46. Solidaritas Tanpa Batas

215 37 1
                                    

-V















































•••

Pagi ini, jadwalnya Kimia. Pelajaran yang tentunya ga disuka sama mereka.

Tapi karena gurunya adalah Bu Rose, ya rasa ga sukanya ikut berkurang.

20 menit sebelum bel, Bu Rose ngingetin anak kelas supaya ga sembarangan bagi-bagi makanan.

Tepatnya, apapun yang dari mulut ke mulut kecuali bahan ghibah.

"Jangan termakan kata-kata 'solidaritas tanpa batas' ". Kata Bu Rose ngingetin. "Pengalaman saya sendiri, biasanya ada saja organisasi yang memaksa anggota barunya untuk minum dari gelas yang sama, sendok yang sama, bahkan sedotan yang sama."

Bukannya pada diem, anak-anak malah ribut. Nyeritain pengalaman masing-masing.

"Kalian harus tahu, itu berbahaya. Kita tidak pernah tahu penyakit apa yang diderita orang lain yang mungkin saja bisa menular." Bu Rose ngingetin.

Yang jelas paling rusuh ya anak-anak cowok. Kan biasanya cowok gitu.

"Na, lo ga punya penyakit menular kan? Ngaku lo, Na!" Yayan mulai interogasi.

"Heh, malin, gue mah sehat wal afiyat! Riza tuh, penyakit ke-ogeb-an!" Bantah Lana. Enak aja nuduh dia macam-macam.

"Kok bawa-bawa gue?!" Riza jelas ga terima. Ngatain orang sembarangan.

"Ya masa bawa-bawa Andre?"

Diingatkan kembali, Andre itu kucing ya:)

"Bisa aja kan, lo kan sering ngedusel sama dia!"

Terus aja mereka gitu sampe bel istirahat.

"Sudah, sudah. Ibu hanya mengingatkan. Kalau nanti kalian ikut organisasi saat kuliah dan diminta melakukan hal demikian, tolak. Katakan kalau kalian tidak ingin tertular penyakit dari hal itu." Simpul Bu Rose, setelah itu beresin barang-barang beliau.

•••

Biasa kan, anak-anak IPA 1 kalo istirahat pada mencar. Mereka cuma nongki di kantin kalo jamkos. Karena kalo jam istirahat pasti kantinnya penuh.

Anak-anak pada pisah arah, tapi banyak juga yang cuman makan, diem di kelas. Makan snack yang sebelumnya udah dibeli dari kantin.

"Sa, bagi permen dong!" Ngeliat Sasa yang keenakan makan permen yang setara dengan segelas susu, Yayan yang duduk di atas meja Bella tergoda imannya.

Sasa noleh, dengan polos berlapis bodohnya, Sasa ngeluarin permen dari mulutnya, terus disodorin ke Yayan.

Yayan yang polos hampir aja ngambil permennya, sebelum sadar kalo itu bekas dari mulut Sasa.

"Si anying!" Umpat Yayan waktu sadar.

Yang lain ya langsung aja ngetawain Yayan dengan segala kepolosannya.

Syukur sekarang Sasa lagi baik. Kalo nggak, pasti udah terbalas umpatan Yayan dengan tabung gas 12 kg.

Karena lagi baik, Sasa ambil lagi satu permen setara dengan segelas susunya dari laci, dikasihin ke Yayan.

"Tumben baik, biasanya cuma dikasih bungkusnya." Kata Yayan dengan ga tau terimakasihnya.

Mungkin Sasa lagi ga mood sekarang, dia cuma ngangkat bahu ga peduli sambil terus makan permennya.

Ga tau kenapa sama Yayan hari ini, kerjaanya cuma mintain makanan orang. Tadi Sasa, sekarang Kia.

"Kia, minta dong!" Kia yang dari tadi berdiri dihadapan meja Lia sama Sasa ya dengan baik nyoba buat buka bungkus snack itu.

Mukanya yang meyakinkan malah bikin anak-anak ngakak.

Muka Kia tuh, dibikin kek seakan-akan dia buka pintu lama yang udah macet. Susah.

Ya emang dia ga bisa buka bungkus snack itu karena tangannya licin. Tapi kan bisa gitu, mukanya biasa aja.

"Bukain!" Kia minta tolong ke Yayan sambil nyodorin snacknya.

Cuma satu kata, tapi bikin anak-anak omes pada ambigu.

"Ambigu bangsat!" Udah mau minta, ngatain pula. Dasar Yayan.

Syukur Kia bukan tipe orang yang gampang kesinggung, apalagi udah hapal sama sikap Yayan. Kia cuma kekeh aja nanggapinnya.

•••

Sehabis istirahat, sekarang jam pelajaran Matematika.

Untuk ngejawab soal sebelumnya, Kanza dapat kesempatan emas itu.

Pertanyaanya, "jika 6 orang saling bersalaman, berapa jumlah salaman yang terjadi?"

Maklumin, namanya juga Matematika.

Selesai Kakan jelasin cara penyelesaiannya, Fajrul ngangkat tangan, mau nanya. "Kenapa 6 kombinasi 2? Bukannya setiap orang salamannya 5 kali?"

Kakan liat lagi ke papan tulis, merhatiin bagian mana yang Fajrul tanyain.

"Karena salaman hanya melibatkan 2 orang." Singkat, padat, dan jelas.

Fajrul yang dapet jawaban sesingkat itu mangut-mangut, nyoba pahamin. Untung otaknya ga berdebu kek Lana, jadi gampang buat nerima apa kata Kanza.

Kenapa harus Lana? Ya karena setelah itu, Lana juga ngangkat tangan, ikut nanya.

"Dapat angka 2, dari mana?" Ga tau dari tadi dia ngapain aja.

Kanza ngerutin kening. Ngerasa ada yang ga beres sama pertanyaan Lana.

"Maksud lo, yang ini?" Kanza mastiin sambil nunjuk angka dua yang disebelah bawah huruf C.

Lana ngangguk antusias, ngeiyain.

Muka Kanza yang tadinya lagi ekspresi mikir berubah jadi datar. Natap Lana ga ada ramah-ramahnya.

Dengan savage-nya, Kanza jawab, "tadi Fajrul udah nanya dan udah gue jelasin. Lo ga dengerin?!"

•••

Authornya pada cosplay jadi doi. Ngilang tiba-tiba, ga ada kabar. Ada yang nungguin?

(N) soal Matematika di atas bukan yang sebenarnya. Aku lupa dulu soal sama materi apaaa:(

Pretty Savage nya IPA 1 nih(❁´◡'❁)

Pretty Savage nya IPA 1 nih(❁´◡'❁)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Class X FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang