertutur lembut dengannya.

"Sayang? Chae?"

"Hm? Iya Sun-Woo, aku ga apa-apa kok. Pasti banyak yang dikerjain ya di sana?"

"Iyaaa huhu aku kangen banget sama kamu ...."

Chae-Young refleks tertawa dengar semua cerita Sun-Woo satu-satu. Matanya tanpa sadar terfokus ke cermin besar di seberang ruangan. Wajah cantiknya agak pucat. Rambut panjangnya agak berantakan. Suara ceria Sun-Woo di sana membuat Chae-Young lupa sejenak dengan kondisi tubuhnya.

"Aku sayang banget sama kamu."

Satu kalimat itu. Sun-Woo tak pernah absen mengucapkan kalimat sejenis. Setiap hari, setiap saat.

"Kak Ji-Soo iseng banget nawarin kita supaya nikahnya barengan."

Pernikahan, ya? Sejak tau kondisi tubuhnya, Chae-Young rasanya takut untuk bermimpi besar tentang itu.

"Nanti kalau kamu ke sini aku yang bakal jemput. Nanti langsung aku peluk, aku cium, aku cubitin pipi kamu."

Sun-Woo masih terus mengoceh panjang lebar. Chae-Young tanpa sadar menitikkan air mata di pipinya.

God, can we be together till the end ...?

"Sun-Woo."

Sun-Woo ga langsung jawab. Ada jeda sebentar, dan Chae-Young bisa dengar kalau napas Sun-Woo agak tercekat di sana.

Sun-Woo ... nangis?

"Iya, Sayang?" jawab sang kekasih akhirnya.

They know their condition yet still manage to be strong.

"Nanti temenin aku jajan ya kalau udah sampai Seoul," lanjut Chae-Young akhirnya.

Mau tak mau Sun-Woo tertawa di seberang sana. "Hahaha iyaa Cantik, nanti aku temenin kamu ke mana pun kamu mau."

God, please give lots of happiness to Sun-Woo, doa Chae-Young dalam hatinya.

"Sayang."

Karena ga ada balasan lagi dari Chae-Young, jadilah Sun-Woo panggil lagi si cantik.

"Aku ada di sini. Aku akan selalu sama kamu. Let's face this together, okay? We can get through it. Please be stronger to each other. I always love you."

"I love you too, Sun-Woo."

.

"Aku kangen Kak Young-Hoon, Kak."

Na-Kyung yang baru aja selesai beresin isi kulkas tiba-tiba bicara begitu. Hak-Nyeon mendekati sang kekasih, dipeluknya tubuh mungil itu dari belakang dengan hangat.

"He can handle that, don't worry, okay?"

Si cantik mengangguk pelan. Ditutupnya pintu kulkas lalu tubuhnya berbalik menghadap tepat ke wajah si tampan.

Mereka saling tatap agak lama sampai akhirnya tertawa bersama. Hak-Nyeon mengecup bibir Na-Kyung sekilas lalu melepas pelukannya.

Please God, let them be happy till the end.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life Is Not Only Yours (Book 2) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang