Tujuh orang yang dikenal luas oleh masyarakat memasuki restoran. Kedatangan mereka menghentikan aktivitas tamu restoran yang lain. Megumi sudah hafal benar bahwa mereka berdelapan dengan Arya Sena sering mengadakan acara kumpul-kumpul dan party bersama.
Ada Kayla Woodrow dan Nina Alatas, mantan anggota idol group yang kini berduet dalam beberapa lagu. Lalu ada Adi Wicaksana, seorang pemain sinetron yang sedang naik daun dari rumah produksi milik Arya Sena. Lalu ada Deva Mahardhika, seorang penyanyi solo yang mengembangkan gerai kue artis di seluruh Indonesia.
Mata Airi terbelalak melihat Deva Mahardhika. Dia memang penggemar Deva garis keras. Seluruh sosial media Deva diikutinya. Setiap posting foto Deva selalu dibubuhkan komentar iseng darinya. Namun, matanya tertuju pada barisan belakang. Ada Maria Rosa Silva Santos dan Sultan Syah Damara, penyanyi dan pemain film yang digosipkan sedang menjalin hubungan dekat. Dan juga Kamara Lontoh, seorang designer yang sering memakai mereka sebagai model.
"Deva kak! Deva kak!! Kamu harus banget foto sama dia! Ini kesempatan langka."
Airi hanya berdecak kagum melihat sekumpulan selebriti secara langsung. Satu bucket list sudah tercoret. Tak hentinya dia dan adiknya memandangi mereka dari kejauhan hingga duduk di meja sebelahnya.
"Kak, sebelum pulang, kamu harus foto sama Deva." Kata Megumi dengan setengah berbisik sembari menyantap gurame asam manis yang dipesannya.
"Duh, aku malu Meg."
"Kebiasaan deh. Ntar biar aku yang mintain."
"Eh jangan! Malu-maluin! Udah makan aja terus pulang. Aku dah puas bisa liat Deva langsung dari jauh juga."
Megumi tidak menggubris perkataan kakaknya. Dia hanya mempercepat makannya. Sementara matanya diam-diam mengawasi kakaknya yang sesekali mencuri pandang ke arah meja sebelah.
Begitulah Airi. Sejak kecil selalu mempunyai keinginan untuk bertemu artis. Sejak jaman Joshua masih bernyanyi Diobok-obok hingga kini bermain dalam film Yowis Ben. Keinginan konyolnya adalah bertemu langsung dengan artis. Tapi, rupanya gengsi Airi begitu besar. Saat di depannya tidak hanya ada satu, melainkan delapan selebriti, dirinya malah malu.
"Kakak norak."
"Bodo amat. Kamu kan tinggal di Jakarta, sering ketemu artis lewat."
"Lah kakak juga lah, artis Jepang."
"Kan aku nggak tinggal di Tokyo."
Megumi mencibir sambil membuang muka, lantas mengamati dan mencuri dengar percakapan di meja sebelah.
"Pesen sepuasnya, tenang aja, khusus hari ini resto dibuka sampai jam 12. It's on me, thank you so much guys udah bantuin proyek kali ini." kata Arya Sena kepada semua temannya, "Dim!!", panggilnya kepada adik bungsunya, Dimas, sang pemilik restoran yang berlari kecil menuju ke arah meja mereka.
"Haloo semua, apa kabar?", kata Dimas sembari menyalami mereka satu per satu.
"Dim, selamat ya atas pernikahannya. Sorry banget gue ga bisa datang, pas ada jadwal mangung di luar pulau," kata Sultan sembari berdiri menghampiri Dimas yang membelakangi meja Airi dan Megumi.
"It's okay, bro. Doanya aja yang penting buat gue."
"Siapa nama istri lo, Dim, by the way?", tanya Maria Rosa.
"Sana, kak Rosa. Angsana", jawab Dimas sambil tersenyum.
"Iya...Angsana. Aku dengar ceritanya dari Arya, gila ya kamu, keren banget lho sampai segitu seriusnya ngejar dia. Dibela-belain jadi OB."
"Itu beneran kak?", kata Nina menimpali. Dimas tertawa renyah.
"Hampir ga jadi nikah gue, Nin. Gara-gara nyokap ngirim barang-barang mahal tanpa sepengetahuan gue."
"Ck, adekku ini, memang lain dari abang-abangnya. Kalau soal kerja keras, gue akui, he is the best. Tapi, ide buat jadi OB itu ide gue." kata Arya berbangga hati.
"Tapi aku salut banget, Dimas dapetin istri yang baik seperti Angsana."
"Makasih bro, gue emang beruntung banget. Maish nggak nyangka akhirnya penantian lama gue berakhir juga. By the way, pesen aja ya, abang yang bayar, jadi jangan pada malu-malu. Pilih menu spesial juga direkomendasiin. Kita ada minuman baru, jus kedondong. Pasti pada kangen kedondong kan? Apalagi Kak Rosa,"
"Tau aja, makin susah aja nyari kedondong jaman sekarang."
"Angsana mulai ngurusin kebun kedondong sekarang. Dia punya pengetahuan banyak soal gardening, jadi enjoy aja dia berkebun."
"Salam ya buat Sana."
"Nanti disampein kak. Tinggal ke belakang dulu ya, semua."
Dimas berpamitan sembari menepuk bahu kakaknya. Lalu kembali ke ruangannya.
"Masnya unyu", bisik Airi pada Megumi tentang Dimas yang telah meninggalkan meja sebelah. "Udah, pulang yuk, dah kenyang kan?"
Megumi menangguk. Lalu mereka berdua beranjak meninggalkan meja, menuju ke kasir. Airi mengarahkan pandangan ke meja sebelah. Matanya beradu pandang secara tidak sengaja dengan Sultan. Segera dialihkannya, dan berjalan cepat menyusul Megumi di depan.
"Meg, aku ke toilet dulu, nih bayar dulu", Megumi hanya mengangguk sambil menerima dompet Airi.
Sementara Airi berjalan menuju ke arah toilet, Megumi tersenyum licik. Segera setelah selesai membayar, dia berjalan menuju kepada meja para selebriti.
"Selamat malam, mas mbak, maaf menganggu. Saya tadi di meja sebelah. Kalau tidak keberatan, boleh nggak saya minta tolong sama mas Deva untuk bersedia foto bareng kakak saya? Dia ngefans banget sama mas Deva. Besok malam dia harus balik ke Jepang soalnya, mumpung ketemu hari ini. Tapi dia malu-malu, jadi nggak berani ngajak foto bareng gitu."
"Eh ada penggemar Deva rupanya?", canda Arya Sena, "Boleh pastinya lah".
Deva hanya tersenyum senyum, lalu berbasa-basi mengobrol dengan Megumi. Sementara itu, Sultan berbisik pada teman-temannya.
"Ke mobil dulu, lupa ada kado buat Dimas,"
Sultan berjalan ke arah tempat parkir yang searah dengan toilet. Dirogohnya saku celana untuk mengambil kunci mobi. Tepat di depan belokan ke arah toilet, dirinya dikejutkan oleh kehadiran Airi yang tidak sengaja bertabrakan dengannya.
"Oh...maaf mas, nggak lihat"
"Nggak apa-apa, mbak. Maaf juga saya nggak lihat mbaknya"
Rupanya, gantungan kunci mobil Sultan tersangkut pada baju rajut yang dikenakan Airi, sehingga menarik baju itu di bagian lengan hingga sedikit berlubang.
"Waduh mbak maaf, maaf, jadi bolong." Kata Sultan panik sembari berusaha melepas rajutan yang memasuki gantungan kuncinya.
"Nggak apa-apa mas, resiko pakai baju rajut juga," kata Airi sambil terkekeh kecil.
"Mbak, maaf banget nih, nanti saya ganti bajunya ya.."
"Eh, nggak usah mas, beneran. Cuma baju koq, nggak mahal juga."
"Nggak enak saya mbak."
"Serius mas, nggak usah. Makasih banyak, Mas Sultan." Kata Airi sambil tersenyum.
"Makasih juga mbak...?"
"Airi."
"Mbak Airi...", kata Sultan sambil sedikit membungkukkan badan.
"Mari mas.", kata Airi sambil berlalu.
Sultan memandangi Airi yang berlalu dari belakang. Sembari berhitung lirih.
"Satu...dua...tiga.."
Tepat seperti dugaannya, Airi menengok kebelakang, lalu melempar senyum sebelum berbelok menuju ke ruangan restoran.
Curhatan Penulis:
Halo.....hari ini saya unggah segini dulu yaaaa....
Sedari tadi berkutat dengan data. Jadi, lagi-lagi nggak sempat untuk ngedit bagian ini juga.Tapi, nggak papa, nanti ngeditnya kalo pas ada waktu yaaa, hehe.
Selamat menikmati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Tiga Puluh
RomanceSultan Syah Damara, 31, seorang pekerja di bidang entertainment. Memutuskan untuk berhenti sejenak dari dunia yang membesarkan namanya. Melarikan diri ke Jepang untuk melupakan sejenak penat kehidupan glamor yang dijalaninya. Pertemuannya dengan Air...