Ju-Yeon dan Jeong-Han duduk di sofa kamar rawat Hyun-Jae, fokus ke laptop di depan mereka dari tadi.
Sehubungan sama Kevin yang masuk ICU dan rekaman cctv yang nunjukkin kalau Hyun-Joon dibawa sama seseorang, Ju-Yeon beneran ga tenang.
Hyun-Jae belum tau, Ju-Yeon juga ga ada niat ngasih tau. Hyun-Jae pasti kepikiran sama Kevin apalagi Hyun-Joon dan itu bisa berpengaruh ke kesehatannya.
Jadilah Ju-Yeon cuma minta tolong Jeong-Han buat lacak Hyun-Joon.
Tapi dari tadi orang-orang Jeong-Han ga bisa nemuin koordinatnya Hyun-Joon.
"Kalo orang itu bisa bebas gunain robot AI dan bisa nutup koordinat Hyun-Joon berarti dia bukan orang sembarangan, Ju."
Ju-Yeon ngusap wajahnya, denger pernyataan Jeong-Han ternyata bisa bikin dia sebingung ini.
Manager hotel bilang semuanya ke Ju-Yeon. Awalnya dia ga berani karena udah disuruh tutup mulut sama orangnya Kevin yang dateng nolongin, tapi karena Ju-Yeon yang bakalan megang hotel itu atas permintaan bundanya Hyun-Jae, jadi mau ga mau si manager harus ikutin perintah Ju-Yeon.
"Tadi orang suruhan Kevin nelpon, katanya ga usah khawatir, Kevin udah ditanganin sebaik mungkin. Hwall juga lagi dicari, tapi tetep aja gue ga tenang, Kak."
"Iya, ini juga gue lagi nyari."
Jeong-Han serius banget utak-atik laptopnya, masukkin kombinasi ini-itu juga koordinat beberapa tempat dan orang. Ga sembarangan orang juga bisa pakai perangkat kayak gini.
Pastinya Jeong-Han udah terlatih dari kecil, dan mungkin Kevin juga kayak gini, pikir Ju-Yeon.
Ju-Yeon takut Kevin kenapa-napa. Temennya satu itu banyak rahasianya, dan rasanya Ju-Yeon sebagai salah satu temen deketnya harus bisa lindungin Kevin gimanapun caranya.
"Koordinat Hyun-Joon bocor lima detik tadi jam satu lewat tiga lima."
Ju-Yeon nengok ke Jeong-Han yang ngomong sendiri. Dia bisa liat kakak iparnya ini, atau kakak sepupu, ah terserah lah apa manggilnya, mulai nelpon seseorang.
"Ya, Kak."
"Yang lagi di Seoul ada siapa?"
Orang suruhan juga, kah? Tapi kok kayak kenal suaranya, pikir Ju-Yeon. Panggilannya di-loud speaker sama Jeong-Han.
"Ada Ming-Hao di sana."
"Lo di mana?"
"Brazil."
"Astaga ngapain ke sana, Ji?"
Ming-Hao bukannya temen seangkatannya, ya? Terus ini kayak suara ... Ji ... Ji-Hoon berarti? Kakak kelasnya. Ju-Yeon diem aja dengerin dua orang ini ngobrol.
"Lo inget kriminal yang kemarin hampir celakain Kak Hyung-Sik lagi? Mau tau dia kabur ke mana?
"Tau pulau di Brazil yang isinya uler semua, kan? Dia punya markas di situ demi Tuhan gue boleh resign aja ga sih ...."
Jeong-Han kayak kaget gitu, tapi cuma sebentar. "Ya udah hati-hati aja di sana. Ga ada yang boleh resign pokoknya. Tolong sambungin gue ke Ming-Hao."
"Ya, sebentar."
Beberapa kali dering panggilan bunyi, sampai akhirnya ada suara sautan dari sana.
"Ya, Kak?"
"Lo ke bandara Incheon sekarang, cegat paspor orang atas nama Heo Hyun-Joon atau Hwang Yun-Seong, tujuan Los Angeles."
Kali ini Ju-Yeon yang kaget. Kenapa bisa ada nama Yun-Seong ....
"Iya, Kak. Gue jalan sekarang."
Panggilan dimatiin. Jeong-Han noleh ke Ju-Yeon yang lagi natap dia dengan wajah ga karuan.
"Koordinat Hyun-Joon sempet kebuka, kayaknya karena mau ganti initial atau apalah itu gue ga tau. Dan yang kebaca sama pelacak gue koordinat orang sebelahnya, atas nama Hwang Yun-Seong. Lo kenal?"
"Dia ... adek kelas gue. Temennya Hwall."
Jeong-Han ngerutin kening. "Apa motivasinya culik temen sendiri, deh?"
Karena Jeong-Han ga mau tau juga, jadi dia balik fokus ke laptopnya untuk ngatur pin ke koordinat tadi.
Ju-Yeon diem sebentar. Pikirannya penuh sama berbagai pertanyaan. Dia juga ga sengaja noleh ke Hyun-Jae yang tenang tidur di bed sana.
Agak lama diem, sampai akhirnya dia mutusin untuk nelpon Sang-Yeon.
"Iya, Ju?"
"Kak, gimana?"
"Masih kritis. Kayaknya selain tangannya, Kevin punya masalah sama paru-parunya tapi ga pernah cerita ke kita.
"Gue sempet masuk. Bekas cekikannya jelas banget dan karena yang cekik dia bukan tenaga manusia lo bisa bayangin kan, Ju. Kevin ga mati di tempat aja udah sebuah keajaiban."
Bener-bener detik ini juga Ju-Yeon marah banget sama Kevin yang ga pernah cerita apa pun ke dia.
"Yang lain udah tau, Kak?"
"Jacob udah tau, dan dia mau nyusul ke sini. Chang-Min juga bilang mau nyusul dan nanti bakal bilang Young-Hoon."
Napas Ju-Yeon jadi ga karuan. Tanpa sadar air matanya ngalir begitu aja.
Kenapa banyak banget kejadian ga enak akhir-akhir ini? Kenapa ga tenang aja kayak tahun lalu. Kepalanya penuh pikiran-pikiran tentang Hyun-Jae, sekarang ditambah temen-temennya.
"Ju? Lo masih di situ?"
"Eh? Iya, Kak."
Sang-Yeon kayak ngomong sebentar ke orang lain baru nanggapi Ju-Yeon lagi. "Lo fokus aja terapi di sana, jangan mikirin yang di sini. Hyun-Jae juga. Kalian sehat-sehat ya di sana."
"Makasih, Kak."
Panggilan berakhir.
Temen-temen masih belum tau tentang Hyun-Jae. Cuma Chang-Min sama Young-Hoon yang tau, dan Ju-Yeon ngerasa bersalah banget ke Sang-Yeon.
Malam makin larut, jam nunjuk pukul setengah empat dini hari. Ju-Yeon ga bisa tidur dengan semua persoalan ini di kepalanya.
"Ju."
"Iya, Kak?"
"Jae-Hyun bangun tuh, temenin."
Ju-Yeon noleh ke bed dan dia bisa liat Hyun-Jae yang matanya kebuka, diem aja natap langit-langit kamar.
Disamperin sama Ju-Yeon yang langsung duduk di kursi samping.
"Hei, kok kebangun?"
Ju-Yeon ngusap pipi Hyun-Jae. Hyun-Jae kayaknya tadi ngelamun, jadi agak kaget waktu sadar udah ada Ju-Yeon di dekatnya.
"Aku kebanyakan tidur, jadi ga ngantuk lagi, hehe," jawab Hyun-Jae.
Bersyukur banget Ju-Yeon karena Hyun-Jae udah ga pucet lagi. Makin ke sini pengobatannya nunjukkin perkembangan yang baik.
"Aku besok siang udah boleh pulang, ga jadi pasien lagi, jadi bisa jagain kamu seharian." Ju-Yeon ciumin tangannya Hyun-Jae.
"Iya? Baguslah kalo gitu," kata Hyun-Jae, senyum ke Ju-Yeon.
"Tapi masih harus rutin terapi seminggu sekali," bales Ju-Yeon.
Hyun-Jae ngangguk. "Iya, kamu harus cepet sembuh, ga boleh bandel harus nurut dokter. Biar bisa main sama Nana nanti."
Senyuman Hyun-Jae mungkin bisa masuk kategori sebagai obat paling ampuh untuk Ju-Yeon.
Ju-Yeon ngangguk. "Iya, biar aku bisa main sama Nana nanti."
Satu ciuman hangat di kening Hyun-Jae rasanya tulus banget, penuh cinta.
Tapi Hyun-Jae tau Ju-Yeon lagi ga tenang, karena keliatan dari wajahnya.
Semoga masalah yang ada di kepala Ju-Yeon, apa pun itu, cepet selesai, kira-kira itu yang ada di benak Hyun-Jae saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Is Not Only Yours (Book 2) || The Boyz
FanfictionLiving as a normal people isn't important anymore. You should only live your life well, full of love and happiness. The Boyz with other idols. BxB September 5 -