-An
---
Masuk pertengahan tahun ajaran. SAMA Petrichor juga ngadain Ujian Semester. Beda sama tahun sebelum-sebelumnya, kali ini ujiannya berbasis Android. Gak pake kertas lagi.
Pembagian ruangan juga gak di acak. Mereka tetap sama temen-temen sekelasnya. Tapi kelasnya yang diacak. Anak-anak IPA 1 gak lagi di atas.
Mereka akan nempatin kelas X IPS 1. Kelas yang ada di pojok tanah sekolah, setelah lab. IPA. Kelas yang juga berbatasan langsung sama SMP Ozone.
Sebenernya, anak-anak IPA 1 merasa keberatan sama pembagian ruang ujian. Mereka mungkin gak perlu naikin tangga, tapi ruang ujian mereka sekarang malah jauh dari tempat parkir, jauh dari speaker sekolah, jauh dari kantin.
Di tambah, pemandangan yang ada didepan kelas itu gudang. Sampingnya ada toilet cewek yang totalnya ada 7 bilik.
Ruang ujian mereka emang sejuk, tapi gelap. Cahaya matahari yang harusnya buat kelas itu terhalang sama bangunan SMP dan lab. IPA.
Di perbatasan, juga banyak sampah. Gak heran kalo nyamuk betah tinggal di sana. Ngebuat fokus anak-anak buyar karena alunan musik dadakan dari sayap nyamuk sama tepuk tangan mereka sendiri.
Karena udah gak tahan, mereka bahkan berani ngegeledah lemari kelas ini, berharap nemuin sesuatu yang bisa ngusir nyamuk. Seenggaknya waktu mereka ngerjain soal ujian.
Gak sopan? Mereka udah gak peduli tentang itu. Yang terpenting sekarang, mereka nyaman ngerjain soal ujian dikelas ini
Hari-hari berikutnya, masalah nyamuk berhasil mereka atasi. Meski gak hilang sepenuhnya, seenggaknya nyamuk yang ada di sana gak sebanyak sebelumnya.
Selesai tentang nyamuk, sekarang mereka harus ngadapin ujian Fisika. Meski Bu Yana ngasih mereka kemudahan buat nulis semua rumus yang dirasa perlu, tapi itu juga gak guna.
Rumus yang mereka bawa malah makin ngebuat anak-anak ngerasa sakit kepala. Bahkan hampir semuanya ngitung pake cara tambah-kurang-kali-bagi.
Sasa, yang emang bodoamatan sejak awal tentang nilai Fisikanya, nyelesain ujiannya paling awal. Cuma modal 'nanya', Sasa dengan percaya dirinya nekan pilihan Kumpulkan Jawaban yang ditampilin di layar hpnya.
Sasa menyelesain ujiannya dengan waktu tersisa 30 menit. Seperti biasa, meski udah selesai sama ujiannya, Sasa tetap diam diri di tempat duduknya. Milih main game sambil nunggu Lia, Octa, dan Muna.
Masalahnya ada sama mereka yang takut banget remedi. Mereka masih nyocokin jawaban sama temen sebelah, depan, sama belakangnya.
10 menit terakhir.
Tiba-tiba,
sambungan terputus. Yang kemudian, secara otomatis anak-anak keluar dari akun mereka.
Rusuh seketika.
Anak-anak langsung lari keluar ruangan, mau ke lab. Komputer yang jauh banget dari kelas X IPS 1.
Bukan cuma mereka ternyata, bahkan anak-anak kelas IPA lain juga bernasib sama kek mereka. Cuma sebagian kecil yang bisa lega, Sasa salah satunya.
Karena gak ada yang perlu dikhawatirin, Sasa tetap tinggal di dalam kelas, bareng sama mereka yang malas lari ke lab. Komputer. Terlalu jauh. Mana harus naik tangga lagi. Iya, lab. Komputer ada diatas. Dibawahnya ada ruang Tata Usaha.
Gak lama setelah itu, rombongan anak-anak yang belum nyelesain ujiannya balik masuk ke ruangan. Mereka disuruh nunggu.
"Gimana?" Tanya Sasa sama siapapun yang senang hati mau jawab.
"Disuruh nunggu, lagi dibenerin," Muna yang jawab.
5 menit kemudian, tapi mereka masih belum terhubung.
Beberapa dari mereka yang emang takut banget sama nilainya, lari lagi ke lab. Komputer. Jauhnya jarak yang ada diantara lab. Komputer sama ruang ujian gak mampu ngalahin kekhawatiran mereka sama nilai Fisika.
Mereka yang tadinya cuma duduk diam nunggu, ikut lari secepat yang mereka bisa ke lab. Komputer.
Takut, khawatir, cemas, sedih, segala rasa yang bertolak belakang sama tenang campur aduk.
Gak lama kemudian, mereka balik lagi. Masih masang muka masam.
Disuruh nunggu, lagi.
Dan kalian udah pasti tau, nunggu itu capek. Apalagi gak pasti kek sekarang.
Waktu mereka buat jawab soal ujian udah abis, tapi servernya masih belum bisa dibenerin.
Lagi, mereka lari ke lab. Komputer. Berharap dikasih kepastian.
Tapi nihil, masih gak ada jawaban atas kekhawatiran mereka. Anak-anak makin jauh dari kata baik-baik aja.
Sasa ikut prihatin, gimana gak prihatin? Muka temen-temennya sekarang pada minta disetrika semua. Kusut.
Takut? Jelas. Ini ujian Fisika. Salah satu mata pelajaran wajib di jurusan mereka. Gimana kalo nilai mereka nanti anjlok semua? Atau kemungkinan terparah, gak ada nilainya. Jangan sampai.
Sekarang, gak ada lagi yang fokus sama ujian Fisika. Semuanya sibuk do'a. Semoga servernya normal lagi kek sebelumnya.
Sampai 15 menit kemudian, kalimat syukur menuhin kelas. Bukan cuma anak-anak IPA 1, tapi juga dari kelas IPA lainnya. Servernya udah dibenerin.
Karena masih banyak yang belum nyelesain ujiannya, para guru sepakat buat nambah waktu buat anak-anak. Yaa, meski cuma 30 menit, tapi itu udah lebih dari cukup.
Muka mereka udah bagus lagi, ya walaupun masih ada sedikit khawatir. Takutnya, nilai mereka rendah banget. Tapi itu masih lebih baik dari pada nilai Fisika mereka kosong sama sekali.
••••
Kelewat bodoamatan sama nilai, Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Class X Family
Humor-PROSES REVISI- ••• Karena bagi mereka, bukan hanya cinta yang bisa membuat masa SMA berwarna. Persahabatan juga sama berharganya. Tidak, mereka bukan sahabat. Mereka keluarga. • • Tentang anak-anak IPA 1 yang bobroknya tak terhingga. Mereka tak pe...